Mohon tunggu...
Reja Afdal Silva
Reja Afdal Silva Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Akademi Televisi Indonesia

Podcast Tema : Perkembangan Esport di Indonesia Judul : Esport vs Indonesia Research keyword : Esport Indonesia, gamers, game, Narasumber : Mantan pemain profesional/Juara dunia Mobile Legends ( Eko julianto/Diky) Juara Dunia Pubg Mobile ( Bagas/Bagus) Ketua umum IESPA (RM Ibnu Sulistyo Riza Pradipto) Coach Tim Profesional Free Fire (Muhamad Farchan Ridha) Website : https://esports-indonesia.com/. https://esports.id/.https://muppies.org/wp-content/cache/.https://duniagames.co.id/discover/article/website-terbaik-buat-turnamen-esport. https://ggwp.id/media Perspektif : Esport Indonesia seperti apa? Persaingan dengan negara lain, pandangan orang tua ke game, Saya akan membahas perkembangan Esport di Indonesia bagaimana, sampai kapan esport bertahan di Indonesia, esport vs orang tua,

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Novel Pramoedya Ananta Toer - Gadis Pantai

27 Juli 2022   11:32 Diperbarui: 28 Juli 2022   01:50 5111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

RESENSI NOVEL

PRAMOEDYA ANANTA TOER -- GADIS PANTAI

  • IDENTITAS NOVEL

Judul novel      : Gadis Pantai

Penulis              : Pramoedya Ananta Toer

Tebal buku       : 13x20 cm 280 halaman

Penerbit            : Lentera Dipantara

Tahun terbit    : 2003

  • PEMBUKAAN

Pramoedya Ananta Toer atau yang lebih akrab disapa Pram lahir pada tahun 1925 di Blora, Jawa Tengah, Indonesia. Pram adalah salah satu sastrawan besar yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Putra sulung dari seorang kepala sekolah Institut Budi Oetomo ini telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan dalam 41 bahasa asing. Pram yang pernah bekerja sebagai juru ketik dan korektor di kantor berita Domei (LKBN ANTARA semasa pendudukan Jepang) memantapkan pilihannya untuk menjadi seorang penulis. Ia telah menghasilkan artikel, puisi, cerpen, dan novel sehingga melambungkan namanya sejajar dengan para sastrawan dunia. Karya Pram yang penuh dengan kritik sosial membuatnya sering keluar masuk penjara. Pram pernah ditahan selama 3 tahun pada masa kolonial dan 1 tahun pada masa orde lama. Kemudian selama orde baru ia ditahan selama 14 tahun sebagai tahanan politik tanpa proses pengadilan. Hampir separuh hidupnya dihabiskan dalam penjara --- sebuah wajah semesta yang paling purba bagi manusia-manusia bermartabat: 3 tahun dalam penjara Kolonial, 1 tahun di Orde Lama, dan 14 tahun yang melelahkan di Orde Baru (13 Oktober 1965-Juli 1969, pulau Nusa-kambangan Juli 1969-16 Agustus 1969, pulau Buru Agustus 1969-12 November 1979, Magelang/Banyumanik November-Desember 1979) tanpa proses pengadilan. Pada tanggal 21 Desember 1979 Pramoedya Ananta Toer mendapat surat pembebasan secara hukum tidak bersalah dan tidak terlibat dalam G30s PKI tetapi masih dikenakan tahanan rumah, tahanan kota, tahanan negara sampai tahun 1999 dan wajib lapor ke Kodim Jakarta Timur satu kali seminggu selama kurang lebih 2 tahun. Beberapa karyanya lahir ditempat purba ini, diantaranya Tetralogi Buru (Bumi Manusia, Anak semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca). Penghargaan yang diraih oleh Pramoedya Ananta Toer ini antara lain:

  • Freedom to Write Award dari PEN American Center, AS, 1988
  • Penghargaan dari The Fund for Free Expression, New York, AS, 1989
  • Wertheim Award, "for his meritorious services to the struggle for emancipation of Indonesian people", dari The Wertheim Fondation, Leiden, Belanda, 1995
  • Ramon Magsaysay Award, "for Journalism, Literature, and Creative Arts, in recognation of his illuminating with briliant stories the historical awakening, and modern experience of Indonesian people", dari Ramon Magsaysay Award Foundation, Manila, Filipina, 1995
  • UNESCO Madanjeet Singh Prize, "in recognition of his outstanding contribution to the promotion of tolerance and non-violence" dari UNESCO, Perancis, 1996
  • Doctor of Humane Letters, "in recognition of his remarkable imagination and distinguished literary contributions, his example to all who oppose tyranny, and his highly principled struggle for intellectual freedom" dari Universitas Michigan, Madison, AS, 1999
  • Chancellor's distinguished Honor Award, "for his outstanding literary archievements and for his contributions to ethnic tolerance and global understanding", dari Universitas California, Berkeley, AS, 1999
  • Chevalier de l'Ordre des Arts et des Letters, dari Le Ministre de la Culture et de la Communication Republique, Paris, Perancis, 1999
  • New York Foundation for the Arts Award, New York, AS, 2000
  • Fukuoka Cultural Grand Prize (Hadiah Budaya Asia Fukuoka), Jepang, 2000
  • The Norwegian Authors Union, 2004
  • Centenario Pablo Neruda, Chili, 2004
  • ISI DAN PESAN DALAM NOVEL

Pramoedya Ananta Toer -- Gadis Pantai, buku yang sangat menarik untuk dibaca dan dipahami artinya, buku ini juga cukup banyak kesamaan dengan kehidupan pada masa sekarang. Dalam buku ini menceritakan seorang gadis yang lahir dan tumbuh disebuah kampung nelayan di Jawa Tengah, Kabupaten Rembang. Seorang gadis yang manis, cukup manis untuk memikat hati seorang penguasa. Keseharian Gadis Pantai yaitu menunggu perahu-perahu yang berangkat dari subuh hari hingga pulang ketika matahari mulai terbenam, menurunkan ikan tangkapan dan menunggu besok sampai kantor lelang buka, cukup rajin gadis ini membantu orang tuanya. Empat belas tahun usianya, usia yang sangatlah muda untuk menjadi seorang pengantin, mungkin masyarakat Indonesia sudah mengetahui bahwa orang-orang dulu mereka menikah di usia belasan tahun, di usia yang begitu muda rasanya untuk makan dengan hasil keringat sendiri saja mungkin akan terasa susah, apalagi untuk membangun rumah tangga, alasan orang-orang pada zaman dahulu menikah muda yaitu karena faktor perekonomian dari kedua orang tuanya yang mungkin sudah tidak sanggup untuk menafkahi anaknya, alasan yang sangat mudah kita pahami. Gadis Pantai dinikahkan di usianya yang baru menginjak empat belas tahun oleh kedua orang tuanya, dengan hati yang terpaksa orang tuanya menyerahkan dan merelakan anaknya yang masih belia untuk dinikahi oleh orang kaya raya dan memiliki rumah megah. Calon suami Gadis Pantai berasal dari Jawa yang bekerja pada (administrasi) Belanda, Bendoro panggilannya. Orang tua Gadis Pantai hanya ingin anaknya tidak merasakan kemiskinan di sepanjang hidupnya, tidak ingin seperti mereka yang selalu dikelilingi kesusahan. Beberapa alasan tersebut diucapkan oleh ibunya di halaman dua belas dan tiga belas. "Sst. Jangan nangis. Mulai hari ini kau tinggal di Gedung besar, nak. Tidak lagi buang air di pantai. Kau tak lagi menjahit layar dan jala, tetapi sutera, nak. Sst, sst. Jangan nangis." , "Sst. Jangan nangis , nak. Hari ini kau jadi istri orang kaya". Keluarga Gadis Pantai tidak mengetahui apa yang akan terjadi kedepannya, mereka hanya tahu anaknya dinikahi oleh seorang yang terhormat dan banyak harta. Jangan hanya menilai seseorang dari luarnya saja, jangan beranggapan orang itu baik hanya karna melihat dari penampilan, jangan cepat menilai orang itu nakal hanya karna dia sering keluar malam. Mencari pasangan jangan hanya dari segi ekonominya saja tetapi lihat tanggung jawabnya, bagaimana dia memperlakukan kita, baik atau tidaknya dia bersikap. Gadis Pantai dinikahi hanya untuk dijadikan sebagai Mas Nganten (perempuan yang melayani kebutuhan seks) oleh suaminya. Itulah pentingnya untuk tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan.  Dari cerita Gadis Pantai yang menikah di usia muda itu seperti yang sering terjadi di Indonesia. Saya lahir di Kampung dan banyak sekali anak muda yang memilih menikah cepat, alasannya karena memang disuruh oleh orang tuanya, faktor perekonomian, pergaulan bebas dan masih banyak lagi, hal tersebut sudah tidak aneh lagi bagi masyarakat. Ketika saya sedang membaca buku karya Pramoedya Ananta Toer ini perhatian saya tertuju ke sebuah kalimat "mengapa tak boleh tinggal di mana ia suka, di antara orang-orang tersayang dan tercinta" kalimat itu membuat saya berpikir jika kita terus berada di zona nyaman kita, maka kemampuan dan pengetahuan kita hanya sampai di titik itu saja, mencari ilmu tidak hanya di bangku sekolah, ilmu ada di mana-mana, ilmu mungkin berada ditempat yang kita tidak suka tapi itu adalah sebuah tantangan kita untuk belajar lebih keras demi menggapai sebuah kesuksesan. Lagi dan lagi perhatian saya tertuju pada sebuah kalimat, kalimat ini diucapkan didalam hati si Mbok (bujang Gadis Pantai) yang ada di halaman delapan puluh, "Seorang Bendoro () dengan istri orang kebanyakan tidaklah dianggap sudah beristri, sekalipun telah beranak selusin" Arti dari kalimat itu adalah seorang yang punya kekuasaan dan kekayaan pada zaman itu, mereka tidak mau menikah dengan wanita yang ada dibawah derajatnya, sekalipun mereka menikah dengan wanita itu maka pernikahan itu tidaklah dianggap, Bendoro dianggap menikah hanya dengan wanita dari karat kebangsawanan yang setingkat. Tersenyum saya membaca kalimat itu, karena saya piker pada zaman dulu sudah ada orang yang mandang sesuatu untuk dijadikan pasangan hidup, tidak beda jauh dengan sekarang. Perkawinan Gadis Pantai dengan Bendoro hanyalah satu latihan bagi bendoro untuk perkawinan sesungguhnya, yang pastinya dengan wanita yang setingkat. Mulanya, pernikahan itu memberi wibawa bagi Gadis Pantai di kampung halamannya karena dia dipandang telah dinaikkan derajatnya, menjadi Bendoro Putri. Tapi itu tidak berlangsung lama. Gadis pantai seakan kembali lagi kepada kehidupan semula. Suaminya tega membuangnya setelah dia melahirkan seorang bayi perempuan.

 

  • KELEBIHAN

Menurut saya buku ini bagus sekali untuk dibaca, buku ini mengajarkan kita tentang sejarah, buku ini juga memberitahu kita tentang feodalisme Jawa zaman dulu, jadi kita tahu zaman dulu gimana dan bagaimana kehidupan sosial mereka. Dan banyak sekali pesan moral yang disampaikan dari buku ini.


  • KEKURANGAN

Ada beberapa istilah dalam novel ini menggunakan Bahasa Jawa zaman dahulu, yang mungkin akan sulit bagi orang yang tidak mengerti Bahasa Jawa. Seperti yang kita tahu Pramoedya Ananta Toer menerbitkan novel ini di masa lampau jadi wajar saja menggunakan Bahasa terdahulu. Tapi dengan seiringnya waktu pasti Bahasa itu mungkin tidak dipakai lagi di era sekarang. Jadi menurut saya kekurangannya ada didalam penggunaan bahasanya saja yang tidak cocok di era sekarang.


  • PENUTUP

Buku ini cocok untuk orang yang ingin tahu sejarah Jawa, seperti kehidupan pada kala itu, keseharian orang pada kala itu, semua ada dalam buku ini. Bahkan kita juga mengetahui feodalisme Jawa zaman dulu itu seperti apa. Banyak nilai-nilai yang bisa kita ambil dari buku ini.

Baca juga: Peluk

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun