Mudik sudah menjadi tradisi di Indonesia setiap menjelang lebaran. Pulang ke kampung halaman atau ke desa untuk berkumpul bersama keluarga adalah suatu yang sangat berharga dan kita tidak akan menemukan paket kepulangan dan kebersamaan kita tersebut dijual di lapak atau toko online.
Si macet dengan segala ketidaknyamanan selama mudik pun dilalui dari menahan pipis (buang air kecil) selama perjalanan, rasa haus dan lapar, menahan mata yang dayanya sudah 3 watt (ngantuk), tubuh lelah yang penuh ditempeli koyo karena pegal-pegal, kepala pusing mikirian kenapa nga nyampe-nyampe, sampai nga bisa eksis upload foto selfie karena batere hape lowbat dan isi powerbank pun habis, apalagi yang pingin kulitnya putih menghitam kembali karena kepanasan di jalan. Semua dilalui dengan pasrah hati “ikhlas” yang dibarengi muka lesu cemberut (karena nga mandi-mandi selama 32 jam).
Ditengah macet dan ketidaknyamanan ini dapat mengurangi tingkat kesadaran seseorang sehingga tanpa sadar membuang sampah sembarangan. Hampir sepanjang jalan tol dijumpai sisa-sisa botol minuman, gelas air mineral, bungkus makanan, kertas tisu, platik kresek, bungkus rokok dll. Sampah-sampah ini berserakan dan “menghiasi” jalan tol yang mungkin keunikan hiasan ini tidak dijumpai di negara lain.
Bisa juga membuang sampah sembarangan ini dilakukan dengan sadar yang didorong oleh kebiasaan dari sononya karena memang sering buang sampah sembarangan. Kalau diperhatikan kebanyakan yang memakai jalan tol adalah mobil milik pribadi dan mobilnya bagus-bagus. Ini dapat menandakan bahwa yang si pemiliknya adalah orang berada dan tentu berpendidikan. Sangat ironis kalau memang hal ini benar adanya.
Sampah-sampah ini memang nanti dibersihkan oleh petugas kebersihan dan sedikit terbantu dengan adanya para pemulung. Namun letak masalahnya adalah pada kebiasaan membuang sampah di jalan (lingkungan sekitar). Sedangkan fakta nya adalah banyak sampah berserakan yang membuat jalan tol menjadi bak sampah terpanjang di dunia yang terjadi setiap mudik lebaran.
Kembali lagi ke macet. Selama terkurung di kemacetan hatipun gundah. Kegundahan ini ingin cepat-cepat sampai ke tempat tujuan untuk berkumpul keluarga, bertemu handai taulan dan temen sepermainan, berjumpa kekasih hati, bersua lagi dengan sang mantan yang sebelumnya sudah dibuang pada tempatnya namun namanya juga mantan pasti tetap diingat dan dikenang apalagi sang mantan terindah.
Sedangkan bagi jomblo sejati yang istiqomah tentu tak sabar untuk menikmati pemandanngan alam desa yang permai untuk mengisi kesendiriannya. Karena kalau para jomblo berada dirumah pasti akan alergi dengan mendapat pertanyaan sakti ini, kapan punya pasangan atau kapan menikah? Ada tipsnya untuk pertanyaan sakti itu kalo ditanya kapan punya pasangan di jawab aja “belum ketemu yang cocok pokoknya minta doanya moga cepat dapat jodoh ya”. Untuk kapan menikah, jawab saja, “Ya kalau nga sabtu ya hari minggu”. Tapi ternyata pertanyaan tersebut sudah ditanyakan 5 (lima) kali lebaran sebelumnya hehehe.
Semoga tahun depan saat mudik kemacetan dapat berkurang dan tidak ada lagi sampah yang berceceran dan para jomblo moga cepat dapat pasangan amin.
Selamat Idul Fitri Mohon Maaf Lahir dan Batin..
@Salam Kompasiana.