Mohon tunggu...
Reko Alum
Reko Alum Mohon Tunggu... Freelancer - She/her

Metalhead \m/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Hidden Paradise di Tanah Jawa

15 Agustus 2016   19:38 Diperbarui: 28 Januari 2017   08:00 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hujan rintik-rintik menyambut kedatangan saya di perkebunan kopi ini. Udara sejuk dan pohon-pohon hijau yang terawat, membuat kesan pertama ketika tiba di Losari Coffee Plantation, begitu tenang. Senyum ramah petugas vila yang membawakan payung, mengantarkan saya ke kantor reception;bangunankayu bekas stasiun kereta yang dibawa langsung dari kampung halaman RA Kartini, Jepara.

Sambil menunggu vila disiapkan, saya dipersilahkan menuju ke sebuah rumah besar yang diberi nama Club House. Rumah bekas milik warga Belanda ini dibangun sekitar tahun 1828. Tempat yang kini dipergunakan sebagai tempat bersantai para tamu yang menginap di Losari. Buku-buku bacaan, dvd sampai grand piano disediakan di sini.

Segelas minuman jahe dingin menyegarkan tubuh saya, setelah satu setengah jam menempuh perjalanan dengan mobil dari Jogjakarta. Sebelumnya, gulungan handuk kecil yang harum dan hangat juga ikut menyegarkan wajah dan leher saya. Ritual penyambutan tamu yang menyenangkan.

Losari Coffee Plantation, dulunya adalah perkebunan kopi aktif di masa penjajahan Belanda. Terletak di areal seluas 22 hektar, perkebunan ini berada di kota Magelang, Jawa Tengah. Berada di atas ketinggian 900 meter dari permukaan laut dan dikelilingi oleh delapan gunung yaitu Telomoyo, Andong, Merapi, Ungaran, Sumbing, Sindoro, Merbabu dan Perahu.

Di tahun 1922, Gustav Van der Swan, seorang Belanda, membebaskan tanah seluas 14 hektar dari pemerintah Belanda untuk memulai menanam kopi. Perkebunannya itu kemudian diberi nama Karangredjo Coffee Plantation. Empatpuluh tahun kemudian, karena merasa sudah tua dan lelah mengurus, Van der Swan menjual Karangredjo kepada Kolonel Tjokroprawiro pensiunan tentara dari Salatiga. Sepeninggal Tjokroprawiro di tahun 1988, juga karena faktor usia, istrinya merasa kesulitan untuk terus merawat kebun kopinya.

Maka di bulan Desember tahun 1991, Gabriella Teggia warga negara Italy yang sudah sangat lama mengenal Indonesia, bersama partnernya Raden Ayu Anita Dewayani membeli Karangredjo. Mereka kemudian mengganti namanya menjadi Losari Coffee Plantation.

Kini Losari telah menjelma menjadi resort berskala internasional. Ada 32 vila yang semuanya terbuat dari kayu antik Limasan, Joglo dan rumah kayu Kudus yang di dalamnya dihiasi oleh barang-barang kuno milik Gabriella Teggia. Nuansa budaya Jawa masa lampau kian terasa ketika saya sampai di vila yang akan saya tempati selama tiga hari dua malam berlibur di sana. Villa Bella Vista, namanya.

Vila ini terdiri dari satu bangunan utama yang diapit kanan kirinya dengan rumah yang lebih kecil. Bangunan ini terbuat dari kayu Limasan, ubin kuno khas Belanda berwarna kuning dan satu set furniture antik melengkapi isinya.

Setiap rumah hanya terdiri dari satu kamar. Namun bangunan utama memiliki kamar tidur yang sangat luas, dengan bathtubyang lebih mirip mini pool, lengkap dengan bunga-bungaan beraroma segar untuk mengharumkan tubuh. Kolam renang disediakan khusus bagi tamu yang menginap di Bella Vista.

Harga yang ditawarkan setiap vila tentunya berbeda. Disesuaikan dengan besar rumah dan jumlah orang yang menginap. Untuk vila ukuran kecil buat dua orang, harga sewa kamar sekitar dua juta rupiah per malam di musim liburan. Bila menginginkan rumah yang lebih besar dengan tiga kamar atau lebih, harga sewanya di kisaran delapan juta sampai sebelas juta per malam.

Tidak terasa, malam pun tiba. Setelah makan malam di Java Red, resto yang menyediakan berbagai makanan Indonesia maupun Eropa, saya pun menyempatkan diri melihat-lihat suasana Losari di waktu malam. Sungguh pemandangan yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Sepanjang jalan setapak yang menghubungkan vila satu dengan lainnya, berderet lentera dengan nyala lilin berkelip-kelip ditiup semilir angin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun