Mohon tunggu...
Gaya Hidup

Menjual Emosi

1 Mei 2016   13:33 Diperbarui: 1 Mei 2016   13:41 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Remaja Tampubolon (dok.pri)

Kalau dipikir-pikir, seorang sales itu bukan jualan produk. Namun, yang ia jual adalah emosi. Ketika seseorang membeli sebuah mobil, ia tidak hanya membeli sebuah produk mobil. Namun, ia membeli sebuah emosi yang ia dapatkan dari kenyamanan yang ditawarkan oleh mobil tersebut.

Roy Garn, dalam bukunya The Magic Power of Emotional Appeal, bercerita tentang empat toko pakaian dalam yang berada pada satu blok yang sama di sebuah kota. Semuanya menjajakan jenis gaun malam dan pakaian dalam yang sama. Persaingannya sangat ketat. Untuk memenangkan persaingan, salah satu toko menggantungkan dua papan di atas rak. Satu papan bertuliskan “Untuk yang nakal.” Satu papan lain bertuliskan “Untuk yang alim.” Dalam 3 hari, semua persediaan gaun malam dan pakaian dalam di toko tersebut ludes terjual !! 

Apa yang dilakukan oleh toko tersebut merupakan salah satu cara untuk mengaitkan pakaian dengan unsur emosi. Tulisan yang ia pasang bisa dipersepsikan dengan baik oleh setiap konsumen yang datang sehingga barang yang ditawarkannya ludes terjual. Untuk menjual emosi, kita harus cerdas dalam membuat kalimat yang mampu menarik perhatian setiap calon konsumen.

Di bukunya yang sama, Garn juga bercerita tentang sebuah pertemuan bisnis yang dihadiri oleh seseorang yang bertampang biasa-biasa saja. Ia diperkenalkan sebagai “PEMBUNUH DARI BROOKLYN”. Spontan, semua yang hadir di pertemuan tersebut tersentak dengan perkenalannya. Ternyata, setelah dijelaskan, orang tersebut memiliki profesi sebagai PEMBASMI HAMA. Caranya sungguh cerdas dalam menarik emosi orang lain. 

Bagaimana dengan Anda? Seberapa unik dan seberapa kuat emosi yang Anda ciptakan dapat ditangkap oleh calon pembeli Anda? Berpikirlah dan bertindaklah untuk menjual emosi. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun