Seorang ibu yang sudah tua tergeletak lemah di atas dipan, ditangannya tersambung selang infuse. Disampingnya duduk seorang pria tua, suaminya, menunggu penuh setia. Sudah seminggu Ibu Siah masuk rumah sakti karena penyakit paru-paru yang dideritanya.
Ibu Siah hanyalah seorang penjual gorengan di warung sebuah sekolah dasar di kampungnya. Suaminya hanya seorang buruh tani. Selama ia sakit, anak-anak di sekolah tidak dapat menikmati gorengan Ibu Siah yang lezat itu.
“Besok siang Ibu harus segera dioperasi pak” ucap dokter rumah sakit kepada suami Ibu Siah. Bak disambar geledek, suami Ibu Siah tampak terkejut karena ia merasa tidak punya uang yang cukup untuk biaya operasi. Selama ini aja dia pinjam uang buat biaya nebus obat.
“Kira-kira berapa biayanya ya dok? Kata suami Ibu Siah
“Sekitar Rp 20 juta, tapi bapak ngak usah mikiran biayanya” kata dokter
“Maksud dokter? Sela suami Ibu Siah
“Iya, nanti semua biaya operasi serta biaya obat Ibu Siah ditanggung oleh teman saya, dia dokter juga seperti saya tapi tidak tugas disini, jadi bapak tidak usah memikirkan biayanya lagi”.
Dengan wajah bingung, suami Ibu Siah, bertanya-tanya siapakah teman dokter yang baik itu, “Kalau boleh tau siapa nama temen dokter tersebut dan sampaikan terima kasih saya kepada beliau” kata suami Ibu Siah.
“Saya buru-buru mau pergi pak, nanti saat kembali akan saya ceritakan, saya permisi dulu ya pak” ujar dokter sambil berlalu.
Besoknya, operasi Ibu Siah berhasil dilakukan dan setelah seminggu pasca operasi Ibu Siah diijinkan pulang. Sebelum puang, kepada dokter rumah sakit, Ibu Siah menanyakan langsung siapa gerangan orang yang baik hati yang menanggung semua biaya pengobatannya.
“Sudilah pak Dokter menceritakan kepada kami siapa teman dokter tersebut sehingga kami dapat mengucapkan terima kasih kepadanya secara langsung” kata Ibu Siah.
“Begini ceritanya bu, teman saya tersebut namanya Arief, dia dulu SDnya sekolah di tempat Ibu jualan. Waktu dia SD dulu, dia seorang anak nakal, hampir tiap hari ia sering makan kue gorengan dan minum es teh manis di warung ibu namun sering tidak bayar” cerita dokter ke Ibu Siah.
“Sekarang dia menjadi seorang dokter yang sukses di kota, sebenarnya dia ingin menjenguk ibu namun karena kesibukan dan tanggung jawab akan pekerjaan dia tidak sempat datang namun dia setiap hari memantau kesehatan ibu melalui saya.” lanjut dokter.
“Teman saya Arief itu cerita bahwa dia merasa bersalah dan selalu dihantui karena merasa punya hutang kepada Ibu, ia ingin membayar semua kue gorengan ibu yang dimakannya dulu dengan menanggung semua biaya operasi ibu dan dia meminta agar sudi kiranya Ibu Siah merelakan semua hutangnya dan memaafkannya” kata dokter sambil menatap mata Ibu Siah.
“Iya dok, sejak dulu memang sudah saya relakan semua gorengan saya dunia akhirat dan saya memaafkanya lahir batin” kata Ibu Siah. “Sampaikan juga ucapan terima kasih saya kepada Nak Arief dan kapan-kapan kalau ia pulang kampung sudilah kiranya singgah ke tempat saya” ujar Ibu Siah melanjutkan.
Ternyata selama ini, Ibu Siah mengetahui bahwa ada beberapa anak-anak sekolah yang kalau makan sering tidak bayar karena setiap habis jualan Ibu Siah selalu dapat menghitung duit yang masuk dan berapa kue gorengan yang laku dan selalu ada selisih yakni duitnya kurang.
Namun sebelumnya, sejak dulu Ibu Siah sudah mengikhlaskannya dan mensedekahkannya. Dia bangga dapat membantu anak-anak bangsa yang giat menuntut ilmu di sekolah, membantu dengan caranya sendiri yakni dengan cara merelakan kue gorengannya dimakan anak-anak dan Ibu Siah, tidak perlu menunggu di akhirat, di dunia pun Tuhan sudah membalas semua kebaikannya.
vSALAM KOMPASIANA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H