[caption id="" align="aligncenter" width="630" caption="sumber: lensaindonesia.com"][/caption] “Kalau saya bilang Anda ini penculik dan pembunuh bagaimana?” Inilah pernyataan fenomenal pengamat politik LIPI, Ikrar Nusa Bakti, mengomentari pidato kampanye Prabowo yang selalu menyerang pesaingnya Jokowi. Ikrar menilai upaya Prabowo untuk menjatuhkan Jokowi sebagai hal yang tidak mendidik. Menurutnya, kampanye Prabowo tidak berkualitas karena tidak bersaing secara program tetapi malah menyerang kelemahan personal Jokowi. Dalam kampanye, Prabowo justru mengutamakan dan mempertontonkan sikap tempramentalnya yang menyerupai Hitler, pemimpin Nazi Jerman. Dengan bersikap seperti itu, Prabowo seolah ingin mengesankan bahwa dirinya pemimpin yang tegas, berani, dan satu – satunya putra terbaik bangsa sedangkan yang lain tidak. Padahal seperti yang dikatakan Ikrar, Prabowo adalah seorang penculik dan pembunuh. Dari kampanyenya itu dapat dilihat bagaimana nanti kepemimpinan Prabowo jika terpilih sebagai Presiden. Prabowo akan menerapkan sistem pemerintahan yang otoriter dan mengutamakan kebijakan yang bersifat represif dalam menyelesaikan persoalan bangsa dan negara. Gambarannya sama dengan Jerman saat dipimpin Hitler dan Indonesia saat dipimpin Soeharto. Lihatlah, hingga saat ini Prabowo tidak memiliki konsep dan program yang benar – benar jelas. Prabowo berkoar – koar sebagai “bapak pertanian”, sementara ratusan bahkan ribuan karyawan di perusahaan kertasnya yang di Kalimantan tidak digaji selama 5 – 9 bulan. Prabowo jumawa dengan Program pembangunan desanya “Rp 1 M untuk 1 Desa”, padahal ide ini dicurinya dari politikus PDIP Budiman Sudjatmiko dan secara sadar menipu rakyat serta menunggangi Undang – Undang Desa. Prabowo sarat dengan kelamahan tetapi sangat percaya diri membuka kelemahan dan kekurangan calon lain, terutama Jokowi. Prabowo tidak berani adu gagasan dan program karena memang tidak memiliki ide pembangunan yang cemerlang. Di benak Prabowo hanya ada kata “ serang, serang, serang dan jatuhkan!” . Sikap tempreman dan kesombongan inilah yang dimiliki Prabowo sebagai modal nyapres. Jika Indonesia jatuh ke tangan Prabowo, maka bersiaplah rakyat Indonesia melihat tanah air bergelimang darah. Indonesia akan menjadi negara konflik. Tidak ada lagi kebesasan bicara dan berpendapat. Ada yang berani – berani menentangnya, maka siapkanlah kepala pada peluru panas. Dorrr!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H