Mohon tunggu...
Relawan Komunitas Untuk Negeri
Relawan Komunitas Untuk Negeri Mohon Tunggu... -

Adalah tulisan-tulisan relawan seputar teori kerelawanan, isu-isu keindonesiaan, dan aksi-aksi sosial yang terlaksana dan dilaksanakan oleh relawan Komunitas Untuk Negeri

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pengurus Komunitas Bukan Hanya Sekedar Pengurus

19 November 2015   11:09 Diperbarui: 19 November 2015   12:03 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

 

Di sekeliling kita, berapa banyak komunitas yang ada dan bergerak di berbagai kegiatan sesuai dengan tujuan komunitas tersebut. Sebuah komunitas akan diam di tempat, jika didalamnya tidak ada orang-orang penggerak atau orang-orang yang mendorong kegiatan komunitas menjadi nyata. Wujud, fikiran, ide maupun gagasan orang yang terlibat di dalam komunitas menjadi kunci jalannya kegiatan komunitas. Tidak hanya itu, sebuah komitmen berada dalam sebuah komunitas juga menjadi keberhasilan adanya komunitas.

Mungkin ada beberapa komunitas ataupun organisasi-organisasi yang kita ketahui dan kita lihat, berhasil menghimpun berpuluh-puluh orang (pengurus) untuk menggerakkan komunitas atau organisasi tersebut. Hasilnya, ada yang berhasil berjalan sesuai dengan tujuan yang direncanakan, ada juga yang kurang berhasil dikarenakan pengurus yang datang lalu pergi sesuka hati. Yang datang lalu pergi sesuka hati ini, sudah seharusnya difikirkan apa penyebabnya? Apakah memang organisasi tersebut kurang menarik? Ataukah tidak adanya sebuah komitmen dalam dirinya?

Banyak memang orang yang memiliki jiwa semangat berorganisasi, tetapi hanya semangat di awal saja. Seiring berjalan waktu demi waktu, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun, rasa jenuh dalam berorganisasi melanda. Ini bisa diatasi dengan kreatifitas kita didalam organisasi yang kita jalani, sehingga kegiatan yang kita jalani menjadi asik, tentunya sesuai dengan ketentuan dan ketetapan dari organisasi tersebut.

Oke, sekarang kita berbicara fokus pada “pengurus komunitas”. Komunitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sekelompok orang yang hidup dan saling berinteraksi di dalam daerah tententu. Dalam sebuah komunitas, komunikasi dan saling interaksi antar pengurus itu perlu. Bukan sekedar komunikasi jika ada aksi saja, tetapi komunikasi dalam merembukkan ide atau gagasan yang ingin dibuat untuk kegiatan komunitas tersebut.

Kebanyakan dari pengurus komunitas yang ada, hanya menunggu arahan atau   intruksi dari koordinator atau ketua komuitas saja. Seharusnya dan tanpa sadar, pengurus komunitas juga dituntut memikirkan keaktifan kegiatan komunitas untuk dijalankan. Berbagai macam tipe dan kriteria pengurus ada dalam sebuah komunitas. Ada pengurus yang komunikatif dan aktif, ada pengurus yang hanya bisa bekerja di lapangan tanpa pernah memberikan ide atau sanggahan atas kegiatan yang akan dijalankan, ada juga pengurus yang tidak pernah kehabisan ide atau kreatifitas dalam membuat sebuah aksi atau kegiatan.

Kita tidak bisa menyalahkan kepribadian orang yang seperti itu. Tetapi, seorang pengurus, sudah seharusnya mengetahui apa dan bagaimana ia harus lakukan. Makanya, kenapa pengurus komunitas bukan sekedar pengurus. Karena dalam komunitas, sadar ataupun tidak, pengurus dituntut agar lebih aktif, disiplin, interaktif dan inovatif. Karena pengurus akan dihadapkan dengan berpuluh-puluh relawan, bahkan ratusan relawan dalam suatu kegiatan, tidak mungkin sikap diam yang kita tunjukkan. Selain itu, menjaga kesatuan pengurus untuk kemajuan komunitas, menjadi koordinasi antar divisi yang ada. Tidak hanya memikirkan divisi masing-masing. Tetapi, untuk memajukan eksistensi komunitas juga perlu difikirkan didukung dengan kegiatan-kegiatan yang ada. Pengurus komunitas juga harus mampu untuk menyusun dan merencanakan strategi atau konsep kegiatan. Serta dapat menjalin kerjasama di luar komunitas.

Jiwa kreatif sudah ada tertanam di setiap diri manusia. Kembali kepada individu masing-masing, mau mengembangkannya atau hanya memilih diam dan menunggu hasil kreatif orang lain. Jadilah diri yang memiliki kepribadian “Kreatifitas tanpa batas”. Karena membuat kegiatan dengan konsep menjadi lebih kreatif dan inovatif dapat mencairkan kejenuhan kita dalam berorganisasi. Setiap orang adalah pemimpin. Pemimpin yang mampu memimpin dirinya sendiri. Pengurus yang memiliki rasa tanggung jawab dan rasa kepemilikan penuh terhadap komunitas, mampu mengembangkan komunitas ke arah yang lebih bermanfaat. 

Oleh. Rizkika Utami

(Rizkika Utami adalah sekretaris Komunitas Untuk Negeri. Mahasiswi Fakultas Dakwah & Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah ini juga merupakan bagian dari penyiar Radio Dakwah Kampus (RDK). Selain memiliki passion sebagai relawan, kini dia juga sedang disibukkan dengan urusan tugas akhir kuliah (skripsi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun