Mohon tunggu...
Rembulan Pagi
Rembulan Pagi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Menteri-menteri Bidang Ekonomi, APBN P 2016 - RAPBN 2017 (Janji Perubahan Pemerintahan Jokowi bisa Celaka)

16 Juni 2016   17:17 Diperbarui: 16 Juni 2016   17:21 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
diambil dari kompas.com

Dalam beberapa hari ini saya diajak diskusi oleh beberapa teman di sela-sela buka puasa bersama mengenai naiknya harga-harga kebutuhan pokok. Kebutuhan pokok yang menjadi obrolan kami saat itu memang tidak hanya mengacu kepada harga kebutuhan pangan yang memag biasa cukup menjadi pertimbangan kami ketika memilih dan menentukan dimana tempat makan yang recomended untuk berbuka puasa bersama.

Maklum, diantara kami memang tidak memiliki pekerjaan tetap. Eh maaf, lebih tepatnya penghasilan tetap sih. Ya, sebagian diantara kami memang sehari-hari beraktifitas sebagai freelancer. Baik itu sebagai penulis lepas, kontributor media atau pun fotografer lepas. Itu semua berstatus sebagai pekerja lepas.

Ada juga sih diantara kami yang sembari usaha sampingan dengan membuka warung kopi dan makan sebagai sarana memutar sebagian penghasilan dari freelancer. Biar penghasilan yang ada terus berputar secara produktif dan bisa digunakan untuk keperluan makan sehari-hari. Hehehe... Daripada gali lubang tutup lubang, bagi kami lebih baik menabung dengan kegiatan produktif. Iya, karena dapat untung 2 hal: uang kembali lagi ke kita dan dapat pengalaman langsung mengatur usaha produktif dengan segala resikonya.

Kami ini mungkin oleh sebagian publik disebut sebagai kelas menengah ngehek itu, yang bekerja lepas dari berbagai perlindungan negara (mungkin?), tapi rata-rata dari kami tak pernah luput dari aktifitas di media sosial. Wajar saja. Karena ini memang punya kaitan erat dengan aktifitas kami sehari-hari.

Saking rajinnya berselancar di dunia maya, obrolan kami di sela buka puasa itu tak luput pula untuk ikut beropini layaknya para pengamat politik, pengamat ekonomi atau anggota dewan ketika ada suatu kebijakan pemerintah yang berdampak langsung kepada kehidupan kami sehari-hari.

Nah kemarin ketika kami berbuka puasa bersama untuk kedua kalinya setelah puasa hari pertama yang lalu, obrolan kami berlanjut hingga larut malam. Awalnya kami berdiskusi tentang trending topik pencalonan Kapolri yang merupakan calon tunggal dari Presiden Jokowi. Namun seiring dengan perjalanan diskusi yang tentu tak lepas dari obrolan kebutuhan-kebutuhan mendesak untuk cari kontrakan baru, biaya sekolah anak yang memasuki tahun ajaran baru dan wacana kenaikan tarif dasar listrik 900 volt dan kemungkinan pencabutan subsidi BBM.

Dalam beberapa hari ini memang pemberitaan di media banyak yang mengulas tentang kenaikan rasio utang pemerintah, pencapaian target pajak yang jauh dari yang telah ditetapkan, RUU Tax Amnesty, pencabutan subsidi listrik dan BBM. Semetara itu, beberapa kebijakan ekonomi dalam bentuk paket kebijakan deregulasi yang ditetapkan pemerintah sepertinya belum begitu berdampak bagi aktifitas ekonomi dalam negeri.

Sebetulnya ada beberapa kebijakan pemerintah Jokowi yang mulai berjalan, misalnya tentang pembangunan infrastruktur jalan, bandara, pelabuhan, waduk dll. Ketika kita melakukan perjalanan ke luar kota, tentu kita dapat melihat prosses pembangunan infrastruktur telah dimulai. Ya, kita akui bahwa proses pengerjaan proyek pembangunan infrastruktur di pemerintahan Jokowi ini lebih cepat dimulai. Dan itu fakta.

Sepulang dari diskusi sela buka puasa yang higga larut malam tadi, saya mencatat beberapa hal yang perlu untuk didalami lagi sesungguhnya apa yang sedang terjadi dengan ekonomi nasional kita di saat sebagian besar masyarakat kita memasuki bulan puasa, lebaran dan tahun ajaran baru ini.

Dari perselancaran di dunia daring dan diskusi-diskusi yang berkembang dalam berbagai group WA, saya mendapatkan 2 analisa menarik yang sekiranya perlu untuk saya bagikan kepada teman-teman semua sebagai bahan diskusi.

Pertama dari kompas.com : Anggaran 2017, Realistis atau Tetap Ambisius?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun