Mohon tunggu...
Reka Dewi Farid Dua
Reka Dewi Farid Dua Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Seorang istri dan ibu dari dua anak, pembaca, pembelajar, pemikir, penulis

So..when people ask why I left my career (as a diplomat), my answer is to be a mother. Being a mother is one thing, but to be a mother is way beyond. Apparently, 'daster' and 'dapur' doesn't stop my brain from thinking. Cogito ergo sum..I think, therefore I am.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Menakar Kedaruratan Radikalisme dari Peristiwa Marawi dan Filipina Selatan

13 November 2019   09:50 Diperbarui: 13 November 2019   16:32 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada awalnya teritori ISIS di Irak dan Suriah seluas wilayah Inggris (Britain). Setelah dilakukan operasi militer selama 4 tahun terakhir di Suriah oleh berbagai pihak dengan dukungan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya, teritori ISIS menjadi terus mengecil hingga di tahun ini menjadi seukuran desa di Suriah bagian Tenggara. 

Bahkan pada akhir Oktober 2019 Pemerintah AS secara resmi menyatakan telah berhasil menewaskan pimpinan ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi. 

Meski demikian, bukan berarti ISIS telah lumpuh karena organisasi dan gerakan radikal berdasar ideologi ISIS telah menyebar di berbagai wilayah di seluruh dunia, termasuk Asia Tenggara.

- Peristiwa Marawi, Filipina Selatan (2017) -

Dua tahun sebelum terjadi peristiwa penusukan Menkopolhukam RI, negara tetangga yang berbatasan langsung dengan Indonesia, yaitu Filipina, mendapat serangan yang sangat serius oleh para radikalis ISIS. 

Kelompok teroris/radikalis Maute Group sempat menduduki Kota Marawi, serta melakukan penyanderaan dan pembunuhan terhadap pendeta dan warga sipil. Presiden Duterte pun memberlakukan status darurat militer kurang dari 24 jam setelah gencatan senjata antara kedua pihak dimulai.

Tak dapat dielakkan, kontak senjata antara Armed Forces of the Philippines (Angkatan Bersenjata Filipina) melawan Maute Group beserta kelompok teroris dan separatis yang menjadi afiliasinya (ISIS, Bangsamoro Islamic Freedom Fighters dan Abu Sayyaf Salafi) berlangsung selama 5 bulan terhitung sejak 23 Mei 2017.

Sebagai akibatnya, terdapat 1.233 korban jiwa dari kedua pihak (87 di antaranya warga sipil), lebih dari 1.400 korban luka, dan hampir 1,1 juta warga sipil mengungsi ke wilayah di sekitarnya. 

Setelah peristiwa berakhir, terdapat lebih dari 5.000 gedung/bangunan rusak, dan kerugian secara ekonomi diperkirakan mencapai US$ 1,4 milyar (20 triliun rupiah).

Dalam peristiwa tersebut, terdapat 8 teroris/radikalis asing yang terbunuh, diantaranya telah teridentifikasi merupakan warga negara Malaysia, Indonesia, Arab Saudi, Yaman dan Chechnya. Selain itu, terdapat 12 teroris/radikalis yang tertangkap hidup-hidup, termasuk diantaranya warga negara Indonesia.

Peristiwa Marawi tersebut menandakan regionalisasi ISIS di Asia Tenggara. Pelaku yang terlibat diketahui berasal dari multi negara, begitu juga aliran pendanaan (yang diketahui kemudian) berasal dari multi negara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun