Mohon tunggu...
Reko Alum
Reko Alum Mohon Tunggu... Freelancer - She/her

Metalhead \m/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Delapan Jam di Kota Cirebon

2 Juni 2014   14:01 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:49 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selain terasi, ada  juga sirup Tjampolay yang dikenal dengan berbagai rasa seperti pisang susu, moka, rose dan leci. Minuman manis ini pertama kali dibuat oleh Tan Tjek Tjiu pada tanggal 11 Juli 1936. Sempat  berhenti berproduksi selama enam tahun karena meninggalnya Tan Tjek Tjiu pada tahun 1964. Pada tahun 1970, Setiawan, anak dari Tan Tjek Tjiu meneruskan kembali usaha ayahnya. Saat ini sirup Tjampolay masih menjadi primadona oleh-oleh khas Cirebon.

Bicara mengenai asal-usul kuliner memang menarik ya…Hampir tiap kota di Indonesia, memang memiliki ciri tersendiri dalam kekayaan kulinernya. Begitu pula dengan kota Cirebon. Selain dua yang sudah dibahas diatas, masih banyak makanan khas daerah ini yang bisa menggugah selera, terutama penganan untuk dijadikan oleh-oleh. Sebut saja gapit yaitu  penganan seperti kerupuk yang dibuat dari tepung aci; rengginang, tape ketan, krupuk ikan, telur asin sampai coklat. Beragam makanan ini mudah ditemui di berbagai toko oleh-oleh yang tersebar di Cirebon.

Kami berdua sempat bingung saat baru sampai, melihat begitu banyaknya penganan yang dipajang di toko, mau beli semua…tapi isi kantong terbatas…hahahaa… dan yang pasti bakal bingung membawanya kalau terlalu banyak.   Harga yang dipasang di toko ini relatif terjangkau, berada di kisaran 15.000 sampai 150.000 rupiah tergantung dari berat dan kualitasnya. Sebagai gambaran, gapit dijual 15.000-25.000 rupiah per bungkusnya. Rengginang dipatok 15.000 per bungkus. Terasi dibandrol dari harga 10.000-50.000; telur asin 4000 rupiah per butir.

Menurut Daud, sang pemilik toko, saat ini ia  mulai memperkenalkan sambal jamblang dan bumbu jadi empal gentong sebagai varian baru oleh-oleh khas Cirebon.  Ia mengatakan, selama ini orang yang datang ke Cirebon pasti selalu mampir untuk mencicipi empal gentong dan nasi jamblang.Tapi mereka kesulitan untuk membawa makanan tersebut sebagai oleh-oleh karena sifatnya yang tidak tahan lama. Karena itulah terbersit ide olehnya, kenapa tidak dibuat bumbu dan sambalnya saja? Jadi meskipun sudah kembali ke daerah asal, mereka yang masih ingin merasakan nikmatnya kuah empal gentong dan pedasnya sambal jamblang bisa menyajikannya sendiri di rumah.

Sejak dua tahun lalu, Daud sudah menjual bumbu empal gentong dan sambal jambal dalam bentuk kemasan botol  ukuran kecil. Baik bumbu maupun sambal, dijual seharga 25.000 per botol. Menurutnya, sambutan masyarakat akan produknya itu sangat baik, terbukti dengan selalu ada tamu yang datang ke tokonya untuk membelinya.

Delapan jam jalan-jalan kami di kota Cirebon pun berakhir. Memang terasa sangat singkat, tapi saya percaya perjalanan ini memberikan kesan yang sangat mendalam bagi kami semua. Dari awal sampai akhir, tidak henti-hentinya kami tertawa bergembira. Bahkan saya rasa, pak supir yang membawa kami keliling juga tidak akan melupakan merdunya suara kami saat berkaraoke sepanjang perjalanan…hahahaa….

Demikianlah secuil kisah perjalanan tim Diagonal di kota Udang. Semoga persahabatan yang tulus ini bisa terus berlanjut sampai tahun-tahun berikutnya.  Kalau boleh saya mengutip status facebook dari Prof. AS Hikam, begini tulisnya:

Sahabat, Sayyidina Ali bin Abi Thalib KW mengatakan, "Selemah-lemahnya karakter manusia, adalah yang tak mampu menghadirkan sahabat, tetapi yang lebih parah lagi adalah manusia yang menyia-nyiakan sahabat yang telah dimilikinya." Dalam kehidupan manusia,salah satu komponen penting yang menjadikannya lebih utuh adalah kehadiran liyan (others), khususnya sahabat. Semakin manusia memiliki kemampuan menghadirkan liyan dan sahabat yang dekat, ia akan menjadi lebih mudah dalam pergaulan dengan sesama untuk melengkapi kehidupannya. Maka sangat disayangkan jika ia takmemelihara, mempertahankan, dan memperluas kehadiran sahabat yang sudah ada;  apalagi kalau sampai meninggalkannya,  berarti ia sedang merusak kualitas kehidupan dan karakternya sendiri.--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun