Mohon tunggu...
Reizy Bulu
Reizy Bulu Mohon Tunggu... -

Buah Hati Lama, menyukai prosa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepatu

15 Juni 2014   01:13 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:43 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Sinar matahari riang memanggang seperti suka ria suara harmonika dan biola yang berbunyi. Ini kali pertama kita menapaki  jalanan festival, menertawakan balon-balon yang terlepas keudara, kagum pada api-api yang menyembur. Ini lah kita, merekam  jejak mereka berdua, kisah mereka."



Kita Bukanlah Lagi Hanya Kau dan Aku...

Kita  menunggu dengan bosan dibawah lampu berwarna putih dan lantunan musik yang membuat mengantuk. Sharon dan Bili terus mondar-mandir kadang teriakan nyonya Merlyn membuat mereka berjalan lebih cepat. Kau selalu bergumam "Apa yang salah dengan kita? Pasti warna kita. Aku yakin biru bukanlah warna yang populer hmmm."  Aku hanya tertawa jika kau bergumam dengan alasan itu, kau bahkan mengulangnya hampir disetiap kau bosan.

Malam itu diluar hujan, Deck datang mengambil kita, menyerahkan kita kepada Bili, untuk pertama kalinya kita terpisah, kau cemas ketika itu, aku hanya bisa memberi senyuman agar kau tetap tenang. Kita kemudian dimasukan keruangan sempit dan gelap. Kita memang tak melihat kemana kita akan pergi tapi aku yakin Deck membawa kita kesuatu tempat, membawa pulang mungkin.

Di bawanya kita melewati hujan malam ini, sesekali air hujan merembes masuk kesela dinding kertas yang menutupi kita. Deck mengetok pintu, lama, sejurus kemudian terdengar sura derit pintu dibuka, Deck lalu mengucapkan selamat hari tanggal tujuh kepada seorang wanita, wanita itu adalah Diana. Diana tergesa-gesa membuka dinding kertas yang menutupi kita, ia membuka dinding kertas yang menutupi ku terlebih dahulu kemudian kau. Dan untuk pertama kalinya di malam itu kita melihat senyum cantik Diana.

Diana memakai ku dan Deck memakai mu. Diana sangat menyukai kita, kita bisa merasakan itu dari bagaimana caranya memperlakukan kita. Ia membersihkan kita dengan lembut, melap  kita seperti ia sedang membelai setangkai bunga lili.

Sejak hari itu kita selalu bersama-sama. Kita bukan lah lagi hanya kau dan aku. Kita sekarang adalah aku, kau, Deck dan Diana. Kita pernah kepantai terlalu sore menyaksikan Deck dan Diana melangkah kan kaki-kaki telanjangnya di pinggiran air laut dan berdiri mesra dipinggiran pantai. Kita juga pernah pergi bersama ketika Sinar matahari riang memanggang seperti suka ria suara harmonika dan biola yang berbunyi. Ini kali pertama kita menapaki  jalanan festival, menertawakan balon-balon yang terlepas keudara, kagum pada api-api yang menyembur. Kita juga pernah ke pasar malam yang penuh gelembung balon yang terbuat dari sabun, ada benda-benda berterbangan berwarna-warni menyala berseliuran. Kau tersenyum bahagia dan aku memandangmu dengan penuh cinta.

Hari terus berlanjut dan hari ini kita dimasukan ke etalas, persis dibawah etalase yang membungkus kita, diletakan sebuah poto berukuran besar, foto itu adalah foto Deck dan Dian, mereka berdua berpakaian tak seperti biasanya dalam foto itu, mereka sangat mengagumkan kau bilang. Banyak orang mulai berdatangan, kita menjadi tontonan, akhirnya kau bilang orang-orang memperhatikan kita dengan penuh ke kaguman. Tak jauh dari tempat kita Deck dan Diana berciuman dihadapan semua orang yang hadir. Kita melihat kagum keduanya sembari tersipu malu.


Lakeisha Bidadari Kecil...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun