Suatu hari, seorang direktur sedang keluar makan siang bersama istrinya. Â Ia adalah Pak Jati, seorang dirut salah satu perusahaan terkenal di Banjarmasin. Â Pada saat keluar lift secara tidak sengaja, sang istri melihat office boy yang sedang membersihkan kaca. Â "Lho Fadil, kamu Fadil kan?", "Lho Wisanggeni?" Tatapan mata Wisanggeni tiba-tiba mendelik dengan hati sedikit kaget melihat pria yang berdiri di depannya itu. Â "Kamu kenal pria ini Mah?" tanya Pak Jati kepada istri tercintanya itu. Â "Iya Pah, Fadil ini mantan pacarku dulu, sebelum aku mengenalmu" Â Â
Spontan saja, kepala Pak Jati scroll up n scroll down ke tubuh Pria kurus berotot tingginya sekitar 173 cm. Â "Selamat siang Pak, salam kenal", dengan memalingkan pandangan Pak Jati berkata, Â istriku Wisanggeni sayang, untung yah kamu dulu tidak jadi dengan pria ini? jika tidak, bagaimana nasinmu sekarang?".
Mendengan lontaran sarkas dari mulut Pak Jati, Fadil sang OB hanya tersenyum simpul, sambil berkata. Â "Pak, Bu, saya permisi dulu ya, karena masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan. Â Kemudian Fadil berlalu pergi.
Wisanggeni menoleh nanar ke arah Pak Jati. Â Suamiku, saya rasa kamu berlebihan merendahkan Fadil tadi. Â "Kamu lupa siapa kamu dulu sebelum menikah dan berhasil mendapatkanku?". Â Pak Jati kembali mendelik,wajahnya serius sedikit kaget. Â "Coba yuk, kita flashback ke masa lalu mencoba mengingat kembali sejarah perjalanan sampai kamu bisa sukses seperti sekarang ini". Â Kali ini kepala Pak Jati agak menunduk. Â
Dulu kamu itu sudah pemabuk, pemarah, pembalap liar, berjudi, merongrong duit orang tua dan masih banyak lagi kenakalan serta kebejatan kamu yang lain. Â "Pada situasi itu, aku dimana?" tanya Wisanggeni. Â Aku ada disamping kamu. Â Dulu kamu pernah masuk penjara karena kasus tabrak lari, kamu menyerempet motor pejalan kaki dan merengek meminta aku menebus kamu di sel. Â "Saat itu aku dimana?" aku disini masih kuat dan sabar menghadapi kamu, dengan sifat buruk kamu, sifat tidak bertanggung jawab kamu, sifat foya-foya kamu, dan segala sifat yang bisa saja membuat aku menyerah, putus asa terhadap kamu. Â Tapi sekali lagi, aku dimana?" Â Aku ada disisi kamu. Â
"Sampai akhirnya, kamu berhasil mendapatkan hatiku dan akhirnya kita menikah". Â Dari mulai kita mengontrak, kamu merintis usaha klontong dari modal ayahku. Â Perlahan, seiring berjalannya waktu, usaha kamu mulai memperlihatkan hasil, sedikit demi sedikit usaha kamu melakukan kemajuan yang sangat signifikan, semakin besar dan sukses hingga saat ini. Â "Kamu ingat kan?" kata Wisanggeni. Â "Kamu tidak lupa semua proses pesakitan dari bawah hingga memberi hasil seperti saat ini, kan?". Â Nah, Â "mungkin pada saat itu, kalau bukan kamu yang mendapatkanku. Â Fadil yang berada disampingku saat ini, BUKAN KAMU!". Â Dan Fadil yang menjadi bos dif perusahaan ini, kamu jadi OB. Â Pak Jati kembali tertegun dan tertunduk karena malu. Â Â
"Istriku Wisanggeni, kamu BENAR! Â semua hal yang telah aku dapatkan membuatku lupa akan asal-usulku. Â Aku melupakan prosesnya dan aku rasa ini bukanlah hal baik. Â Terima kasih, kamu sudah mengingatkanku kembali tentang hal ini, karena jika tidak aku akan merasa semakin SOMBONG dan menganggap orang lain lebih rendah daripada aku. Â Alangkah lupa diri dan bodohnya aku tadi. Â Pemikiranku dipenuhi oleh kesombongan sekaligus kecemburuan kepada Fadil mantanmu."
"Ya sudah, apakah kamu merasa lebih baik sekarang, pah?".
"Sangaat Istriku, Â aku menjadi sadar, malu dan ingat agar aku selalu mawas diri terhadap setiap perilaku dan perkataanku kepada orang lain".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H