Sosok ketua DPR Marzuki Alie, yang kerap dikesankan oleh media sebagai sosok kontroversial, kali ini patut kita acungi jempol. Dia tetap keukeuh untuk merealisasikan pemakaian finger print di ruang sidang paripurna (baca di sini). Penolakan sebagian anggota DPR atas rencana teknologi absensi sidik jari ini tidak menyurutkan nyali Marzuki.
Sikap ngotot Marzuki itu bukannya tanpa alasan. Sebagian anggota DPR dianggap tidak jujur. "Ada orang yang tidak pernah hadir, tapi absennya 100 persen. Itu kan enggak lucu," tuturnya sebagaimana dikutip Kompas.com. Penggunaan finger print itu juga tidak melanggar aturan. Rujukan aturannya ada pada Pasal 243 Tata Tertib DPR.
Upaya dan niat baik Marzuki Alie pantas untuk kita apresiasi. Hanya memang rasanya lucu juga. Di mana letak kelucuannya? Ya, di fakta bahwa ada anggota DPR yang tidak hadir sidang tetapi absensi dinyatakan hadir. Ini 'kan bentuk sikap yang kekanak-kanakan. Tidak mewakili sikap wakil rakyat yang ditutur sebagai "Dewan Terhormat".
Patut disayangkan. Mereka masih harus ditatar dan dilatih agar tertib dan disiplin. Dan mereka harus didislipinkan oleh teknologi. Rupanya, falsafah "memimpin dengan teladan" tidak berlaku untuk mereka. Ya, mareka masih suka-suka saja.
Kalau punya rasa malu, pada tataran tertentu pemakaian finger print itu sebetulnya merupakan bentuk tamparan keras untuk anggota DPR. Finger print menjadi representasi kebengalan sikap dan ketidakdisiplinan anggota DPR.
Akhirnya, kita berharap, Marzuki Alie tidak hanya tegas dalam soal absensi ini. Ada banyak persoalan di DPR seperti jual beli pasal, praktek korupsi, titip proyek, dan berbagai bentuk mafia lainnya yang merugikan rakyat. Mudah-mudahan sebagian persoalan ini perlahan-lahan bisa raib dari DPR. Peran Marzuki ikut menentukan implementasi harapan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H