Mohon tunggu...
Fiorenza Lailaa
Fiorenza Lailaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Undergraduate student of Anthropology at Universitas Airlangga.

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Anthony Bourdain: Menyajikan Makanan dan Kemanusiaan dalam Satu Piring

4 Januari 2025   08:32 Diperbarui: 4 Januari 2025   08:30 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anthony Bourdain di Hanoi dipotret oleh William Mebane untuk The New Yorker

Lahir pada 25 Juni 1956, koki dan penulis Anthony Bourdain adalah tokoh televisi legendaris yang dikenal luas di seluruh dunia sebagai seorang pelopor di bidang kuliner. Dibesarkan di New Jersey, ia menemukan panggilannya di dunia kuliner setelah mencoba sebuah tiram untuk pertama kalinya saat sedang liburan bersama keluarga di Prancis. Setelah lulus dari Culinary Institute of America, ia memulai karirnya sebagai seorang juru masak di berbagai restoran di New York. Karya Bourdain yang pertama kali menarik perhatian publik adalah sebuah artikel berjudul "Don't Eat Before Reading This" yang diterbitkan di majalah The New Yorker pada tahun 1997, dimana ia mengungkap rahasia-rahasia tidak menyenangkan dari dapur restoran. Namun, namanya mulai dikenal ketika ia merilis buku berjudul "Kitchen Confidential: Adventures in The Culinary Underbelly" pada tahun 2000. Buku tersebut memberikan pandangan mendalam tentang kehidupan dibelakang dapur restoran yang dialami oleh Bourdain sendiri, karya ini juga yang akhirnya mendorong Bourdain untuk mulai beralih ke dunia televisi. 

Dikenal sebagai pembawa acara program perjalanan kuliner seperti A Cook's Tour, No Reservations dan Parts Unknown, Bourdain dikenal karena kemampuannya dalam menggabungkan eksplorasi kuliner dengan isu-isu sosial dan juga budaya dari tempat yang ia kunjungi. Ia ahli dalam menjalin hubungan dengan orang-orang dari berbagai latar belakang yang ia temui di perjalanannya, menjadikannya tokoh dengan suara yang kuat dalam pemahaman antarbudaya melalui makanan. Meskipun dicintai oleh banyak audiens di seluruh dunia dan memiliki karir yang sukses, Bourdain juga menghadapi berbagai tantangan di kehidupan pribadinya, termasuk perjuangannya melawan kecanduan. Ia meninggal dunia pada 8 Juni 2018 saat sedang syuting di Prancis untuk acaranya Parts Unknown, meninggalkan dampak yang signifikan dan tak terlupakan dalam dunia kuliner dan televisi.

Jadi, bagaimana Bourdain dan programnya bisa menjadi sebuah fenomena global? jawabannya terletak di pendekatan uniknya dalam menyajikan budaya melalui lensa kuliner. Bourdain terkenal sering menjelajahi tempat-tempat yang kurang dikenal dan autentik dari daerah yang ia kunjungi, seperti Libya pasca revolusi dan daerah terpencil di Peru, serta menyajikan kuliner setempat dengan rasa hormat terhadap tradisi setempat. Melalui narasi yang empatik ini, ia mampu menjangkau audiens dari berbagai latar belakang, menjadikan program-programnya populer di seluruh belahan dunia. Bourdain berhasil menjadikan programnya sebagai wadah untuk representasi pada kala itu, dimana hal tersebut masih terbilang jarang. Misalnya memalui Parts Unknown, dimana Bourdain tidak hanya memperkenalkan kuliner khas Filipina kepada audiens Barat, tetapi juga menyoroti sifat murah hati masyarakat Filipina, ia menyebut masyarakat Filipina sebagai "mungkin orang-orang paling dermawan di planet ini," yang memberikan sudut pandang positif tentang budaya dari negara tersebut.

Bourdain menggunakan platformnya untuk mengangkat isu-isu kemanusiaan yang sering terabaikan oleh media mainstream di Barat. Dalam salah satu episodenya yang berlokasi di Iran, ia memperlihatkan realitas kehidupan sehari-hari rakyat Iran sebenarnya yang sangat berbeda dengan citra negatif yang sering kali dipersepsikan oleh dunia luar. Ia mengatakan bahwa "orang-orang yang anda temui, suasananya, dan bahkan jalanannya sangat berbeda dari kebijakan luar negeri Iran." Melalui interaksi ini Bourdain menunjukkan kompleksitas dari kehidupan berbudaya masyarakat yang jarang tersorot kamera dan programnya berhasil menantang stereotip pada masa itu. Hal tersebut juga bisa dilihat di episode Parts Unknown yang berada di Libya, dimana Bourdain menyorot kehidupan masyarakat setelah jatuhnya rezim Gaddafi. Ia tidak hanya membahas makanan lokal tetapi juga masalah sosial yang kala itu sedang dihadapi penduduk setempat dalam membangun kembali kehidupan mereka. Melalui cara ini, Bourdain berhasil menciptakan program yang tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik tentang dunia yang lebih luas dan beragam dalam budaya.

Diluar dari program kuliner dan perjalanannya ke berbagai penjuru dunia, Bourdain juga menyuarakan isu-isu sosial penting. Ia terlibat dalam gerakan #MeToo yang menunjukkan komitmennya terhadap kesetaraan gender. Selain itu, kritiknya terhadap eksploitasi yang terjadi di dalam industri kuliner menyoroti pentingnya dukungan bagi hak-hak para pekerja. Melalui aksi-aksi ini, ia menjadi suara bagi mereka yang  sering terpinggirkan dan mendorong perubahan positif dalam masyarakat. Dampak yang ditinggalkan oleh Bourdain melampaui dunia kuliner, ia menggunakan makanan sebagai jembatan untuk memahami perbedaan-perbedaan kompleks yang ada di kehidupan manusia seluruh dunia. Berhasil membuka jalan baru bagi para pembuat konten di generasi mendatang, gaya narasi Bourdain yang unik telah menciptakan standar baru dalam pembuatan program televisi dan juga digital, melahirkan genre baru yang menggabungkan elemen jurnalistik dengan narasi pribadi yang "blak-blakan" dan nyata.

Melalui karyanya, Bourdain membantu kita memperluas wawasan masing-masing tentang dunia dan menginspirasi kita semua untuk melihat lebih jauh dan memahami lebih dalam tentang kehidupan orang lain yang kita lihat di layar televisi sehari-hari. Ia menunjukkan bahwa makanan bukanlah hanya bahan bakar tubuh semata, tetapi juga cerminan dari budaya, identitas, dan sejarah dari orang-orangnya, memberikan ruang bagi suara-suara lokal yang seringkali terlupakan. Hilangnya sosok Bourdain secara tiba-tiba menyoroti realitas pahit bahwa masalah mental dapat memengaruhi siapa saja, bahkan mereka yang tampak sukses dan bahagia di permukaan. Setelah kematiannya, pembicaraan tentang kesehatan mental mulai lebih terbuka dan hal tersebut membantu mengurangi stigma yang mendorong lebih banyak orang untuk berbicara secara terbuka tentang perjuangan mereka sendiri. Bourdain selalu memegang prinsip "Be A Traveler Not A Tourist," mengingatkan kita untuk terus menjelajahi dunia dengan pikiran terbuka dan hati penuh empati. Masih banyak makanan yang belum dicoba, banyak kisah yang belum diceritakan, banyak pengalaman yang belum kita lalui di hidup singkat ini.

Referensi

Anthony Bourdain: Why his travel shows had global appeal

Anthony Bourdain: a trailblazer in culinary television

Anthony Bourdain - Our Last Full Interview

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun