Mohon tunggu...
Reka Agni Maharani
Reka Agni Maharani Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

hanya ingin menulis disini, tanpa perlu basa basi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Remaja dan Konsumerisme

16 Desember 2010   16:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:40 2611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.4tnz.com/files/shopaholic_2.jpg

[caption id="" align="alignleft" width="308" caption="belanja terus sampai mati"][/caption]

Windowshopping, cuci mata, nongkrong di mall ataupun di café adalah kegiatan yang termasuk ‘rutin’ bagi sebagian besar remaja di perkotaan. Mereka biasanya melakukan rutinitas tersebut bersama peer group mereka. Bersama dengan teman-teman mereka dapat saling bertukar argumen tentang perkembangan fashion maupun barang-barang yang sedang in saat itu.

Maklumlah, namanya saja remaja, yang kata orang sedang berada dalam masa transisi dari masa anak-anak menuju ke tahap dewasa awal. Masa remaja mudah sekali mengikuti arus perkembangan zaman, mereka masih mencari-cari jati diri dan ingin membuktikan kepada masyarakat bahwa mereka dapat diterima dengan baik di dalam ruang lingkup sosial mereka. Dengan kata lain eksistensi diri.

Maka dari itu, remaja terkesan senang dengan perilaku yang berbau konsumtif dan hedonis. Senang mengeluarkan uang mereka demi mendapatkan barang-barang yang sedang popular dan tidak mau ketinggalan zaman. Mereka juga mudah termakan iklan-iklan yang banyak bermunculan di berbagai media, padahal mereka sebenarnya tidak begitu mementingkan barang yang ditawarkan tersebut.

Tetapi karena sebuah iklan mampu mengemasnya dengan baik, maka mereka tergiur untuk mengkonsumsinya. Remaja yang berasal dari keluarga berada mungkin dengan mudahnya mendapatkan uang dari orang tuanya dan mereka dapat membeli barang apapun yang mereka inginkan. Dari sinilah dapat dilihat bahwa remaja adalah salah satu korban daro jerat konsumerisme.

Pola hidup seperti ini biasanya terjadi di daerah urban karena banyaknya industrialisasi pasar yang bergerak di pusat perkotaan. Industrialisasi pasar yang berkembang, seperti mall dijadikan tempat transaksi yang nyaman untuk melakukan aktivitas jual beli. Segala kemudahan yang didapat dan pelayanan yang memuaskan menjadi alasan tersendiri mengapa pusat-pusat perbelanjaan seperti mall sering dikunjungi.

Hal tersebut juga membuat masyarakat semakin tergiur membeli barang-barang diluar kebutuhan primer, yang secara tidak langsung menciptakan masyarakat yang konsumtif. Selain itu, peran masyarakat kapitalis yang banyak terdapat di daerah sekitar ibukota atau kota-kota besar juga tidak bisa dilepaskan. Mereka adalah orang-orang yang paling berperan dalam mengatur perekonomian dan industri masyarakat, serta secara langsung maupun tidak langsung menciptakan pengaruh dan gaya hidup masyarakat kebanyakan.

Peran dari industrialisasi dalam menciptakan masyarakat yang terjebak dalam arus konsumerisme sendiri tidak hanya dari segi pembangunan gedung-gedung berupa mall atau pusat perbelanjaan, tetapi melalui iklan massa, televisi maupun media internet juga sangat potensial dapat mengikat masyarakat menjadi masyarakat dengan pola hidup konsumtif. Dalam penelitian yang didapatkan, masyarakat yang konsumtif hampir sebagian besar adalah perempuan. Tidak hanya remaja perempuan saja, tetapi juga ibu-ibu muda. Alasan dasar yaitu karena perempuan sangat menyukai hal-hal yang berbau materialistik. Walaupun tidak menutup kemungkinan lelaki pun juga mempunyai pola hidup yang konsumtif.

Namun perlu dipahami, bahwa intervensi media dalam mempengaruhi calon konsumen sangat berhasil. Dengan konsep pencitraan maupun pengemasan iklan yang apik dan menarik, mampu menjaring seseorang untuk membeli barang yang mereka tawarkan tersebut. Inilah hal yang harus mampu disikapi oleh orang-orang yang memilki pola hidup konsumtif. Maka, berhati-hatilah terhadap jerat konsumerisme dari berbagai sudut. (inspirasi dari : lirik lagu Efek Rumah Kaca—Belanja Terus Sampai Mati)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun