Cinta, seorang gadis berusia Sembilan belas tahun yang masih belia, lugu dan pintar sedang di mabuk asmara. Ia sedang merajut kasih dengan seorang lelaki yang lebih tua sepuluh tahun pautan usia dengannya. Lelaki itu seorang duda beranak satu yang di tinggalkan oleh istrinya ke alam lain sekitar tiga tahun yang lalu. Perjalanan cinta seorang Cinta sangat rumit dan selayaknya sinetron, semua hal buruk dan baik ia temukan selama ia menjalaninya. Awalnya, lelaki itu adalah kekasih kakak kandungnya. Entah apa alasannya, kemudian lelaki itu berpaling kepada Cinta. Cinta menerima lelaki itu sebagai kekasih kakaknya dan memang sebagai pendengar setia apabila lelaki itu sering curhat mengenai kakaknya. Seiring jalannya waktu, lelaki itu mulai mendekati Cinta hingga Cinta pun larut dalam rayuan lelaki itu. Kakaknya tidak tahu kalau ternyata Cinta sudah berjalan dengan lelaki itu, lebih dari teman curhat. Sampai akhirnya kakak Cinta mengetahui dan tidak menerima perlakuan yang dilakukan oleh Cinta. Orang tuanya pun akhirnya mengetahui hal itu dan tidak merestui hubungan Cinta dengan lelaki itu. Cinta tetap bertahan dengan lelaki yang dahulu kekasih kakaknya. Lelaki itu sering memberinya perkataan, “biarkan saja mereka, yang penting kita terus berjalan karena saya sangat mencintaimu dan saya tidak ingin meninggalkanmu. Saya akan menikahimu.”
[caption id="" align="alignright" width="300" caption="(sumber : wordpress.com)"][/caption]
Cinta selalu memandang, lelaki itu selalu benar, sabar, pintar dan dewasa dalam menghadapi kehidupan. Padahal, semua itu seratus delapan puluh derajat berbeda dengan kebenarannya. Ibu Cinta selalu berkata, “saya tidak akan pernah merestui hubunganmu dengan lelaki itu! Dia bejat. Dia meninggalkan kakakmu demi jalan dengan kamu, tapi kamu mau saja. Apakah kamu tidak merasakan apa yang dirasakan oleh kakakmu?”
Setiap perkataan yang di lontarkan oleh keluarganya tidak pernah ia gubris. Ia hanya percaya dengan omongan lelaki itu saja. Lelaki itu selalu memberikan janji-janji surga kepadanya, selalu berkata bahwa ia akan menikahi dirinya dan menjadikannya istri yang baik. Padahal kenyataannya, setiap lelaki itu marah, ia selalu melontarkan kata-kata kasar kepada Cinta. “DASAR KAMU PEREK!!! Sama saja ternyata ya kamu dengan keluargamu. Sama sama orang bego!”. Tetapi Cinta tidak pernah melakukan pembelaan. Ia selalu merasa memang benar ia yang salah dan meminta maaf terus kepada lelaki itu. Sekarang Cinta masih menjadi mahasiswi tingkat dua di sebuah perguruan tinggi negeri terkemuka. Karena kejadian ini, tanggungan kuliah Cinta sudah tidak ditanggung lagi oleh orang tuanya dan sekarang yang membiayai kuliahnya yaitu lelaki itu. Kata lelaki itu, “biarkan saja saya yang membayar semua tanggungan biayamu, biar kamu bisa bebas bersamaku dan keluar dari tanggungan keluargamu.”. Cinta pun menurut saja apa yang dikatakan oleh lelaki itu.
Memang selama berjalan dengan lelaki itu, kurang lebih tiga bulan, Cinta merasa sangat di sayangi dan apa yang Cinta inginkan selalu di turuti oleh lelaki itu. Tetapi kalau lelaki itu kesal dengan kelakuan Cinta yang terkadang masih seperti anak kecil, Cinta selalu di salahkan dan selalu keluar kata-kata kasar dari lelaki itu. Cinta tidak pernah melawan. Ia anggap, memang lelaki itu selalu benar dan ia memberikan pelajaran yang baik walaupun dengan mengeluarkan kata-kata kasar. Hubungan Cinta dengan keluarganya sudah sangat renggang, terutama hubungan dengan kakak dan Ibunya. Ayahnya bukan tipe ayah yang bijaksana. Ayah Cinta acuh tak acuh dengan keadaan Cinta. Ayah Cinta berkata, “yaah saya sih terserah anak saya saja, kalau dia bahagia dengan lelaki itu, ya saya juga bahagia. Lagipula anaknya juga suka dengan dia.”
Sebenarnya, lelaki itu mempunyai riwayat sebagai pelaku KDRT. Istrinya yang dahulu, menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh lelaki itu. Kekerasan fisik, psikis maupun seksual selalu istrinya alami. Sampai akhirnya, kekuatan istrinya melemah dan ia sakit hingga meninggal. Tetapi lelaki itu selalu menepis kalau ia adalah seorang pelaku kekerasan. Cinta tidak pernah mengetahui riwayat lelaki itu. Dimatanya, lelaki itu sangat baik dan sayang keluarga. Saudara dari lelaki itu pernah ingin menceritakan riwayatnya kepada Cinta, tetapi tidak berani karena lelaki itu juga sering mengancam keluarganya.
Lelaki itu dengan mudah mendoktrin wanita, salah satunya adalah Cinta. Selama ini, Cinta tidak pernah berhubungan sangat jauh dengan seorang laki-laki. Dahulu, ia hanya perempuan yang berkutat dengan kuliah, pergaulan teman sebayanya yang pintar-pintar (dalam bidang akademis), dan keluarga saja. Ia bukan tipe perempuan gaul masa kini dan bebas. Ia hanya wanita sederhana, pendiam yang selalu belajar, belajar dan belajar tanpa mengenal dunia luar yang keras. Sampai akhirnya ia bertemu dengan lelaki itu, ia sering pulang malam dan bahkan tidak pulang ke rumah. Kuliahnya pun menjadi kacau. Yang paling naasnya lagi, sekarang ini ia tengah hamil dan mengandung anak dari si lelaki itu. Lelaki itu tidak ingin mempunyai anak lagi dengan alasan dia sudah mempunyai anak dan repot apabila mempunyai anak yang kedua kalinya. Sebelumnya, Ibu Cinta pun pernah memberikan peringatan kepada Cinta, “Ibu sama sekali tidak merestui hubunganmu dengan lelaki itu. Walaupun nanti kamu dihamili oleh laki-laki itu agar ia bisa bertanggung jawab, Ibu pun tidak mau menikahimu dengan lelaki bejat seperti dia”.
Lelaki itu menyuruh Cinta untuk datang ke klinik aborsi dan menyuruhnya untuk menggugurkan janinnya yang berusia dua bulan. Awalnya Cinta ragu dan cemas, tetapi akhirnya Cinta pun mengikuti keinginan si lelaki itu. Cinta selalu di doktrin oleh lelaki itu, ia pasti menikahinya walaupun ia menggugurkan kandungannya. Sampai akhirnya pernikahan mereka berdua berlangsung, tanpa restu dari kedua orang tua Cinta. Apa yang terjadi dengan Cinta sekarang? Kembali lagi lelaki itu memperlakukan Cinta sama seperti kepada istrinya. Lelaki itu melakukan kekerasan kepada Cinta, tetapi selalu mengancam Cinta agar tidak berbicara kepada siapa-siapa dan lagi-lagi lelaki itu mendoktrinnya, “kamu itu perempuan hina dari keluarga terhina! Kalau saya memperlakukan kamu seperti ini ya w ajar saja. Kamu sudah tidak bisa meminta tolong siapa-siapa. Keluargamu itu pasti tidak akan mendengarkan perkataanmu. Hanya saya yang masih bisa menerima kamu!”
Based on True Story, seada-adanya tanpa ada penambahan maupun pengurangan cerita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H