Kenapa anda itu sangat gila?
Siapa? Siapa yang gila? Saya? Ah tidak, saya tidak gila! Saya waras. Saya ini seorang pengusaha kaya raya yang mempunyai perusahaan terbesar di Indonesia.
Yakin anda tidak gila? Tetapi di mata saya anda gila!
Siapa yang gila? Saya? Saya waras! Saya ini seorang yang berpendidikan tinggi dan terpelajar. Enak saja anda semena-mena menuduh saya gila!
Anda memang gila! Kenapa anda tidak mengakui kalau anda gila?
Kenapa anda selalu bertanya kalau SAYA GILA? Saya akan selalu menjawab, SAYA INI WARAS. Saya ini membawahi beribu-ribu anak buah. Saya mempunyai satu perusahaan inti dan tiga anak perusahaan. Saya mempunyai tiga penthouse, dua gedung apartement mewah, sekolah dan pusat perbelanjaan. Kalau saya orang gila, saya tidak mungkin mempunyai semua itu.
Apakah anda tau kenapa saya selalu mengatakan anda gila?
Tidak, saya tidak tahu karena saya ini waras.
Anda itu sangat gila, tuan! Asal anda tahu saja, anda itu gila hormat, gila kekayaan, gila jabatan, gila harta dan gila akan pujian!
Kenapa anda berkata seperti itu? Ahh, saya tidak pernah merasa seperti itu. Mengapa kamu mengada-ada?
Mengada-ada? Tidak! Ingat tuan, anda sama seperti saya dan beribu-ribu anak buah anda. Anda itu manusia juga! Anda boleh menjadi pemimpin. Anda boleh menjadi hartawan. Anda boleh menjadi pejabat. Tetapi untuk apa tuan jika anda tamak dan sombong? Keberuntungan memang ada di pihak anda, tuan. Tetapi ingat, diatas langit masih ada langit, dibawah bumi masih ada tanah! Sebagai manusia juga kita tidak ada yang sempurna. Apabila nanti kita mati, kita sama-sama dikubur dan berbaur dengan tanah, tuan.
Kamu ini aneh. Kenapa kamu selalu menyebut saya gila dan sekarang saya tamak dan sombong? Kata siapa? Setiap hari raya saya selalu membagi-bagikan sembako dan uang kepada mereka rakyat kecil. Cukup kan? Saya masih mengingat mereka kan?
Ya, saya tahu anda pasti membagi-bagikan sembako dan uang kepada mereka. Itu bagus, tetapi kenapa tuan selalu mengundang wartawan dari segala macam penjuru untuk menyebar luaskan bahwa anda akan membagi-bagikan uang dan sembako kepada masyarakat kecil? Dan yang saya tahu, uang dan sembako yang anda berikan tak sebanding dengan mereka-mereka yang anda undang datang. Mereka saling berebut dan bahkan ada yang tidak kedapatan. Tetapi hal tersebut tidak disiarkan di media-media. Anda sengaja menutupi hal itu.
Kenapa memangnya? Tidak boleh saya memperlihatkan kepada orang-orang kalau saya ingin berbagi kepada masyarakat kecil? Untuk urusan mereka dapat atau tidak, mana saya peduli. Mereka saja yang datang berbondong-bondong. Saya juga tidak tahu sampai sebanyak itu.
Tidak tahu? Bukankah seharusnya anda sudah memperhitungkan sebelumnya? Kenapa anda sampai tidak tahu? Saya hanya ingin mengatakan kepada anda tuan, tidak ada gunanya anda tamak dan sombong. Anda juga sama seperti mereka dan saya. Harta tidak akan pernah bisa di bawa mati tuan.
------------------------------------------------------------------------------
Tiga bulan kemudian.
Seorang Pengusaha Terbesar di Indonesia Tewas Bunuh Diri dari Lantai 17 Penthouse Miliknya
Pengusaha terbesar dan terkaya nomor 3 di Indonesia, Baharuddin Sudiro Hutomo, senin (23/9) tewas di lantai dasar apartment mewah di bilangan Jakarta Selatan. Di duga Baharuddin tewas karena ia jatuh dari lantai tujuh belas penthouse miliknya dan membentur tanah. Belum dapat diketahui dengan pasti penyebab tewasnya pengusaha tersebut, tetapi belakangan ini sempat tersiar kabar bahwa salah satu anak perusahaannya adalah hasil korupsi yang selama ini sedang ditilik oleh KPK. Korupsi dana non budgeter senilai 3,2 trilyun rupiah yang dilakukan oleh perusahaannya sedang hangat diperbincangkan sekarang ini.
Menurut dokter pribadi Alm. Baharuddin, dr. Soleh yang ditemukan oleh wartawan bertepatan dengan kejadian, beliau menuturkan bahwa beberapa minggu ini Baharuddin memang mengalami tekanan jiwa dan depresi berat. Sumber dan pemicu belum diketahui dengan pasti tetapi memang akhir-akhir ini beliau selalu mengkonsumsi obat anti-depressant. Sampai saat ini peristiwa yang menimpa Baharuddin masih sedang diperiksa oleh polisi Jakarta Selatan dan jenazah sedang diotopsi untuk memastikan penyebab kematiannya. (RED)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H