Mohon tunggu...
Imroah
Imroah Mohon Tunggu... Lainnya - Hidup dalam ketenangan

Seneng Ghibahahahaha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Man Arofa Nafsahu, Faqod Arofa Robbahu; Siapa Mengenal Dirinya, Akan Mengenal Tuhannya

19 Mei 2021   20:29 Diperbarui: 20 Mei 2021   07:49 3050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalan yang bisa dilakukan adalah menguntit apa maunya Tuhan terhadap diri. Kalimat yang gampang-gampang susah untuk mencari tahu apa yang Tuhan titahkan untuk kita; terutama sebagai khalifah fil'ard.

Saya masih teringat dengan seorang guru yang tidak  bisa saya sebutkan namanya; tapi saya yakin anda sudah menduga-guga siapa beliau. Beliau pernah menyampaikan dalam sebuah diskusi tentang pengalaman sebelum beliau menulis. Beliau menyampaiakn jika sebelum menuliskan beberapa hal beliau pasti akan (maaf) buang hajat. Disampaikan jika buang hajat tersebut merupakan hasil penelitian beliau atas sebuah anugrah yang diberikan Tuhan. Beliau menganggap hal tersebut sebagai pembuangan toxic dalam tubuh sehingga dapat menjernihkan hati dan pikirannya. Tidak dipungkiri tulisannya pun selalu relate dengan semua zaman. Lalu bagaimana kita seorang awam menguntit kemauan Tuhan agar bisa relate ?

Hasil menguntit metodologi beliau yang tidak banyak dipakai orang, beberapa idiom telah saya temukan. Misalnya. Ketika tangan kanan saya berkedut maka saya akan mendapatkan rizki, ketika mulut saya bagian bawah berkedut maka saya akan mendapat rizki  berupa makanan, ketika saya memimpikan ikan maka saya akan mendapat rizki berdasarkan ikan yang saya dapatkan, jika ditengah diskusi atau ditengah perbincangan ada sesuatu yang tiba-tiba datang dipikiran saya maka akan terjadi hal yang tidak saya duga, dan banyak lagi hal yang tidak akan saya tuliskan apalagi yang buruk-buruk. Disni jangan pernah anda berpikir bahwa ini merupakan hal yang luar biasa, karena ini adalah hal yang sangat biasa. Bahkan nenek moyang kita sudah menuliskannya, biasanya sering kita kenal dengan primbon. Pun juga jangan menilai ini musyrik karena anda, saya masih sama-sama mencari jalan; sehingga setiap kali kita shalat selalu mengucap "tujukkanlah kami kejalan yang lurus".

Kesuyataan, terserah jika dibilang klenik; karena masyarakat Indonesia selalu gagal paham dan menganggap sesuatu yang tidak masuk akal adalah klenik. Termasuk juga ketika saya membaca sebuah tulisan seseorang yang ia dibuat kelimpungan terhadap kilatan-kilatan kejadian yang membuatnya harus melupakan kilatan itu dengan meminum arak. Pasti menganggapnya klenik. Bahkan tidak hanya klenik, hampir semua orang menganggapnya orang yang "buruk" karena sering mabuk-mabukan. Tapi itu adalah cara dia bermesraan dengan Tuhan, meskipun saya tidak membenarkan juga tentang cara dia meminum arak untuk melupakan kilatan kejadian-kejadian. Ada sebab dan akibat yang harus jeli kita lihat.

Lebih lanjut lagi, saya secara sangat berterimakasih dengan ilmu dari tulisan-tulisannya yang menyadarkan bahwa saya terlalu bodoh dan tidak bisa mengenal diri saya sendiri. Lelaku dan kehidupannya benar-benar dituangkan dengan apa-adanya. Saya selalu ketinggalan selangkah, beberapa langkah bahkan sangat jauh dengan langkahnya. Metodenya mencari dirinya, bahkan dengan hal-hal yang tidak bisa saya nalar. Bukan tidak mungkin jika banyak orang yang salah paham dengan dia,  saya yakin dia sendiri bersama kegelisahan yang tidak bisa diungkapkan kepada semua orang. Bahkan saya tidak dipercaya dan tidak diberikesempatan mendengarkan kegelisahannya. pun ketika dia memutuskan tidak sembahyang; tidak dapat kita menghadrik sesuatu yang tidak tahu sebabnya. Ketika saya merasa harus ada yang diakhiri atas ketidakberdayaan yang dirasakan maka saat itu saya tidak segan mengungkapkan rasa kagum saya dengan ketidakberdayaan yang disembunyikan itu.  Tapi itu bentuk "selesai" terhadap jalan yang diharuskan berbeda. Tapi saat jalan dibuka Tuhan dan juga Tuhan pula mengatakan "tidak" untuk sesuatu yang saya inginkan; maka saat itu adalah pemberontakan batin untuk sesesegera mungkin mencari "makna" atau hikmah. Maka memang harus dakwah ditempat yang berbeda (beda ladang) kita sama-sama tidak berdaya dengan cara Tuhan memperjalankan kita masing-masing. Kecuali Ikhlas.

Terkadang mencari diri adalah sesuatu yang menyakitkan; tapi bukankah hal yang menyakitkan itu adalah sesuatu yang akan selalu teringat. Maka Tuhan akan memberi jalan menyakitkan agar hambanya selalu ingat. Termasuk dengan sesuatu yang dianggap klenik, bejat, hina oleh orang lain. Padahal itu adalah masing-masing dari kita untuk mengenal Tuhan. Maka sedikitpun saya tidak pernah berani menghakimi jalan masing-masing dari teman-teman untuk mencari diri, bahkan terhadap masa lalunya. Saya percaya  bahwa semua diperjalankan.

Yaah, klenik adalah sebuah ketidakberdayaan akal menangkap signal yang tidak rasional. Tidak ada yang dibanggakan dari hidup ini kecuali mengakui bahwa tidak ada yang benar-benar kita ketahui. Kecuali hanya sedikit. Belajar kepada siapapun, belajar dimanapun, belajar kapanpun, belajar apapun adalah jalan kita mengenal diri. Pengalaman baik-buruk, jalan mulus-terjal, apapun. Ketika hikmah sebagai pelipur damai, maka pelajaran akan menyenangkan dan membuat kita menenal diri dan pastinya untuk mengenal Tuhan.

Kita dapat mengenal Tuhan dengan mengetahui sebab-akibat yang dihasilkan dari apa yang kita perbuat atau apa yang terjadi. Karena saya yakin Tuhan akan memberikan ujian yang hampir mirip, untuk kita bisa belajar dari setiap kejadian. Maka ada istilah "jatuh kelubang yang sama"; maka dipastikan seseorang akan memperoleh ujian yang hampir mirip tergantung  kadar kesanggupannya. Jangan bosan-bosan mengambil iktibar (pelajaran) dari setiap kejadian, baik yang kita alami sendiri atau jatah yang diberikan orang lain untuk kita dengarkan. Karena dibalik semua kejadian, tangan Tuhan telah membelai kita, memeluk dan hadir memperkenalkan diri-Nya. Semoga kita diberi kesanggupan untuk mengenal diri, untuk menganal Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun