Mohon tunggu...
Relly Jehato
Relly Jehato Mohon Tunggu... Penulis - .

Personal Blog: https://www.gagasanku.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Media Yahudi Pertanyakan Penghargaan untuk SBY

24 Mei 2013   14:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:06 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pro-kotra mengenai penghargaan negarawan dunia 2013 atau "World Statesman Award" dari Appeal of Conscience Foundation (ACF) kepada Presiden SBY masih terus berlanjut. Ada sebagian kalangan- terutama sekutu istana SBY- menilai, penghargaan ini wajar diterima oleh SBY. Namun, sebagian kalangan lagi menolak dan mempertanyakannya.

Dalam tulisan ini, saya cuma ingin share beberapa poin yang barangkali perlu kita cerna dari artikel “Why Did Jewish Group Give Award to Indonesian Blamed for Fanning Hatred?” yang dimuat di portal “The Jewish Daily Forward” (baca di sini).

Pertama, The Appeal of Conscience Foundation mengatakan bahwa penghargaan kepada SBY merupakan sebuah dorongan untuk mengembangkan hak asasi manusia, kebebasan beragama, dan kerja sama antar-agama” (The Appeal of Conscience Foundation, an interfaith group that bills itself as promoting religious freedom, said in a statement that the award to Yudhoyono is “an encouragement to advance human rights, religious freedom and interreligious cooperation.”)

Tujuan pemberian penghargaan itu mendapat tanggapan dari Profesor Bidang Hubungan Internasional Universitas Boston, Jeremy Menchink. Ia mengatakan bahwa momen penyerahan penghargaan kepada SBY tidak tepat dan sudah terlambat, sebab masa pemerintahan SBY akan berakhir tahun 2014. ("If Schneier (baca: ACF) hopes to change Yudhoyono’s behavior toward ethnic minorities in his own country, however, the award may come too late. Yudhoyono is barred by term limits from running in Indonesia’s 2014 elections. “If they wanted him to do more, it’s not the time to do it,” said Jeremy Menchik, a professor of international relations at Boston University.")

Kedua, penghargaan yang diberikan ACF sebetulnya tidak memiliki prestise di Amerika Serikat. Mungkin malah tidak dianggap penting. Hal ini terlihat jelas dari kutipan berikut: "The annual award, given by Rabbi Arthur Schneier’s Appeal of Conscience Foundation, has no significant profile in the United States." Kalau sudah begini, apa yang mesti dibanggakan?

Ketiga, langkah yang dilakukan ACF yang berkantor di Amerika SerikaT sebetulnya bertolak belakang dengan penilaian dan sikap pemerintahan Amerika sendiri yang menganggap (pemerintahan) Indonesia sebetulnya gagal dalam memberikan rasa nyaman kepada warganya dalam beragama."The U.S. State Department has criticized the Indonesian government for its sometimes anemic response to interreligious violence. When 500 Sunni extremists attacked a Shia neighborhood on an island near Java in August 2012, displacing hundreds of Shia, police sent only five officers, according to the State Department’s annual religious freedom report. A large force of 700 officers was dispatched only after the violence was long over."

Keempat, motif tersembunyi dari pemberian penghargaan kepada SBY masih belum jelas. Yang pasti, hingga saat ini, Indonesia belum mempunyai hubungan diplomatik resmi dengan Israel, walaupun pada bulan Juni 2012 Indonesia setuju untuk membukan konsulat di Ramallah yang akan menangani hubungan diplomatik dengan Israel. Dalam konteks ini, Yayasan Yahudi ini mungkin saja punya tujuan agar sikap Indonesia dalam hubungan diplomatik dengan Israel bisa semakin terbuka.

Penilaian tersebut berangkat dari kutipan berikut: "It’s not clear what unstated motives, if any, Schneier’s foundation might have for giving the award to Yudhoyono in the face of his record on religious rights. Indonesia has no official diplomatic relations with Israel, though ties between the two countries have warmed recently. In June 2012, Indonesia agreed to open a consulate in Ramallah that would handle diplomatic relationships with Israel. In February 2012, a delegation of Jewish, Christian and Muslim leaders traveled together to Indonesia and Israel in a peace-building effort.")

Merujuk kepada beberapa pin di atas, silahkan pembaca menilai apakah penghargaan kepada Presiden SBY itu layak atau tidak, memalukan atau tidak, perlu diterima atau tidak, bergengsi atau tidak, dan seterusnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun