Mohon tunggu...
Rembulan Permata
Rembulan Permata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Trisakti School of Management

Accouting 18

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lebih Baik Mana, Kepemimpinan Transformasional atau Transaksional?

11 Agustus 2021   13:49 Diperbarui: 11 Agustus 2021   13:59 2820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gaya kepemimpinan seorang pemimpin merupakan hal yang dapat memengaruhi nasib perusahaan untuk kedepannya. Kepemimpinan transactiona dan transformational sama-sama penting. Oleh harena itu, sebuah perusahaan atau organisasi membutuhkan keduanya karena keduanya saling melengkapi satu sama lain. Transactional leadership meningkatkan efisiensi organisasi, sedangkan transformational leadership yang bertugas mengendalikan organisasi ke arah atau tindakan yang benar untuk membantu mewujudkan visi dan misi.

Sebuah perusahaan harus melakukan perubahan yang positif untuk mempertahankan "hidup"nya. Diantaranya adalah perubahan sumber daya manusia yaitu dengan memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan melalui training untuk regional manajer. Ini bisa menjadi langkah awal dan mendasar agar tahapan dalam proses perubahan dapat dipahami sesuai dengan visi, misi dan keinginan organisasi. Disinilah pemimpin memainkan peran yang strategis.

Terkadang prioritas pemimpin menjadi berbeda antara yang menitikberatkan pada pencapaian impian dan yang menekankan pada apa yang seharusnya ia maksimalkan sekarang. Perbedaan prioritas ini memunculkan tipologi transactional dan transformational leadership.

Apa itu Tranformational Leadership?

Kepemimpinan transformasional adalah model kepemimpinan yang fokus pada pencapaian visi. Dimana pemimpin mengubah tim atau organisasi dengan menciptakan, dan mengkomunikasikan visi untuk organisasi, serta menginspirasi karyawan untuk mengupayakan visi tersebut. Ia adalah sosok pemimpin yang memiliki pandangan jauh ke depan. Ia tidak segan-segan untuk mengubah pergerakan organisasi sesuai dengan apa yang ia atau organisasi impikan. Seseorang dengan tipe kepemimpinan ini akan berusaha untuk mengekstrak impilan dari kepala masing-masing stakeholder, mensolidkan impian tersebut dan mengkomunikasikannya kepada setiap individu di dalam organisasi. Mereka memiliki kemampuan untuk memahami setiap individu dan menerjemahkan apa yang ada di hati dan kepala stakeholder menjadi skill wajib bagi pemimpin bertipe ini.

Tips menerapkan Kepemimpinan Transformational:

  • Menciptakan visi yang menginspirasi

Setiap anggota butuh alasan yang kuat untuk mengikuti jejak anda, inilah alasan mengapa anda perlu menciptakan dan mengkomunikasikan visi masa depan yang menginspirasi. Ini adalah subjek dari strategi unit bisnis dan mengembangkan strategi yang koheren yang membutuhkan banyak kerja keras dan pemikiran yang cermat.

  • Merumuskan rencana strategis organisasi

Pada hakekatnya merumuskan dan menetapkan visi organisasi adalah menggali gambaran, keinginan dan cita-cita bersama mengenai masa depan organisasi berupa kondisi, peranan dan cita-cita yang ingin diwujudkan atau peranan yang ingin dilaksanakan yang merupakan komitmen seluruh anggota organisasi tanpa adanya rasa terpaksa atau karena ditekan oleh pimpinan. Pernyataan visi dan misi membantu menyelaraskan sumber daya organisasi dengan tepat untuk mencapai masa depan yang sukses.

  • Bangun hubungan yang lebih kuat dan berbasis kepercayaan dengan orang-orang anda

Sebagai pemimpin transformasional, anda perlu memusatkan perhatian anda pada bawahan anda, dan bekerja keras untuk membantu mereka mencapai tujuan dan impian mereka. Anda perlu bekerja terus-menerus untuk membangun hubungan, mendapat kepercayaan, dan membantu bawahan anda untuk tumbuh secara individu. Temui bawahan anda secara individu untuk memahami kebutuhan perkembangan mereka dan membantu mereka memnuhi tujuan karir mereka.

Apa itu Transactional Leadership?

Tipe kepemimpinan ini berfokus pada apa yang ada dan memastikannya dapat berjalan dengan baik. Mereka lebih memprioritaskan performa kerja individu, ia akan memastikan bahwa pekerjanya memiliki hal yang diperlukan untuk melakukan pekerjaannya. Karena itu, tipe kepemimpinan ini menjadikan penyelarasan kinerja dan tujuan setiap bidang kerja dan masing-masing individu dengan strategi menjadi kerja utamanya. Organisasi membutuhkan kepemimpinan transaksional yang dapat memberikan arahan, menjelaskan perilaku yang diharapkan, dan memberikan reward dan punishment yang mungkin dapat berpengaruh pada kinerja karyawan.

Tips menerapkan Kepemimpinan Transaksional

Berikut caya menyiasati gaya kepemimpinan transaksional di kantor agar bekerja menjadi lebih produktif:

  • Tingkatkan peluang pengemangan diri

Pemimpin transaksional perlu ikut mendukung pengembangan kepemimpinan perusahaan karena perusahaan tidak akan bertahan jika tidak memiliki bibit-bibit pemimpin untuk mengantikan mereka yang akan pergi. Ini akan menghemat banyak waktu dan uang bagi perusahaan jika mereka mampu menghasilkan pemimpin secara internal.

  • Selesaikan masalah secara proaktif

Masalah bisa muncul kapan saja tanpa diduga-duga. Maslaah harus segera diatasi ketika muncul. Pemimpin dengan gaya transactional perlu menangani masalah-maslaah ini dengan cepat. Jia tidak diselesaikan secara proaktif, tugas yang ada akan memerlukan waktu lebih lama untuk diselesaikan. Konflik pun juga akan memburuk. Dengan begitu, anda juga perlu meluangkan waktu untuk merancang strategi problem solving yang tidak hanya terkait dengan produktivitas.

  • Kombinasikan gol jangka pendek dengan tujuan akhir jangka panjang

Tujuan merupakan hasil akhir yang menjadi parameter keberhasilan atau kegagalan organisasi dalam menjalankan roda bisnis yang digeluti. Maka diperlukan sumber daya organisasi secara efektif pada tiap tingkatan manajemen.  Disini, pemimpin transaksional bisa bekerja sama dengan gaya pemimpin lainnya untuk menciptakan rancangan kerja yang ideal untuk mengantisipasi burn out dan penurunan motivasi kerja.

Jika dilihat mana yang lebih baik, tentu saja jawabannya adalah keduanya sama-sama baik. Dengan demikian, perusahaan atau organisasi membutuhkan keduanya karena keduanya saling melengkapi satu sama lain. Namun, gaya kepemimpinan transformasional lebih mampu membawa perubahan-perubahan yang lebih mendasar seperti perluasan nilai, tujuan dan kebutuhan bawahan dan perubahan tersebut akan berdampak pada upaya bawahan. Dengan terpenuhinya kebutuhan yang lebih tinggi akan membuat bawahan mempertinggi motivasi dalam mencapai hasil kerja yang lebih optimal dan membuat bawahan berupaya lebih keras dan berkinerja lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun