Mohon tunggu...
Rekasetia_
Rekasetia_ Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pengaruh jargon dalam dunia kerja

Jika masih ingin hidup bermimpilah setinggi langit

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengenalan Pertunjukan Wayang Timplong dalam Era Digital

17 April 2022   23:13 Diperbarui: 18 April 2022   03:17 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PENGENALAN PERTUNJUKAN WAYANG TIMPLONG DALAM ERA DIGITAL
Oleh: Reka Ad Setia Ningrum

Wayang Timplong adalah sejenis kesenian wayang dari daerah Nganjuk, Jawa Timur.Kesenian tradisional ini konon mulai ada sejak tahun 1910 dari Dusun Kedung Bajul Desa Jetis, Kecamatan Pace, provinsi Jawa Timur. Wayang ini terbuat dari kayu, baik kayu waru, mentaos, maupun Pinus. Instrumen gamelan yang digunakan sebagai musik pengiring, juga sangat sederhana. Hanya terdiri dari Gambang yang terbuat dari kayu atau bambu, ketuk kenong, kempul dan kendang. wayang timplong yang biasanya dipertunjukan tidak sebanyak wayang kulit. Pertunjukan wayang timplong sangat sederhana dan biasanya dilakukan pada siang hari, hal ini berbeda dengan pertunjukan wayang kulit yang dilakukan pada malam hari.
Kesenian Wayang Timplong pertama kali diciptakan oleh Ki Bancol pada tahun 1910, keunikan Wayang Timplong yang tidak ditemukan di wayang lain yaitu dari segi penamaannya, penamaan Wayang Timplong mengambil dari suara gamelan, kenong, dan gambang yang terbuat dari bambu. Gamelan ini mempunyai suara yang khas, yakni apabila gamelan dipukul, maka akan menghasilkan bunyi yang dominan. Bunyi suara itu terdengar dari jauh plong...plong...plong. Sedangkan bagi Wayang lainnya seperti contohnya Wayang Kulit dan Wayang Suket yang dinamakan dari bahan dasar pembuatannya. Keberadaan Wayang Timplong sendiri di Kabupaten Nganjuk dan khususnya di Desa Kepanjen hampir dilupakan oleh masyarakat setempat karena kurangnya regenerasi dalang dan perkembangan zaman yang menuntut untuk berubah menyesuaikan zaman. Pendekatan antropologi digunakan peneliti untuk mengetahui perilaku sosial masyarakat desa Kepanjen, perkembangan status dan gaya hidup, serta sistem kepercayaan yang mendasari gaya pola hidupnya.
Seperti yang kita tahu, Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah yang sangat luas, mulai dari Sabang sampai Merauke yang memiliki banyak sekali suku sehingga melahirkan banyak juga budaya. Upaya untuk mempertahankan nilai-nilai seni budaya baik secara tradisional, ataupun mengembangkannya dengan perwujudan yang lebih dinamis adalah dengan melestarikan kebudayaan. Jika kita amati, kebudayaan di Indonesia saat ini semakin berkurang. Tidak hanya di daerah perkotaan saja, di daerah pedalaman pun juga sama.
Di zaman yang semakin canggih ini atau bisa dibilang zaman yang sudah serba digital, tentunya kita tidak bisa lepas dari yang namanya media sosial. Berdasarkan studi dan riset data yang dihimpun oleh We Are Social pada tahun 2019, pengguna media sosial di Indonesia sudah mencapai 150 juta orang. Hal ini dapat diartikan bahwa sekitar 57% dari seluruh penduduk Indonesia sudah menggunakan berbagai media sosial, yang merupakan salah  satu contoh perkembangan dari bidang teknologi informasi dan komunikasi. Akan tetapi, masyarakat Indonesia malah semakin terpengaruh oleh kebudayaan luar melalui perkembangan teknologi modern yang semakin canggih. Semakin berkembang pesatnya media-media yang ada, semua informasi dan budaya dari luar terserap sempurna tanpa adanya filterisasi dan pembedaan budaya. Sehingga tradisi lama yang dianggap kuno atau ketinggalan zaman mulai dilupakan. Maka dari itu, kita sebagai pengguna harus sebijak mungkin dalam menggunakan media sosial. Kita bisa menggunakannya sebagai platform untuk melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia, seperti halnya kesenian wayang timplong.
Saat ini media digital memiliki peranan yang sangat penting dalam menyebarkan kebudayaan lokal. Karena perputaran informasi yang sangat cepat, penyebaran informasi menjadi sangat mudah diakses terutama oleh kaum muda yang senang menghabiskan waktu dan minat mereka di bidang media ini. Untuk menarik minat pengguna muda, diperlukan kreatifitas dan kemasan promosi yang menarik dengan tetap mengedepankan unsur budaya tradisional. Dalam proses pelestarian kebudayaan agar tetap terjaga dan tidak punah, sebagai generasi muda tentunya kita harus turut serta di dalamnya. Misalnya, kita bisa mempromosikan kebudayaan dengan memperkenalkan kebudayaan lokal melalui pemanfaatan media sosial seperti youtube, facebook, instagram, dan lainnya. Dampak yang ditimbulkan, orang-orang di dunia bisa mengetahui kebudayaan yang ada di Indonesia. Mungkin kita bisa melakukannya dengan mengupload berbagai macam budaya lokal, misalnya kesenian wayang timplong seperti sejarah nya, atau bisa juga memperlihatkan alat muasik apa saja yang digunakan serta keunikannya. Selain itu, kita juga bisa mengunggah foto kegiatan kebudayaan yang nantinya akan bisa dilihat oleh orang-orang dan menjadi tahu mengenai budaya lokal kita.
Bisa kita simpulkan bahwa media sosial seakan sudah menjadi kebutuhan primer yang tak bisa jauh dari kehidupan kita. Maka dari itu, sebisa mungkin kita harus memanfaatkan media sosial dan media digital lainnya dalam hal yang positif. Kita juga tahu bahwa kedua hal tersebut memiliki peranan yang sangat penting dalam pelestarian kebudayaan lokal Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun