Mohon tunggu...
Ren Ai
Ren Ai Mohon Tunggu... Mahasiswa - penuntut ilmu

mencoba lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepanjang Rel Kereta

4 Oktober 2023   08:35 Diperbarui: 9 September 2024   11:11 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Besok paginya, Syasya berangkat ke stasiun kereta jam enam pagi menggunakan angkot. Jam setengah tujuh, Syasya telah berada di stasiun kereta. Keadaan stasiun masih lengang, petugas baru beberapa yang datang, cuaca juga dingin karena hujan tadi malam. Syasya memakai jaket pink  dan duduk di ruang tunggu stasiun. Kereta yang akan dinaikinya akan berangkat jam delapan pagi.

Jam setengah delapan, Syasya telah berada di dalam kereta dan duduk sesuai nomor kursi yang tertera di tiket. Syasya sangat senang karena bisa duduk di dekat jendela supaya bisa melihat pemandangan selama perjalanan. Karena keberangkatan kereta setengah jam lagi, Syasya meletakkan tasnya di kursi kosong sebelahnya dan mulai membaca novel yang dibawanya.

"Ehem, apakah itu tas Anda?" Suara berat terdengar dari seorang pria di depan Syasya. Suara itu membuat Syasya terhenti dari bacaannya. Dia menoleh ke depan, terlihat seorang pria tinggi memakai celana panjang hitam, jaket hitam, dan topi hitam yang menutup kepalanya sehingga membuat wajahnya tidak terlihat secara keseluruhan.

"Eh iya, maaf" Arsya langsung memindahkan tasnya ke bawah di samping kakinya.

"Mari saya bantu meletakkan tas Anda di bagasi atas" Pria tersebut menjulurkan tangannya ke arah Syasya dengan sedikit tersenyum.

Syasya tidak memberikan tasnya dan memberikan pandangan agak takut.

"Jangan berpikiran lain, saya hanya ingin membantu. Kalau Anda tidak ingin, tidak apa-apa." Ucap pria tersebut. Syasya kemudian memberikan tasnya "Ini, terimakasih".

Kereta mulai berjalan, Syasya fokus melihat pemandangan di luar kereta. Sawah hijau yang luas terbentang, petani-petani memulai kerjanya demi keluarga tercinta.

Disampingnya, pria tersebut hanya diam sambil mendengarkan sesuatu dari earphonenya. Dilihat dari penampilannya, sepertinya pria itu seumuran dengannya, atau lebih tua setahun atau dua tahun.

Syasya tidak betah hanya diam saja di kereta. Dia pun menelpon sahabatnya dan mulai bercerita. Agar tidak dipahami siapapun, Syasya berbicara menggunakan bahasa Arab.

Syasya menelpon hampir satu jam lamanya. Dia menceritakan kenapa akhirnya dia harus pulang sendiri, bagaimana perjalanannya dari asrama ke stasiun, sampai dia duduk di samping pria misterius. Syasya mengaku cukup takut duduk di samping pria tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun