Mohon tunggu...
Aurelius RL Teluma
Aurelius RL Teluma Mohon Tunggu... Ilmuwan - Suka mengunyah makna...

Penggemar ikan "kebeku". Dibesarkan ladang, laut dan pantai pasir putih Lato, Flores Timur. Juga buku-buku dan angkringan Jogja.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kita Bukan Covid-19

20 September 2020   09:56 Diperbarui: 20 September 2020   10:01 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

__________________
Pandemi ini masih lama kawan. Tak ada jalan lain selain dihadapi. Tidak hanya dengan cerdas tapi juga kuat. Bukan hanya memakai masker, menjaga jarak aman, rajin mencuci tangan, tapi juga merawat iman, optimisme, akal sehat dan kreativitas.

Tak ada yang selamat dari gempuran makhluk hidup kasat mata yang bernama Covid-19 ini. Fisik tak terinfeksi, tapi isi dompet sudah pasti terkuras, tanpa tahu bagaimana cara untuk segera mengisinya kembali. Jadi kuatlah!

Isi dompet mungkin bertahan di tengah pandemi, tapi jiwanya didera sepi karena sekaya apa pun seseorang tak akan bisa hidup tanpa bersenda gurau dengan orang di sekitarnya. Jadi jangan pernah bermimpi untuk jadi pemenang sendirian. Menang untuk sepi sendirian, buat apa?

Kesepian mungkin bisa diatasi dengan berselancar jaya di jagat maya. Tapi akal sehat bisa tergerus oleh hasrat menang sendiri yang bertemu dengan para pemasang jerat melalui aneka narasi palsu penuh janji akan kepastian dan kebenaran. Atau sebaliknya, yang tak ingin ada kebenaran hidup di dunia ini. Jika terjebak, maka selama dan setelah pandemi, kita hanya akan menjadi pribadi-pribadi pembenci.

Fisik kita bisa saja tetap sehat, isi dompet bertambah, akal sehat masih bekerja. Tapi, tanpa segera mengulurkan tangan untuk segera membantu sesama di sekitar, kita sebenarnya telah dikalahkan pandemi ini setotal-totalnya yaitu matinya hati nurani!

Bagaimanapun, yang membedakan manusia dengan Covid-19 hanya satu: virus Covid-19 hanya ingin hidup sekalipun tubuh inangnya akan mati, sedangkan manusia tidak. Manusia sejati mau hidup bersama, bersama-sama. Jika saja ada manusia yang ingin hidup sekalipun yang lain di sekitarnya mati, apa bedanya dia dengan Covid-19?

#happySunday
Mataram, 20-09-2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun