Mohon tunggu...
Remy
Remy Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

PDIP Kunci Pilgub DKI?

19 April 2016   13:43 Diperbarui: 19 April 2016   13:49 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setahun sebelum Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tensi politik sudah memanas. Calon incumbent Basuki Tjahaja Purnama atau yang biasa disapa Ahok telah memutuskan maju melalui jalur independen tapi tetap mendapat dukungan dari dua partai politik yaitu Hanura dan Nasdem. Beberapa nama lain bermunculan dalam bursa bakal calon gubernur seperti Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB), pengusaha Sandiaga Uno, Wagub DKI Djarot, kader PKS Muhammad Idrus, musisi Ahmad Dhani, dan wanita emas Hasnaeni.

[caption caption="sumber foto : inilah.com"][/caption]

Dari sederetan nama yang muncul, Yusril adalah calon yang memiliki popularitas di bawah Ahok (survei Charta Politika). Yusril yang sudah berpengalaman di dunia perpolitikan Indonesia kerap disebut lawan Ahok yang paling tangguh. Bermodalkan pengalaman di pemerintahan menjadi menteri dan pengetahuan hukum yang luar biasa membuat Yusril patut diperhitungkan.

Lalu ada Sandiaga Uno yang kabarnya akan dicalonkan oleh Partai Gerindra. Sama dengan Yusril, Sandi pun sudah melakukan sosialisasi di berbagai tempat di Jakarta dan berdialog dengan warga terkait permasalahan Kota Jakarta. Begitu juga dengan Idrus yang hampir setiap hari blusukan ke kampung-kampung di pelosok Jakarta. Sedangkan Djarot memiliki keuntungan sebagai Wagub DKI, sehingga sosialisasinya bisa terfasilitasi melalui fasilitas Pemprov.  Lalu bagaimana dengan Ahmad Dhani? Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) rasanya masih enggan mengusung “pentolan” band Dewa 19 ini. Tapi nampaknya Dhani belum mendapat angin segar meskipun sudah bertemu dengan Ketua Umum DPP Perindo Hary Tanoesoedibjo.

Namun jika melihat peta perpolitikan saat ini dan melihat rekam jejak koalisi partai politik, rasanya tidak mungkin Pilgub DKI hanya diikuti oleh dua calon. Artinya, Ahok akan mendapat penantang lebih dari satu dan bisa dua atau tiga pasang calon. Hal ini bisa dilihat dari kecilnya kemungkinan Partai Gerindra akan berkoalisi dengan PDIP mengingat perseteruan partai ini sepertinya sudah memuncak pada Pemilu 2014 lalu. Kemungkinan Partai Gerindra akan berkoalisi dengan PKS karena historis Koalisi Merah Putih (KMP) dan jika benar mereka bersatu maka akan membentuk satu kekuatan yang hebat di DKI.

Namun menurut Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno, PDIP saat ini memegang kunci Pilgub DKI. Sebenarnya tidak heran jika Eddy berpendapat demikian karena secara peluang, PDIP memiliki pemilih yang cukup signifikan di DKI dan hal ini bisa dilihat dari perolehan kursi DPR PDIP di Jakarta paling banyak dari partai lainnya yaitu 6 kursi. Jika mereka bisa memaintance suara mereka di Jakarta maka hal itu bisa menjadi modal besar untuk memenangkan PDIP. Selain itu, faktor Presiden Jokowi yang masih dicintai warga Jakarta juga sedikit banyak berpengaruh kepada PDIP.

Namun, PDIP bukan tanpa masalah. Meski punya modal yang mumpuni tapi partai berlambang banteng ini masih belum menemukan sosok yang tepat untuk diusung. Yusril dan Sandiaga Uno sudah menyatakan ikut dalam penjaringan bakal calon PDIP namun rasanya mereka belum bisa menemukan sosok yang tepat untuk melawan Ahok. Satu nama yang diprediksi bisa mengalahkan Ahok yaitu Tri Rismaharini yang menjabat Wali Kota Surabaya. Namun nampaknya PDIP juga harus berhitung karena jika Risma maju dan menang di DKI maka kemungkinan besar Jawa Timur mereka lepas diamana basis suara PDIP tidak begitu banyak disana. Selama ini Risma dipersiapkan untuk maju dalam Pilgub Jatim untuk memperkuat suara mereka.

Sementara di Jawa Tengah, PDIP punya basis suara yang luar biasa banyak dan Gubernur Jateng pun adalah kader PDIP yaitu Ganjar Pranowo. Jika PDIP mencalonkan Ganjar di Jakarta maka secara matematis mereka tidak akan kehilangan suara di jateng tapi di akan berjudi di Jakarta karena nama Ganjar masih belum dikenal masyarakat Jakarta. Namun, secara matematis dengan mencalonkan Ganjar PDIP bisa mendapat Jawa Timur dengan mempertahankan Risma disana dan Ganjar masuk di DKI melawan Ahok.

Meskipun demikian, PDIP juga jangan jumawa dengan hanya bermodalkan kursi terbanyak di DKI. Pada Pilgub DKI 2012 lalu, PKS yang mendulang suara terbanyak di DKI dan mengusung Hidayat Nurwahid kalah telak dari pasangan Jokow-Ahok dan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli di putaran pertama. Artinya, meski memegang kunci Pilgub DKI, PDIP harus bekerja keras untuk melawan Ahok.

Sementara Ahok, mantan Bupati Belitung Timur ini harus mengembalikan kepercayaan publik setelah namanya terseret dalam kasus korupsi seperti reklamasi Teluk Jakarta dan pembebasan lahan Rumah Sakit Sumber Waras.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun