"Ketika sumur terakhir telah mengering dan tercemar, manusia baru sadar jika uang tidak bisa diminum". Pepatah Indian di atas mengingatkan kita agar lebih bijaksana dalam mengelola pemanfaatan sumber daya air karena saat ini kuantitas dan kualitas air terus menurun sementara permintaan air secara global terus meningkat seiring dengan perubahan pola konsumsi dan pertumbuhan populasi umat manusia di muka bumi.
Volume air di bumi ini adalah sama dengan jumlah air pada saat planet ini tercipta. Volumenya bersifat tetap yang bergerak dalam sikluls yang tidak pernah putus dan volumenya tidak akan bertambah. Jadi air yang kita minum hari ini merupakan air yang pernah diminum oleh dinosaurus.
Dan hanya sepertiga dari satu persen air di planet ini yang cocok untuk digunakan oleh manusia. Air yang terbatas ini dipakai manusia untuk keperluan sehari-hari (minum, cuci, mandi) dan digunakan juga untuk keperluan pertanian, energi dan industri.
Tema Hari Air Sedunia tahun ini adalah “Water and Sustainable Development” atau “Air dan Pembangunan Berkelanjutan”. Ini memberi pesan bahwa air adalah elemen kunci pembangunan berkelanjutan yang memilikidimensi sosial, ekonomi dan lingkungan. Dalam Visi PBB untuk dunia yang berkelanjutan tahun 2050, pengelolaan sumber daya air ditujukan untuk mendukung kesejahteraan umat manusia dan kelestarian ekosistem serta ekonomi dunia yang lebih merata.
Paradoks yang terjadi adalah bahwa air memang sangat penting untuk pembangunan tetapi pada saat yang bersamaan pembangunan yang dilakukan atas nama pertumbuhan ekonomi akan memberikan tekanan pada sumber daya dan tantangan pengamanan air bagi umat manusia dan alam.
Untuk itu diperlukan pengelolaan sumber daya air dalam pembangunan yaitu kita tidak boleh mengambil air lebih dari yang dapat disediakan oleh alam agar ketersediaanya cukup untuk kebutuhan generasi sekarang dan tidak mengurangi kebutuhan generasi yang akan datang sehingga kehidupan manusia di muka bumi dapat terus berlanjut.
Fakta menunjukkan bahwa saat ini hampir 750 juta orang di seluruh dunia atau sekitar 1 di 9 orang di dunia tidak memiliki akses ke air yang aman untuk dikonsumsi. Hal ini tentu lebih menyadarkan kita bahwa masih banyak saudara-saudara kita di belahan bumi lain sangat membutuhkan air. Dan seharusnya semua itu menjadikan kita lebih bijaksana dalam menghemat pemakaian air dengan cara mengurangi jumlah air yang digunakan dan yang terbuang.
Kita dapat membuat perubahan besar dalam turut mengelola air secara berkesinambungan dengan melakukan 5 (lima) hal kecil/sederhana berikut ini di rumah :
1.Mematikan keran air yang menetes dan perbaikilah keran yang bocor karena akan memboroskan air hingga 35 liter air perhari atau 7% dari penggunaan sehari-hari.
2.Tidak membiarkan keran tetap mengalir saat menggosok gigi.
Kita bisa membiarkan 35 gelas air terbuang sia-sia hanya dengan membuka keran selama satu menit saat menyikat gigi padahal kita hanya memerlukan 2 gelas untuk setiap menyikat gigi.
3.Kurangi pemakaian shower menjadi 5 menit.
Rata-rata shower sehari berfungsi 8 menit 30 detik saja dengan perkiraan 9 liter per menit maka terdapat sekitar 80 liter untuk setiap shower. Dengan mengurangi pemakaian air menjadi 5 menit akan menghemat hampir 34 liter.
4.Tidak membeli air kemasan (botol air)
Untuk menghasilkan 1 liter air dalam botol kemasan diperlukan 3 liter air(memperhitungkan sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat botol plastik), belum termasuk air yang ada di dalamnya.
5.Menampung air hujan
Drum air mampu menampung hingga 227 liter air bila dimanfaatkan untuk menampung air hujan maka airnya dapat dimanfaatkan sebagai air penyiram toilet dan penyiram tanaman.
Mari kita sama-sama amalkan 5 tips cara menghemat air di atas, demi keberlangsungan hidup kita di planet air ini. Save Water,Save Earth.
SALAM KOMPASIANA.
Referensi :
Water For A Suistainable World, UN Water, 2015
Green Living Guide, National Geographic Indonesia, 2010
Conserving Fresh Water, Carol Inskipp, Evans Brothers Ltd, 2008
http://water.org/water-crisis/one-billion-affected/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H