[caption id="attachment_103309" align="aligncenter" width="270" caption="Produk Pop Masa Kini (Briptu Norman, Justin Bieber, SM*SH)"][/caption]
Siang ini (22/04), iseng-iseng saya menonton TV. Sudah lama rasanya tidak menyentuh remote TV di siang hari. Kebetulan channel yang keluar sedang menyiarkan infotainment yang sedang meliput keadaan sebelum konser Justin Bieber yang jatuh pada hari sabtu (23/04) digelar di Sentul International Convention Center (SICC). Para penggemar yang mengantri penukaran karcis layaknya ular-naga-panjangnya-bukan-kepalang. Belum lagi matahari yang menyengat kulit, mereka rela demi mendapat tiket Justin Bieber. Begitu sangat memujanya mereka terhadap seorang Bieber yang dijadikan idola kaum hawa. Padahal, ketenaran Bieber hanya bermula dari situs yang dapat menyebarkan video pribadi dan sampailah kepada seorang penyanyi Pop R&B terkenal, Usher. Melihat tayangan tersebut, kembali lagi terbesit teori Pop culture, di mana kepopuleran adalah hal yang utama. Kepopuleran dapat dibentuk melalui media, yang terus menerus mengangkat dan memuja-muja seseorang ataupun suatu produk tertentu, sehingga menciptakan doktrinisasi dibawah sadar. Pop culture merupakan salah satu studi disiplin ilmu komunikasi yang melihat dari keadaan sosial dan budaya. Teori ini pertama muncul ketika perang dunia ke 2 berakhir dan berkembang pesat di negara bagian Amerika Serikat. John Storey (1998) dalam bukunya Cultural theory and popular culture , mendefinisikan Pop culture menjadi enam definisi, salah satunya adalah budaya pop dapat terlihat sebagai budaya komersial yang diproduksi massal untuk konsumsi massa. Melalui pengaruh media, baik media massa, televisi, radio maupun internet, mereka mencoba mengangkat suatu hiburan seperti film, musik, drama atau produk yang simple dan disukai oleh masyarakat umum sehingga mereka mencapai ketenaran dan diidolakan oleh masyarakat umum di penjuru negeri tanpa melihat apakah kualitas dari produk yang ditawarkan itu baik atau buruk. Pop culture mengedepankan mainstream dan permainan industri pasar untuk mendapat keuntungan dibalik ketenaran. Tetapi keadaan Pop Culture dapat menjadi boomerang bagi produk yang diangkat oleh suatu media. Mereka dapat dikenal dikalangan masyarakat dengan cepat, tetapi mereka juga dapat dijatuhkan dengan cepat. Sama halnya seperti Justin Bieber, di Indonesia, Pop culture saat ini sedang berkembang melalui Briptu Norman Kamaru. Dengan jejak yang serupa dengan Bieber, ia akhirnya melesat cepat sebagai penyanyi serta selebritis dadakan. Demam India pun mulai kembali bangkit di Indonesia karena kiprah ketenarannya. Tetapi saya rasa, sebentar lagi kepopuleran polisi yang melakukan Lip-sync lagu India ini akan segera pudar sedikit-demi-sedikit atau bisa juga secara drastis dan tergantikan oleh ketenaran yang lain. Seperti halnya boyband SM*SH, walaupun mereka masih eksis, tetapi keeksisan mereka sekarang sudah digeser oleh keberadaan Briptu Norman di setiap infotainment dan acara-acara televisi lain yang serupa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H