Mohon tunggu...
Rejang Musi Agastya
Rejang Musi Agastya Mohon Tunggu... Mahasiswa - energy security

we can't change the pass, so focus on making a great future

Selanjutnya

Tutup

Nature

Dilema Penggunaan Energi Nuklir di Indonesia

7 Juni 2022   15:59 Diperbarui: 7 Juni 2022   16:04 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perkembangan teknologi serta industri yang begitu pesat didunia mengakibatkan kebutuhan akan energi meningkat pesat. Saat ini energi yang digunakan, masih didominasi dengan penggunaan energi fosil. Namun, penggunaan energi fosil hingga saat ini banyak mengakibatkan masalah terhadap lingkungan salah satunya global warming. Terlepas dari masalah yang disebabkan oleh fosil tersebut, energi fosil juga sedang menemui titik kelangkaannya.

Banyak negara maju maupun negara berkembang masih bergantung pada energi fosil tersebut. Tetapi, jika penggunaan energi fosil tetap diteruskan tentunya akan menambah masalah terhadap lingkungan dan dapat mengalami kepunahan. Tentu saja untuk menanggulangi hal tersebut, negara-negara didunia berbondong-bondong untuk dapat menemukan alternatif untuk dapat memenuhi kebutuhan energinya dan men-subtitutsi penggunaan energi fosil dengan energi yang lebih ramah lingkungan. Energi-energi alternatif pun mulai bermunculan seperti air, matahari, bayu, gelombang laut hingga terdapat juga pengembangan energi nuklir.

Nuklir digandang-gadang dapat memenuhi kebutuhan akan energi yang paling efektif menggantikan energi fosil. Sudah banyak negara-negara maju yang memanfaatkan nuklir sebagai sumber energi mereka seperti Jepang dan Perancis. Di Indonesia sendiri, rencana pengembangan energi dari nuklir untuk kelistrikan sudah di rencanakan sejak tahun 1970-an.

Selanjutnya dilakukan studi pengembangan dan kelayakan yang dilakukan selama 5 tahun mulai dari tahun 1991 sampai dengan 1996. Dalam studi tersebut melihat dari berbagai aspek yaitu penilaian terhadap kelistrikan, sarana dan prasarana, transportasi, air, lingkungan, kependudukan, geologi, kegempaan serta yang lainnya. Dan telah ditemukan lokasi pembangunan PLTN terbaik di Indonesia adalah di Jepara. Namun hingga saat ini belum adanya progres pembangunan PLTN di Indonesia karena adanya beberapa faktor.

Faktor yang paling mempengaruhi adalah faktor penerimaan masyarakat dan juga kebijakan pemerintah. Dalam kebijakan energi nasional (KEN), pemerintah menempatkan nuklir sebagai opsi terakhir dalam pengembangannya. Padahal seperti yang telah diketahui, penggunaan nuklir mampu mengurangi emisi karbon yang menjadi masalah saat ini. Oleh karena itu pengembangan nuklir dianggap sangat tepat untuk menjadikannya sebagai sumber energi utama di Indonesia.

Beberapa masyarakat Indonesia menganggap bahwasanya pengenbangan energi nuklir tidak diperlukan. Dalam kacamata masyarakat nuklir merupakan energi yang berbahaya untuk di kembangan. Melihat dari dampak yang ditimbulkan, akibat meledaknya salah satu reaktor nuklir di Jepang, membuat masyarakat enggan menyetujui penggunaan nuklir sebagai energi utama di Indonesia. Padahal, nuklir sendiri memiliki tingkat resiko yang rendah apabila dijalankan dengan baik dan benar. Tidak menutup kemungkinan juga dampak yang diakibatkan oleh energi fosil jutru lebih berbahaya dibandingkan penggunaan nuklir sebagai sumber energi itu sendiri.

Seperti yang diketahui bersama bahwa pemerintah Indonesia juga merencanakan bauran energi di Indonesia. Segala macam aspek juga dipertimbangkan dalam pengembangan ini, seperti halnya lingkungan, kesehatan dan masyarakat itu sendiri. Dalam bauran energi pemerintah tidak hanya mengaplikasikan satu macam energi saja melainkan adanya beberapa sumber energi untuk dapat memenuhi kebutuhan energi di Indonesia. Oleh karena itu, pengembangan PLTN juga sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan energi tersebut dan juga dapat mengurangi emisi karbon untuk menuju Net Zero Emission di tahun 2060 mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun