Mohon tunggu...
Relly Jehato
Relly Jehato Mohon Tunggu... Penulis - .

Personal Blog: https://www.gagasanku.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Marzuki Ali Melecehkan Tukang Kebun

25 Oktober 2011   09:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:31 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sosok kontroversial Ketua DPR RI Marzuki lagi-lagi membuat pernyataan yang menurut saya bernada melecehkan. Hal ini terjadi saat Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat ini dimintai komentar soal tukang kebun yang tiba-tiba nyelonong di dekat podium tempat Presiden SBY menggelar acara di Bali Tourism Development Center (BTDC), Nusa Dua, Bali Senin Kemarin.

"Enggak tau saya. Yang seperti itu masa mau dikomentari. MASA KETUA DPR MENGOMENTARI TUKANG KEBUN" begitu komentar Marzuki saat ditanya wartawan sebagaimana dirilis situs online Detik.com (baca di sini). Bagian kalimat yang dikapitalkan itu menurut saya punya konotasi “melecehkan” profesi tukang kebun. Jelas terlihat bahwa Marzuki membandingkan Profesi Ketua DPR dan Tukang Kebun. Posisi Ketua DPR itu jauh tinggi nun jauh di atas, sementara Tukang Kebun hanya profesi tidak penting yang sepantasnya diabaikan saja.

Sepintas lalu, profesi Ketua DPR dan Tukang Kebun dalam konstruksi sosial common sense memang berbeda tingkatannya. Ketua DPR itu profesi dan kedudukan yang prestisius. Sementara Tukang Kebun hanya profesi rendahan. Namun, itu tidak berarti bahwa mereka yang berprofesi rendah secara sosial pantas untuk dilecehkan. Oleh karena itu, menurut saya komentar Marzuki memiliki kekeliruan yang serius.

Ada argumen yang bisa menguatkan argumentasi soal kekeliruan itu. Kita bisa mulai dari kedudukannya sebagai wakil rakyat. Logikanya begini, dia bisa duduk di Senayan karena dipilih oleh rakyat. Karena dipilih oleh rakyat, nasibnya sebagai DPR sangat ditentukan oleh suara rakyat. Kalau memakai nalar lurus, anggota DPR termasuk Marzuki sebenarnya menghamba kepada rakyat. Karena menghamba kepada rakyat, mengapa harus sombong dengan kedudukannya sebagai Ketua DPR?

Kalau mau ditelisik lebih jauh lagi, dengan profesi Marzuki sebagai Ketua DPR, seharusnya ia lebih santun memperlakukan rakyat atau profesi orang lain. Kedudukan dan kekuasaan itu amanah untuk mengelola dan memperjuangkan aspirasi rakyat. Dan di sana dituntut sikap yang mampu memberikan teladan yang baik kepada rakyat, entah itu dalam bersikap atau bertutur bicara. Ringkasnya memimpin dengan teladan. Karena bertentangan dengan prinsip tersebut, maka tepat kalau dibilang bahwa komentar Marzuki di atas sangat tidak pada tempatnya.

Lebih parah lagi kalau kita menilainya dari sudut pandang harkat dan martabat manusia. Harkat dan manusia itu sejajar dan sama. Tidak ada bedanya. Kalau kita merujuk pada konsep ini, Marzuki telah melecehkan harkat dan martabat orang lain sebagai manusia. Masih pantaskah orang ini berbangga dengan kedudukannya sebagai Ketua DPR? Jelas tidak pantas. Sebab apa yang dilakukan Marzuki menjadi representasi keterasingannya dari rakyat dan keliru secara manusiawi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun