Mohon tunggu...
Hati Indonesia
Hati Indonesia Mohon Tunggu... profesional -

Kata-kata adalah politik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pujian Dunia Terhadap Kiprah Wiranto Kawal Reformasi Indonesia

25 Februari 2014   22:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:28 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pbs.twimg.com

[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="sumber: pbs.twimg.com"][/caption]

“Tidak, kita akan menghantarkan pergantian kekuasaan secara konstitusi. Saya tak ingin mendapatkan kekuasaan di atas korban dan puing – puing bangsa saya”

Wiranto

Kiprah Jenderal Wiranto dalam menggiring reformasi di Indonesia mendapat banyak pujian dari negara – negara luar negeri. Sebagai Panglima ABRI sekaligus Menteri Pertahanan dan Keamanan pada masa itu, Wiranto telah berhasil mengawal  transisi damai dan demokrasi di Indonesia tanpa pertumpahan darah.

Sejarah membuktikan bagaimana kegigihan seorang Jenderal menjaga stabilitas negara, meskipun sebenarnya situasi politik pada saat itu sangat memungkinkannya untuk mengambil alih kekuasaan seperti kudeta yang dilakukan Soeharto terhadap Presiden Soekarno.

Wiranto adalah Jenderal militer yang lebih mengutamakan dialog ketimbang gencatan senjata kepada masyarakat yang melakukan aksi protes. “Tidak, kita akan menghantarkan pergantian kekuasaan secara konstitusi. Saya tak ingin mendapatkan kekuasaan di atas korban dan puing – puing bangsa saya,” kata Wiranto saat menjawab pertanyaan Letjen Susilo Bambang Yudhoyono tentang pengambil – alihan kekuasaan.

Kebijaksanaan Wiranto ini diketahui oleh negara – negara lain. Paul Wolfowitz, mantan Dubes AS untuk Indonesia mengatakan, “Orang seperti Jenderal Wiranto memiliki kearifan dalam mengendalikan mahasiswa dan unsur – unsur paling berbahaya dari militer. Indonesia bukanlah Birma atau Cina, dan Lapangan Monas tidak menjadi Lapangan Tiananmen yang kedua. Untuk itu rakyat Indonesia dan dunia harus berterima kasih.”

Pernyataan Wolfowitz di atas menjelaskan secara gamblang tentang bagaimana Wiranto mengendalikan situasi baik dari gejolak masyarakat ataupun gejolak internal militer yang bergerak sendiri di luar garis komandonya sehingga memicu kekerasan dan menimbulkan korban jiwa pada tragedi Mei 98 tersebut.

Pujian atas keberhasilan Wiranto tidak pernah surut, bertahun – tahun setelah itu masih banyak pihak yang mengagumi sosok Wiranto dari dalam dan luar negeri. Baru – baru ini, sebuah lembaga perdamaian dunia, Sri Chinmoy secara khusus mendatangi Wiranto untuk memberikan ungkapan dan tindakan nyata apresiasi kepadanya.

Dr. Agraha dari lembaga perdamaian tersebut melakukan wawacara khusus, bahkan berniat membuat film dokumenter tentang Wiranto. Sri Chinmoy tidak hanya tertarik dengan kiprah Wiranto dalam mendukung proses transisi tetapi juga mendukung perdamaian dan meredam konflik di sejumlah daerah seperti Timor Leste.

Sri Chinmoy Centre sendiri merupakan sebuah lembaga perdamaian dan kemanusiaan dunia yang didirikan oleh tokoh spiritual dunia Sri Chinmoy. Bergerak di bidang perdamaian dan kemanusiaan dunia berbasiskan spirituliatas. Sri Chinmoy sendiri meninggal pada tahun 2007, namun saat ini telah ada 350 Sri Chinmoy Centre di seluruh dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun