Mohon tunggu...
Religius Perdana
Religius Perdana Mohon Tunggu... DEVELOPER PROPERTI -

Karena produktifitas tidak hanya dilihat dari kuantitas, tapi juga kualitas.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ganja, Susu Setitik Rusak Nila Sebelanga

6 April 2017   18:30 Diperbarui: 7 April 2017   02:00 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini menarik! Beberapa waktu yang lalu saya menemukan sebuah berita, mengenai seorang pria yang tertangkap karena menanam ganja di rumahnya. Seorang Pegawai Negeri Sipil di Kalimantan Barat, Fidelis Ari namanya. Bukan embel-embel PNS yang membuat kasus ini menarik, meskipun sebagai seorang awam saya gerah juga jika mendengar PNS tersangkut kasus narkoba. Uniknya, ganja ini bukan dikonsumsi secara pribadi atau diedarkan, tapi digunakan untuk pengobatan istrinya yang mengidap penyakit langka, Syringomyelia.

Berbagai cara sudah dilakukan tanpa hasil yang signifikan, beliau akhirnya menggunakan ekstrak ganja, berbekal informasi dari internet. Menurut pengakuannya, kondisi istrinya berangsur-angsur membaik dibandingkan sebelumnya. Sayangnya sang istri meninggal dunia beberapa saat setelah Ari ditahan dan pengobatannya berhenti.

Menurut saya, polisi maupun BNN tidak dapat disalahkan atas penangkapan ini. Mereka hanya menjalankan tugas, berdasarkan peraturan yang berlaku. Namanya narkoba, apapun alasannya, harus segera ditindak. Tanpa pandang bulu, pun tanpa bulu dipandang (loh?). Selain itu, hingga saat ini belum ada aturan khusus mengenai kepemilikan ganja untuk kesehatan secara individu. Contoh lain misalnya, ketika petugas kebersihan membuang sampah ke TPA, dan tanpa sepengetahuannya ternyata ada barang atau dokumen penting di dalamnya, apa petugas kebersihan ini bersalah? Ah, jangan bercanda.

Dilema memang. Disatu sisi, hukum harus ditegakkan. Disisi yang lain, muncul empati dan rasa kemanusiaan yang juga perlu dijadikan pertimbangan. Apalagi usut punya usut mereka sekeluarga dinyatakan negatif narkoba, hanya istrinya yang positif. Tinggal kita serahkan saja bagaimana keputusan yang berwenang nantinya.

Mulailah mencuat lagi isu mengenai legalisasi ganja. Jika memang bermanfaat untuk kesehatan, kenapa tidak? Begitu alasannya. Ah, rasanya terlalu sembrono untuk menjadikan tanaman ini lebih istimewa dibandingkan narkoba jenis lain. Mengapa? Ganja ini termasuk jenis narkotika golongan I yang dianggap berbahaya dalam perundang-undangan di Indonesia. Saya tidak dapat membayangkan apabila ganja bisa berkeliaran sebebas rokok di Indonesia. Bisa-bisa nge-fly semua kita!

Apakah dengan susu setitik, rusak nila sebelanga? Jangankan rusak, bahkan geli-geli pun tidak bagi si nila.

Mungkin ada beberapa penelitian yang mengungkapkan manfaat ganja bagi kesehatan, tapi dengan dosis yang tepat, dan dengan prosedur khusus. Tidak bisa main-main. Itu sebabnya akan jadi chaos jika ganja bisa dipergunakan seenaknya. Ditambah lagi, jika ganja benar-benar dilegalkan bisa jadi akan muncul ganja-ganja berikutnya yang siap mengantri untuk ikut dilegalkan. Iya, bisa jadi!

Menarik buat saya. Bagaimana seseorang yang bukan bidangnya mampu meracik obat dengan ganja untuk pengobatan istrinya, meskipun informasinya didapat dari situs asing. Ini jadi tantangan tersendiri bagi bidang medis, baik akademisi maupun pelaksana, untuk mencari tahu dan melakukan penelitian yang komprehensif terkait pemanfaatan ganja. Jika memang besar manfaatnya, segera tentukan dosis dan formula yang tepat, dan buat saja obat dalam bentuk pil atau kapsul. Jika sudah dinyatakan lolos oleh pihak-pihak yang berwenang dan resmi beredar, masyarakat boleh saja mengonsumsinya. Apakah Anda pernah mencari tahu komposisi dari obat yang diberikan dokter sebelum meminumnya?

Kasus ini menambah perbendaharaan ilmu saya dalam perziarahan hidup ini. Bagaimana tidak? Begitu peliknya hidup, hingga pria ini rela menerjang aturan demi istrinya. Apapun hasilnya nanti, saya tetap akan mengacungi jempol untuk keberanian pria ini. Mungkin ini adalah penggabungan antara cerita Si Pitung dengan Romeo dan Juliet. Mungkin sebentar lagi muncul serialnya. Ah, sudahlah. Salam!

Oleh: Religius Perdana Purba

www.begadanger.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun