Dokpri SDIT Anak Sholeh makan bareng (kembulan)
Kebersamaan saat makan merupakan momen indah dan menyenangkan. Dalam tradisi Jawa ada beberapa ragam kebersamaan atau makan bareng. Biasanya makan bareng ini diadakan untuk acara tertentu baik institusi atau individu.
Ada beberapa istilah makan bareng dalam tradisi Jawa. Biasanya tergantung acaranya atau wadah untuk menyajikan makanannya. Ada tradisi bancakan, brokohan, kembulan, dan lainnya. Di daerah lain juga ada tradisi ini. Mungkin istilahnya yang berbeda. Kali ini kita akan ulas tentang kembulan.
Kembulan  biasanya diartikan makan bersama. Istilah kembulan bisa juga dipakai bila dua orang  makan dalam satu piring. Zaman kecil saya dulu, bila ada ibu yang menyuapi dua anak bareng dalam satu piring, juga disebut kembulan.
Kembulan sendiri merupakan  tradisi makan bareng yang sudah umum di masyarakat. Biasanya makanan disajikan di atas daun pisang, daun jati, tambir atau nampan besar. Menu kembulanpun begitu sederhana. Biasanya nasi dengan gudangan atau urapan. Gudangan atau urapan  adalah beberapa sayur yang direbus dengan bumbu kelapa. Biasanya teman lauk gudangan adalah ikan asin goreng, tempe tahu, telur rebus atau ada ayam goreng. Tidak ada ketentuan sayur dan lauk. Sekarang ini malah kita boleh mengkreasi sendiri makanan yang disajikan dalam kembulan.
Penyajian nasi kembulan disajikan di atas daun pisang  atau daun jati muda atau tambir. Bila pakai daun, daun dibentangkan memanjang. Kemudian semua makanan dan pelengkapnya tampil di atas daun.
Kembulan dalam masyarakat sebagai simbol gotong royong, rukun dan kebersamaan. Di mana orang-orang berkumpul sambil duduk lesehan dan menyantap makanan bersama. Biasanya masyarakat menikmatinya tanpa rasa risi makan bareng-bareng. Suasana keakraban dan solidaritas tumbuh dalam tradisi kembulan ini.
Tradisi kembulan sendiri kini hampir memudar di masyarakat. Namun kini mulai menggeliat kembali dalam trend kuliner. Kemunculan kembulan dalam bisnis,  tak lebih jadi "gaya hidup eksotis". Ini menjadi salah satu cara rumah makan dalam  menarik keunikan tradisi yang hampir pudar. Apalagi trend "back to nature" sedang dicari-cari masyarakat. Meski kadang sedikit melenceng dari spirit kembulan pada awalnya. Namun tetap harus disyukuri karena kebersamaan dan keakraban masih terus hidup di tengah tengah masyarakat modern yang serba individualis.
Sedayu, 23 Desember 2022
Salam Literasi
Kiki S.RejekiÂ