Mohon tunggu...
Rembulan Permata
Rembulan Permata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Trisakti School of Management

Accouting 18

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Apa Jadinya Perusahaan Memiliki Budaya Organisasi yang Buruk?

18 Agustus 2021   13:16 Diperbarui: 18 Agustus 2021   13:29 9899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
corporate culture | sumber : hrtechologist.com

Budaya organisasi bisa disebut sebagai karakteristik dan pedoman yang dianut oleh para anggota organisasi atau kelompok tertentu. Memiliki peran dalam mendorong dan meningkatkan efektivitas kerja organisasi baik dalam jangka waktu yang pendek maupun jangka panjang. Selain itu, juga ini berguna sebagai alat untuk menentukan arah organisasi dan mengarahkan apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak. Tanpa budaya organisasi yang kokoh, kinerja para anggotanya tidak akan berjalan optimal. Itu sebabnya, budaya organisasi menjadi hal yang krusial untuk dimiliki setiap organisasi atau perusahaan.

Budaya dalam perusahaan atau organisasi sangat penting untuk dibangun. Namun, sering kali perusahaan tanpa budaya cenderung membentuk budaya buruk sendiri. Padahal budaya buruk mampu membuat suasana perusahaan menjadi kurang baik sehingga karyawan tidak produktif. Tidak dapat dipungkiri bahwa ada budaya kerja yang tidak baik atau disebut "Toxic". Toxic yang dimaksud disini adalah budaya kerja yang tidak sehat seperti persaingan demi uang, suasanya kantor yang terkesan suram, karyawan yang kerap menyalahkan rekannya, dan lainnya. Ketika dihadapkan dengan kondisi seperti itu, pihak manajer perusahaan tentu harus bisa mengambil tindakan cepat dan tepat. Jangan menunggu sampai produktivitas perusahaan menurun, bahkan bisa mengakibatkan karyawan terbaik justru memilih untuk mengundurkan diri. Untuk itu perlu dilakukan sebuah perubahan. Perubahan nyata dibutuhkan di semua tingkatan kerja agar masalah bisa teratasi secara menyeluruh. Misalnya dengan perubahan aturan-aturan, atau perubahan kebiasaan yang lama.

Apa fungsi  dari memiliki budaya organisasi ?

  • Meningkatkan kesadaran untuk membina hubungan sosial yang baik antar sesama anggota, sehingga dapat mempertahankan rantai kerja yang ideal diantara para pekerja pada setiap posisi dan jabatan. Dengan adanya rantai kerja yang ideal, maka jalinan silaturahmi akan terus berlangsung dan akan menimbulkan keharmonisan antar anggota.
  • Budaya organisasi yang unggul akan menciptakan rasa bangga diantara pekerja atas partisipasi mereka dalam perusahaan. Dengan begitu, para pegawai dapat bekerja dengan nyaman dan puas. Karena dengan terciptanya rasa nyaman dari para pegawai, akan berujung positif pada perusahaan juga nantinya. Karena siapa lagi yang akan menjalankan roda perusahaan kalau tidak ada dukungan dari para pekerjanya.
  • Sebagai ciri khas atau keunikan sebuah perusahaan. Tentu kita tidak ingin perusahaan tempat kita bekerja dianggap sama dengan perusahaan lain, bukan ? maka, kita harus membentuk etos kerja yang bagus. Hal ini juga perlu didukung dengan suasana kerja yang kondusif antara para pekerja, namun tetap dijalani secara professional demi mencapai target kerja.

Corporate culture matters. How management chooses to treat its people impacts everything for better or for worse. - Simon Sinek

Tentu saja fungsi dari adanya budaya organisasi yang unggul patut didukung oleh pemenuhan hal para pekerja yang proposional. Semakin perusahaan menghargai kinerja pekerjanya, maka pekerjanya pun akan semakin produktif, serta akan meningkatkan profit perusahaan kedepannya.

Budaya organisasi yang buruk tidak memiliki fungsi-fungsi diatas secara maksimal. Bahkan sebaliknya. Budaya organisasi yang buruk hanya akan menimbulkan kepenatan dan berujung chaos bila tidak diperhatikan. Lalu apa saja yang menjadi dampak budaya buruk di perusahaan ?

  • Kurangnya semangat bekerja.

Seorang pemimpin atau atasan harus memberikan contoh yang benar dalam membangun budaya organisasi yang tepat, karena hal itu akan menjadi cermin bagi pengikutnya atau bawahanya. Misalnya, pemimpinnya selalu datang terlambat dan tidak bersemangat saat datang ke kantor. Maka tidak dapat dipungkiri akan berimbas pada semangat bekerja karyawan yang juga menurun. Akibatnya karyawan menjadi kurang produktif sehingga kualitas pekerjaan pun akan turun juga. Sebaliknya, ketika melihat atasannya selalu bersemangat, karyawan dengan sendirinya akan meniru hal tersebut menjadi lebih produktif. Untuk itu wajib bagi seorang pemimpin untuk memulai kebiasaan baik terlebih dahulu agar dapat dijadikan contoh untuk para pengikutnya.

  • Tingkat kedisiplinan menurun.

Dalam sebuah perusahaan perlu adanya transparasi dalam kinerja karyawannya, karena ketika tidak ada kontrol yang ketat dari perusahaan, maka karyawan hanya akan bekerja seenaknya saja. Apalagi jika tidak ada feedback dari atasan maupun rekan satu tim. Pekerjaan karyawan terkesan dilakukan sendiri, bukan bekerja sama dalam satu tim seperti yang seharusnya dilakukan. Ketika melakukan transparasi, seorang pemimpin harus memiliki sebuah sistem yang dapat mengontrol setiap kinerja karyawannya dan mampu membagikan setiap prestasi mereka ke karyawan lain. Dengan demikian, karyawan akan merasa terlibat dalam memajukan perusahaan. Karena setiap orang juga butuh diapresiasi atas hasil kerjanya, atau mungkin kritikan bila ia melakukan kesalahan. Dengan begitu, pekerjaan akan lebih terkontrol.

  • Kurangnya diskusi.

Hal ini dikarenakan karyawan tidak mampu berkomunikasi satu sama lain dengan mudah. Seakan ada sekat dan persaingan diantara karayawan. Akibatnya kerja tim tidak tercipta dengan baik. Dalam menyelesaikan masalah ini, sebaiknya atasan memiliki media yang dapat membantu setiap karyawan untuk dapat berdiskusi satu sama lain. Bisa berupa group chat, atau media sosial khusus karyawan. Hal ini tentu saja akan membantu meingkatkan komunikasi yang efektif antar karyawan tanpa perlu bertemu, dan bisa dilakukan kapan saja dimana saja. Kurangnya diskusi akan mengakibatkan seseorang kurang memahami kemauan orang lain. Misalnya antar pemimpin dan bawahannya. Sering kali pemimpin tidak mengetahui apa yang diinginkan pengikutnya sehingga hanya akan menimbulkan pikiran-pikiran negatif antar keduanya.

Itulah beberapa dampak buruk yang mungkin terjadi ketika tidak ada budaya organisasi yang baik dalam perusahaan. Dengan mengetahui hal tersebut setidaknya pemimpin dapat memahami dan dampak budaya buruk pada perusahaan dapat ditekan semaksimal mungkin sehingga perusahaan dapat semakin berkembang dengan baik. Psikolog Heidi Gant juga menyarankan untuk anda meluangkan waktu untuk instrospeksi diri. Pastikan anda tidak menjadi bagian dari budaya organisasi yang buruk tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun