Mohon tunggu...
Eko Subakti Eko Subakti
Eko Subakti Eko Subakti Mohon Tunggu... -

Arek Tlogosari

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ndem Pu

26 Juli 2010   13:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:35 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Judul ini adalah awal mula saya menyadari bahwa kejujuran adalah hal yang sangat fondamental dan tidak bisa di tawar-tawar lagi,cerita ini bermula masa kanak-kanak saya yang tinggal di sebuah desa kecil di Malang selatan Jawa Timur yang pada masa itu sekitar 25 Tahun yang lalu,listrik belum ada ,jalan masih berbatu,belum ada yang mananya TV,dan lain -lain pokoknya sangat jadul,tapi ada satu budaya yang mungkin sampai saat ini masih ada yaitu Genduri(Gendurne).biasanya hajatan ini di laksanakan dalam rangka merayakan ,Syukuran,Kelahiran Bayi,hingga selamatan untuk orang meninggal.Dalam melaksanakan hajatan ini biasanya si punya hajat mengundang tetangga sekitar untuk menyaksikan(nyakseni)hajatan tersebut.Beragam makanan dari Nasi Tumpeng(nasi Gurih ) Ingkung (Ayam jago yang di masak utuh ),apem,jenang merah putih,dll.Di antara para undangan ada yang bertugas Ngujupne(menjabarkan makna dari seluruh hidangan yang ada) Misalmya Jenang merah artinya simbul Ruh dari bapak dan jenang Putih simbul Ruh dari ibu yang kemudian menyatu dan itulah proses terciptanya manusia.Selain yang bertugas Ngujupne tadi ,ada juga yang bertugas membagi seluruh makanan yang di hidang kan tersebut ke semua yang hadir dengan merata.Nah di sinilah pelajaranya di mulai ,suatu ketika Parmin(bukan nama sebenarnya ga enak klo yang bersangkutan baca)dia bertugas untuk membagikan hidangan yang di sajikan khusus di divisi Ingkung.singkat cerita ada bagian organ ingkung tersebut yaitu Pupu ayam(paha ayam konon terkenal dengan dagingnya yang banyak)yang tidak di ketahui rimbanya .Usut punya usut pupu tersebut sudah di pendam di dalam jatah nasi punya parmin ,yang ternyata adalah pekerjaan parmin sendiri untuk mendem pupu di dalam nasi supaya tidak ketahuan sama undangan yang lain,sejak kejadian itu Parmin terkenal di kampung tersebut dengan istilah NdemPu alias Mendem Pupu alis Ngumpetin paha ayam dan sejak saat itu pula Si Parmin sudah tidak lagi di percaya mebagi ingkung dan hal-hal kecil lain yang bersifat Amanah.Temanku,Parmin mungkin melakukan hal tersebut karena di rumahnya banyak anak dan kalau hanya jatah yang di dapat dari genduri tersebut tidak cukup  sehingga harus melakukan kecurangan tersebut, tetapi dia harus membayar dengan malu yang tiada ahir karena istilah ndempu sudah melekan pada dirinya dan menjadi panggilan sehari-hari,lalu bagaimana dengan pejabat negri ini,yang memakan jatah rakyat? Dia bukan hanya Ndempu seperti Parmin ,Tetapi sudah NDEMID artinya ...Kita bahas lain waktu.

Maaf kalau tata bahasanya kurang teratur maklum Tulisan Perdana

Salam Ndempu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun