Mohon tunggu...
Hati Indonesia
Hati Indonesia Mohon Tunggu... profesional -

Kata-kata adalah politik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kearifan Lokal Tradisi Nyadran

15 Januari 2014   19:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:48 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="sumber: ggpht.com"][/caption] Bagi masyarakat Jawa, tradisi sadranan atau nyadran adalah budaya leluhur yang diturunkan turun temurun. Nyadran adalah perekat hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhan. Selain sebagai tradisi membersihkan diri dan mendekatkan diri pada Tuhan menjelang puasa Ramadhan, nyadran juga sebagai wujud syukur atas hasil panen warga. [caption id="" align="aligncenter" width="613" caption="sumber: ggpht.com"][/caption] Seperti acara nyadran yang diperingati oleh warga dengan Jomblang, Kendal, Jawa Tengah, hari ini (15/01). Warga menggelar sandranan sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang mereka peroleh. Acara diisi dengan kegiatan makan bersama dan pengajian. “Cara hidup masyarakat kita banyak memuat nilai-nilai kearifan lokal. Kearifan lokal ini harus dipertahankan dan dijaga, sehingga kita tetap hidup rukun dan berdampingan dengan tatanan nilai kearifan lokal tersebut,” kata Wiranto saat menghadiri acara nyadran di desa Jombang bersama Hary Tanoesoedibjo. Kearifan lokal adalah perpaduan antara nilai – nilai suci Ketuhanan dan berbagai nilai yang ada dalam masyarakat. Tradisi nyadran menjadi keunggulan budaya masyarakat yang dijadikan pegangan untuk menjaga kerukunan  hidup bermasyarakat. "Karifan lokal adalah kekayaan budaya bangsa Indonesia yang harus dijaga dan dipraktekkan secara turun temurun, dan ini adalah khas Indonesia yang tidak dimiliki negara lain," kata Wiranto. Selain sebagai syukuran untuk hasil pertanian, tradisi nyadran juga diisi dengan kegiatan membersihkan makam sesepuh dan pendiri dusun. Usai nyadren bersama, Win - HT diajak warga berkeliling dusun. melihat sawah dan peternakan warga. [caption id="" align="aligncenter" width="589" caption="sumber: ggpht.com"][/caption] Hary Tanoe pun langsung terjun ke tengah sawah warga sambil berdialog dan menyapa warga lain yang sedang menggarap sawahnya. Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh warga untuk menyampaikan berbagai persoalan yang mereka hadapi, terutama masalah pertanian. Keluhan warga inilah yang dijadikan Win – HT sebagai landasan menyusun program kerja untuk menjawab berbagai persoalan masyarakat saat ini. [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="sumber: ggpht.com"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun