Mohon tunggu...
Hati Indonesia
Hati Indonesia Mohon Tunggu... profesional -

Kata-kata adalah politik

Selanjutnya

Tutup

Money

HT: Dukung Sektor Kelautan dengan Bank Khusus Nelayan

14 Maret 2014   23:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:56 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
HT Berkunjung dan Berdialog dengan Para Nelayan di Tempat Pelelangan Ikan, Prigi, Trenggalek. Jumat, 14 Maret 2014 (sumber:twimg.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="HT Berkunjung dan Berdialog dengan Para Nelayan di Tempat Pelelangan Ikan, Prigi, Trenggalek. Jumat, 14 Maret 2014 (sumber:twimg.com)"][/caption]

"Kita perlu melihat potensi unggulan yang ada, jika saya melihat kelauatan adalah salah satunya, untuk itu sektor ini harus didukung penuh, salah satunya dengan menyiapkan Bank khusus nelayan

Hary Tanoesoedibdjo

Indonesia adalah negara kepulauan dengan luas wilayah territorial mencapai 3.257.483 km2, belum termasuk wilayah perairan ZEE. Didalamnya terdapat 300 lebih biota laut dan juga terkandung sumber minyak bumi offshore. Indonesia sangat kaya, tak ada yang dapat membantahnya, itulah mengapa negeri ini menjadi incaran negara – negara maju yang ingin menguasai kekayaan Indonesia.

Tetapi sayangnya, kekayaan tersebut tidak mampu membuat hidup masyarakat sejahtera. Kehidupan nelayan  tradisional di berbagai daerah di Indonesia kerap dihadapkan berbagai persoalan; rendahnya produktivitas, keterbatasan modal, keterbatasan teknologi, minimnya ketersediaan bahan bakar dan lain – lain.

Hary Tanoesoedibdjo, Cawapres 2014 juga menaruh perhatian khusus di sektor ini bersama sektor lainnya; pertanian, buruh dan UKM. Menurut HT, persoalan yang dihadapi para nelayan ini telah berlangsung lama. Padahal jika potensi kelautan yang kita miliki mampu dikelola pemerintah secara maksimal maka kehidupan nelayan di daerah pesisir ini tidak akan identik dengan kemiskinan.

"Indonesia memiliki potensi kelautan sangat besar, namun masyarakat yang ada di sektor profesi ini sulit untuk berkembang," kata HT saat berdialog dengan nelayan di Hotel Perigi, Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Jumat (14/3).

Untuk mengatasi hal itu, lanjut HT, butuh strategi dan solusi yang dapat menyentuh langsung ke akar persoalan; nelayan perlu didukung dengan lembaga keuangan khusus  yakni bank khusus nelayan. Hal ini penting untuk mengatasi persoalan permodalan yang menjadi kendala para nelayan saat ini.

Lembaga keuangan yang dikhususkan pada sektor kelautan ini bertujuan agar pengelolaan keuangan seperti permodalan bisa lebih khusus diperuntukkan bagi nelayan. Selama ini semuanya disamaratakan, padahal masing – masing sektor butuh pengelolaan yang berbeda – beda.

“Kesulitan pada akses permodalan ini membuat nelayan sulit berkembang, baik kesejahteraannya maupun untuk peningkatan produktifitasnya,” terang HT.

Selain menyiapkan perbankan khusus, menurut HT modernasasi teknologi kelautan harus didorong secepatnya, sehingga bisa mendorong pendapatan para nelayan.

"Dari dulu saya lihat nelayan kita tetap bekerja secara tradisional, tidak ada dukungan teknologi yang lebih canggih, sehingga pendapatan nelayan tetap begitu saja setiap harinya," ujarnya. Terakhir kata HT adalah mendorong bagaimana Indonesia memiliki infrastruktur pengelolahan ikan yang lebih baik, sehingga tidak mengekspor bahan baku. Karena menurut HT dengan ekspor ikan langsung tidak ada nilai tambah yang didapatkan. "Indonesia hebat di sumber daya alam ikan, tapi berhenti sampai disitu saja, tidak ada nilai tambah, misalnya memproses bahan jadi, harusnya jika diolah menjadi bahan jadi, bukan barang baku maka akan ada nilai tambah."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun