Pada Maret Awal, penulis berkunjung ke lokasi yang sedang ramai dibicarakan di For You Page atau FYP TikTok dan Reels Instagram. Seperti yang sedang menjadi topik populer untuk diperbincangkan, Wonosobo menjadi tempat yang cocok untuk menghirup udara segar dan merintang penat. Penulis berkesempatan untuk membuktikan hal tersebut dengan melakukan kegiatan Live In di Desa Buntu, Kejajar, Wonosobo yang diadakan oleh SMA Global Prestasi selama satu minggu. Penulis mengamati kondisi lingkungan sekitar yang sangat sejuk dan asri sembari melakukan kegiatan yang sudah diatur oleh pihak sekolah. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 3 Maret 2024 hingga 8 Maret 2024.
Sembari melakukan kegiatan, penulis mengamati bahwa menjelang sore hari curah hujan di daerah Wonosobo tinggi. Walaupun terdapat banyak kegiatan dan cuaca tidak cerah setiap saat, pandangan penulis tak henti pada bermacam-macam ladang yang ada disana. Terdapat berbagai tanaman khas yang biasanya ditemukan di dataran tinggi seperti kentang, cabai, tomat, kubis, bawang merah, kopi, dan wortel. Ibu Hardiyono, salah satu petani yang ada disana menjelaskan bahwa Desa Buntu merupakan salah satu penghasil sayur mayur terbesar untuk pasar yang ada di daerah Wonosobo.
Mengutip dari buku berjudul “Economics and Sociology: Redefining Their Boundaries: Conversations with Economists and Sociologists” yang ditulis oleh Sosiolog asal Swedia Richard Swedberg, perspektif sosiologi tentang sosiologi ekonomi terpusat pada pendekatan sosial, fokus ekonomi, dan masyarakat. Peneliti mengobservasi bahwa kegiatan ekonomi yang ada di desa ini merupakan contoh nyata bahwa kegiatan jual beli dapat diterapkan menggunakan perspektif sosiologi ekonomi.
Selain mengamati kegiatan ekonomi di sekitar lingkungan Desa Buntu, peneliti juga melakukan wawancara dengan seorang pelaku lembaga ekonomi masyarakat Desa Buntu. Penjual sayur bernama Ibu Hatmiati sempat bercerita bahwa pekerjaan yang ia lakukan merupakan salah satu cara baginya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dibantu oleh sang suami, Ibu berusia 38 tahun ini membeli sayur untuk dijual setiap jam 5 pagi untuk dijual di lingkungan sekitar desa. Ibu 2 anak ini menjelaskan betapa penting perannya dalam lingkungan sekitar “Kalau saya gak jualan, nanti yang lain(tetangga) gak bisa makan” ucapnya.
Sosiolog Smelser dan Swedberg (2005) mengemukakan definisi sosiologi ekonomi dengan mengadopsi pendapat Weber maupun Durkheim, bahwa sosiologi ekonomi merupakan subdisiplin sosiologi yang memfokuskan bidang studi pada bagaimana aktor atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Hal ini menghasilkan dua terminologi tentang fenomena ekonomi dan pendekatan sosiologis sehingga keduanya berhubungan erat.
Tentunya kegiatan berjualan sayur di Desa Buntu ini hanya salah satu contoh dari lembaga ekonomi yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Setelah melakukan wawancara, peneliti juga berjalan-jalan untuk menjelajahi desa wisata ini dan menemukan beberapa toserba. Seperti di perkotaan, beberapa toko menyediakan metode pembayaran yang modern seperti qris sehingga pembeli memiliki banyak pilihan untuk membayar. Dapat dikatakan bahwa sesuai dengan hasil observasi, Desa Buntu Wonosobo memiliki lembaga ekonomi beragam dan sangat diperlukan keberadaannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H