Mengapa demikian?
Sikap Ahok ini bisa memicu sikap intoleransi warga Jakarta. Seperti yang dikatakan Lieus, Ahok menebar benih permusuhan. Warga yang dirugikan akibat kebijakan maupun pilihan politik Ahok, juga terlihat semakin berani menentang kebijakan Ahok. Pada Rabu (27/05) dini hari, ratusan warga Pinangsia, Taman Sari mendatangi rumah Ahok di Pantai Mutiara, memprotes rencana penggusuran pemukiman warga yang akan digelar Pemprov DKI.
Perlawanan-perlawanan warga ini, juga diikuti dengan munculnya kembali pandangan bahwa Ahok adalah warga keturunan. Beberapa kali tulisan di spanduk warga yang berdemo, memunculkan kebencian terhadap warga keturunan.
Hal ini juga diungkapkan oleh pengamat politik Muslim Arbi. Menurut Arbi, di kalangan rakyat kecil dibenci karena suka menindas dan menggusur tanpa dialog. Selain itu pernyataan Ahok pun memunculkan kemarahan di kalangan rakyat kecil. Kebiasaan Ahok yang memberikan pernyataan kasar, justru akan memunculkan perlawanan dari rakyat kecil. Saat ini masih ada pandangan dari rakyat, Ahok itu warga keturunan. Dan pernyataan menyakitkan orang pribumi, maka perlawanan terhadap Ahok makin keras.
Sekali lagi, jika Ahok tetap mempertahankan sikap arogansi dan otoriternya dalam memimpin Jakarta, akan menggali lubang kuburnya sendiri di Pilkada 2017. Terbukti spanduk penolakan Ahok juga mulai bertebaran di beberapa tempat di Jakarta. Dan mungkin sebentar lagi Ahok akan menuai badai: Konflik SARA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H