Mohon tunggu...
Rekasetia_
Rekasetia_ Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pengaruh jargon dalam dunia kerja

Jika masih ingin hidup bermimpilah setinggi langit

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kritik Seni Tari Topeng Malang

18 April 2022   01:55 Diperbarui: 18 April 2022   02:02 3739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

KERITIK SENI TARI TOPENG MALANG
Oleh Reka Adi Setia Ningrum


Deskripsi :
Tari Topeng Malangan merupakan salah satu tari tradisional asal Malang yang memiliki ciri khas tersendiri yaitu menggunakan topeng. Para penari diwajibkan untuk menjiwai karakter topeng. Tari Topeng Malangan pertama kali dicetuskan oleh Airlangga, putra Darmawangsa Beguh dari Kerajaan Kediri. Tari Topeng memiliki makna kehidupan manusia yang terkadang sedih, bahagia, marah, dan lainnya. Makna lain yang diambil dari corak topeng adalah merah melambangkan hawa nafsu, hijau melambangkan kehidupan, dan putih melambangkan kesucian. Kesenian tari ini terus berkembang hingga ke Kerajaan Singosari yang saat itu dipimpin oleh Ken Arok. Ia menggunakan tarian ini sebagai upacara adat.


 Analisis Formal:
Kisah yang sering dibawakan dalam Tari Topeng Malangan ialah cerita Panji. Tokoh yang serig di perankan diantaranya Raden Panji  Inu Kertapatih(Panji Asmarabangun), Dewi Ragil Kuning, Raden Gunungsari dan lain sebagainnya. Tari Topeng Malangan dilakukan oleh berberapa orang yang tergabung dalam suatu kelompok seni atau sanggar tari. Sesuai dengan namanya, tarian ini dilakukan dengan menggunakan topeng dan kostum yang sesuai dengan ceritanya.Salah satu gerakan tari yang khas dalam Tari Topeng Malangan ialah kedua kaki dibuka lebar kurang lebih jaraknya tiga telapak, dengan posisi kaki menghadap ke samping kanan dan kiri. Gerakan ini sering disebut tanjak. Sama seperti gerakan tari lainnya, Tari Topeng Malangan juga membutuhkan gerak seluruh tubuh, mulai dari kepala, tangan, badan hingga kaki. Untuk detail gerakannya, disesuaikan dengan kisah yang dibakan.


Interpretasi:
Tari Topeng Malangan mengandung makna kehidupan dan watak manusia, yang terkadang bahagia, sedih, tertawa, malu dan lainnya. Makna ini bisa dilihat dengan jelas dari banyaknya karakter topeng yang digunakan dalam kesenian tari ini. Selain karakter topengnya, makna ini juga bisa dilihat dalam penggunaan warna topengnya. Contoh warna putih yang melambangkan kesucian, warna hijau yang melambangkan kehidupan serta warna merah yang melambangkan hawa nafsu.
Properti Tari Topeng Malangan Properti utama dalam Tari Topeng Malangan ialah topeng dengan berbagai karakternya. Selain itu, kostum juga menjadi properti utamanya. Kedua properti ini selalu disesuaikan dengan karakter dan kisahnya. Baca juga: Tari Tidi Lo Polopalo, Tarian Pernikahan di Gorontalo Selain topeng dan kostum, berikut empat properti utama dalam Tari Topeng Malangan: Sampur Sampur merupakan kain sempit dan panjang yang sering digunakan saat menari. Biasanya sampur diletakkan di bagian pundak penari. Selendang Selendang berbeda dengan sampur, karena selendang memiliki ukuran lebih pendek. Penggunaan selendang diikatkan pada bagian perut penari. Topeng Topeng yang digunakan dalam Tari Topeng Malangan terbuat dari pahatan kayu. Untuk bentuknya, disesuaikan dengan karakter topeng tersebut. Mahkota dan anting Mahkota menjadi salah satu properti penting dalam Tari Topeng Malangan. Penggunaannya diletakkan di atas kepala dan disesuaikan dengan karakter pemerannya. Sedangkan anting biasanya menjadi satu kesatuan dengan mahkota. Karena anting dipasangkan pada mahkota penari.


Evaluasi:
Kesulitan orang awam untuk membedakan antara Tari Topeng Malang dengan Wayang Orang karena Tari Topeng Malang sekilas akan mirip seperti  lakon Wayang Orang karena memiliki unsur-unsur pertunjukkan seperti Dalang, Lakon, Musik Gamelan, dan lain-lain. Pementasan Tari Topeng Malang memiliki 4 sesi pertunjukkan yang ditampilkan berurutan, yaitu; Gending Giro, Prolog atau salam pembuka, Sesajen, dan Inti Pagelaran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun