Mohon tunggu...
Muhammad Khairurreza
Muhammad Khairurreza Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi ITS

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Keraguan dalam Optimisme Bangsa Menuju “Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”

25 Oktober 2013   02:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:04 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia, negara yang telah diberkahi anugrah sumber daya alam yang melimpah dan kondisi geografis yang strategis, telah menyatakan diri sebagai negara berkembang dengan agrikultur yang berkualitas selama beberapa dekade terakhir. Dalam pengembangannya, indonesia telah memasuki era industrialisasi yang meluas ke bidang pertambangan, industri manufaktur, dan teknologi telekomunikasi. Serangkaian inilah yang meyakinkan para pemimpin bangsa ini bahwa Indonesia memiliki peluang yang besar dalam mengembangkan perekonomiannya. Sehingga diwujudkanlah sebuah rencana strategis pada pertengahan tahun 2011 yang disebut sebagai Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengembangan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Optimisme ini tercerminkan dalam tinjauan kondisi Indonesia dalam dinamika global, bonus demografi, geografis, dan sumber daya alam.

Indonesia dalam bingkai dinamika global dan regional telah mencapai posisi ke-17 dengan perekonomian terbesar di dunia. Dengan keberhasilannya membangun indeks pembangunan manusia dari 0,39 ke 0,60 selama periode 1980-2010, Indonesia patut optimis untuk menjadi raja dari pasar Asia dalam 10 tahun kedepan. Asia yang menguasai 50% penduduk dunia menjadi pasar yang profitable bagi beberapa negara di Eropa dan Amerika . Selain itu indonesia juga didukung dengan letak geografis yang dekat dengan cina dan india , sebagai pasar besar di asia. Keuntungan Geografis lainnya yang didapat dari indonesia ialah dengan berposisi pada jalur utama pelayaran kontainer dunia, yaitu selat malaka sebagai Sea Lane of Communication (SLoC).

Tinjauan sumber daya menjadi cerminan yang jelas pula dalam mewujudkan optimisme Indonesia. Kekayaan sumber daya alam dibidang energi, pertanian, dan pertambangan menjadi bukti nyatanya. Keuntungan sumber daya manusia juga akan dirasakan indonesa selama kurun 2020-2030, dimana indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Bonus demografi ini menjelaskan bahwa angka ketergantungan Indonesia akan mencapai titik terendahnya dan jumlah usia produktif pada posisi tertingginya selama tinjauan hingga 2050.

Banyak hal yang mencerminkan kondisi emasnya indonesia ini merupakan bukti yang lumrah bagi para pemimpin negri ini untuk memiliki cita-cita yang besar di tahun 2025. Namun jika kita mencoba untuk melihat pada prinsip dasar dan prasyarat keberhasilan MP3EI, masih ada beberapa poin yang jauh dari kata ideal. Beberapa diantaranya ialah mindset bagsa indonesia, antusiasme nasional, serta perlindungan dan pelayanan dasar sosial.

Kurun dua tahun terakhir, telah banyak kasus gratifikasi, korupsi, kolusi, penyelundupan, dan beberapa perbuatan lainnya yang dilakukan oknum tertentu. Perbuatan ini tentunya merugikan negara dengan nominal ratusan juta hingga ratusan milyar. Individualisme, egoisme,  dan rasa takut untuk menegakkan kebenaran kerap terjadi di birokrat bangsa ini. Alhasil negri ini hampir mengalami krisis kepercayaan, antara rakyat dan birokratnya. Ketika nilai demokrasi pancasila dan bhineka tunggal ika telah pudar dari bangsa ini, akhirnya hanya ada rasa egois, individualis, dan materialis. Mindset bangsa yang satu, dan selalu mengutamakan kepentingan bersama kerap kali menghilang di tengah masyarakat kita. Gotong royong dan solidaritas sosial yang seharusnya membudaya sejak awal kemerdekaan hampir menghilang di beberapa golongan.

Perlindungan dan pelayanan dasar sosial juga menjadi hal yang dinilai kurang baik dalam keberlangsungannya. Totalitas seorang pegawai negri dalam bekerja masih diragukan. Orientasi berfikir akan cita-cita bangsa ini, mempengaruhi hal ini. Mungkin seharusnya kita menyebutkan seorang pegawai negri ialah pahlawan masa kini yang mengutamakan kepentingan sosial daripada kepentingan individual. Hal lain yang menjadi sorotan ialah, pemahaman akan cita-cita nasional ini pada beberapa golongan. Akademisi yang menjadi cikal bakal pembangun bangsa justru masih belum banyak memahami akan makna MP3EI. Antusiasme nasional dalam mencapai cita-cita ini masih minim. Padahal sesungguhnya ketika bangsa ini adalah suatu kesatuan, cita-cita ini seharusnya menjadi pandangan kedepan untuk bersama. Daya dukung dari semua golongan yang menjadi salah satu poin penting dalam kerangka MP3EI.

Ketika optimisme dipandang skeptis, maka mindset dan antusiasme akan cita-cita bangsa ini akan terus terpuruk. Bangsa ini harus menghilangkan keraguannya dengan membangun rasa kepercayaan antar sesama, solidaritas sosial, dan gotong royong. Marwah persatuan dan kesatuan yang tetap terjaga membawa pada kemerdekaan bangsa yang bersatu, berdaulat adil dan makmur. Sehingga cita-cita ini memperkuat kemerdekaan bangsa dengan mewujudkan masyarakat indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun