Mohon tunggu...
Reka Agni Maharani
Reka Agni Maharani Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

hanya ingin menulis disini, tanpa perlu basa basi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan Sejati Penakluk Jalanan

23 April 2011   17:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:29 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Semangat Kartini dalam memperjuangkan emansipasi terhadap perempuan dibidang pendidikan dan pekerjaan dapat dirasakan di masa kini. Masih dalam rangka Kartinian, sabtu (23/04) saya mau pergi bertemu dengan seseorang di kawasan Sudirman. Dari rumah, saya naik angkutan umum dahulu jurusan Pamulang-Lebak Bulus kemudian lanjut naik bis ke arah Sudirman. Saya kebetulan memilih untuk duduk di depan dan ketika saya tengok ke kanan, saya mendapati supir angkutan umum tersebut bukanlah seorang laki-laki malahan perempuan. Saya takjub dengan keberadaannya. Seorang Ibu yang ditilik dari usianya sekitar empat puluh lima tahunan, berbadan besar dan berwajah sumringah itu dengan lihai mengendarakan angkutan itu.

Iseng-iseng saya bertanya-tanya kepada Ibu itu. Ibu itu bernama Sri. Ia sudah bekerja menjadi supir angkutan umum dari dua puluh lima tahun yang lalu. Waktu yang cukup panjang sebagai seorang pengendara angkutan umum. Sebelumnya ia seorang pembantu dokter di klinik Kimia Farma. Karena dokter yang punya klinik tersebut meninggal dan klinik tutup serta Ibu Sri dapat mengendarai mobil, akhirnya ia mencari pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Ia seorang pengendara angkutan umum yang sangat sopan, ramah sekaligus menyenangkan. Ia bercerita tentang pekerjaan dan keluarganya. sudah tiga puluh tahun ia ditinggal oleh suaminya yang sudah tiada dan membanting tulang sendiri demi menghidupi anak perempuannya yang semata wayang. Anaknya pun sekarang sudah gadis dan dapat mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi.

Dalam bekerja, Ibu Sri menerapkan sistem kepercayaan dan tanggung jawab. Kepercayaan yang dibangun agar penumpangnya merasa aman dan nyaman, serta tanggung jawab yang ia berikan kepada pemilik mobil berupa uang setoran yang sesuai dengan perjanjian dan bensin yang diisi sebelum dikembalikan.

"Kalo saya itu yang penting tanggung jawab buat duit setoran. Kalo saya rasa duit setoran ini udah cukup, yaudah saya istirahat. Saya sih Dek, nggak mau ngoyo kayak supir-supir lain walaupun capek tetep aja cari sewa, soalnya prinsip saya tuh kalo rejeki nggak bakal kemana deh. Toh saya Insya Allah bakalan dapet rejeki dengan cara yang beda. Misalnya nih ya, kadang-kadang ada penumpang yang ngasih duit lebih. Walaupun sedikit, tapi itu kan rejeki juga ya, Dek?" ungkap Ibu Sri.

Ia juga berkata, "saya nggak butuh duit banyak-banyak, Dek. Toh nanti kalo saya mati harta saya nggak bakalan dibawa juga kan? Sukses itu bukan dinilai dari banyaknya materi yang kita dapet, tapi sukses itu adalah bagaimana seseorang mampu melakukan sesuatu yang membuahkan hasil yang baik. Seperti saya nih Dek, saya emang bukan orang kaya, tapi saya yakin saya ini orang sukses. Saya bisa membesarkan anak sendiri sampai ia bisa kerja sambil kuliah. Itu yang buat saya bangga jadi orang, Dek."

Selama kurang lebih empat puluh lima menit berada di dalam angkutan umum itu bersama Ibu Sri, saya mendapatkan suatu pelajaran hidup dari dia. Pertama adalah seorang Kartini masa kini tidak hanya perempuan-perempuan yang menggembor-gemborkan emansipasi dan kesetaraan hak perempuan, tapi, Ibu Sri-lah contoh nyata seorang Kartini masa kini. Ia sadar akan kodrati, tetapi ia juga melakukan pekerjaan yang jarang dilakukan oleh perempuan pada umumnya. Kedua, ia adalah seorang Ibu yang sukses. Seorang single mother yang dapat membesarkan anaknya sampai meraih pendidikan tinggi. Seorang Ibu yang mendidik anaknya dengan baik, tanpa aturan yang berlebihan tetapi selalu mengawasi. Ketiga, ia selalu bersyukur, mensyukuri apa yang selalu ia dapat, sekecil apapun rezeki yang ia terima. Keempat, ia perempuan tangguh tak kenal lelah dan sangat mencintai pekerjaannya. Ia ikhlas dalam bekerja dan selalu menjunjung tinggi kepercayaan dan tanggung jawab.

Sungguh, mendengar semua ceritanya saya tak bisa berkata apa-apa. Dia bukanlah seorang sarjana, bahkan sekolah sampai SMA pun tidak. Tetapi, dia bisa menjalankan hidupnya dengan baik dan dapat menjadi contoh bagi anaknya maupun bagi saya pribadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun