Mohon tunggu...
reisa rengganis
reisa rengganis Mohon Tunggu... -

menulis apapun yang dipikirakan. berbagi. bermanfaat bagi semua

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menulis

15 Juli 2012   14:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:56 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menulis...

rutinitas sehari-hari. sudah seperti makan nasi. Tidak melakukannya sehari rasanya mata lapar dan tangan gatal. eits beneran ini bukan lebai. setiap hari pasti ada cerita. apapun. kebisaan menulis mungkin dalam bayangan orang-orang semua mengetik termasuk. tapi bagi saya beda. menulis di sini benar-benar menulis pakai tangan. ada lembar kertas kosong yang diisi dengan guratan pulpen berwarna biru atau terkadang hitam.

Jadi saya membedakan menulis dengan menge-tik. ya entah ya mau pakai netbook atau komputer bagi saya beda aja. meski umur sudah dewasa lebih. bukan tua ya.. maksudnya di atas 17 tahun ini :P saya tetap membiasakan menulis setiap hari. Total diary saya sudah 7. saya tulis dan kumpulkan semenjak saya duduk di bangku SMA. kenapa? masih zaman gitu ya usia 20 tahun ke atas dikit nulis diary kaya anak ABG? Masih lah. Tahukah kalian dengan menulis (ada media kertas dan tinta) kita membiasakan diri untuk menyimpan sejarah pribadi. maksudnya? yah kalau suatu saat nanti saya sudah nggak ada alias menghadap Sang Pencipta... saya masih hidup melalui tulisan yang saya tulis dengan tangan saya sendiri. otentik lah istilahnya. Kalau nggak salah tulisan dalam sebuah media bukan internet ya... maksudnya di sini bisa kertas kayu dll kalau umurnya lebih dari 100 tahun bisa jadi naskah. Beuh. kan keren ya kalau suatu saat nanti keturunan saya (aamiin semoga habis ini saya segera melepas masa lajang dan memiliki keturunan) bisa membaca tulisan atau cerita dari nenek moyangnya. wew...

hahaahhaha

ngarep banget ya? biarin saya suka dan menikmatinya kok. Bahkan saya pernah eh sudah sering deng menulis cerpen dan novel pakai tulisan tangan sampai sekitar 120 halaman. wew... meskipun novelnya belum pernah diterbitin sih karena belum diketik. hahahaha ini nih.. males depan layar lama-lama. yang ada kalau kelamaan bisa radiasi dan menambah ukuran minus di mata.

menulis... bagi saya menulis seperti bernapas. ini saja yang ngalir di otak tetiba meluncur begitu saja dalam pijat memijat keyboard. wew... apapun dah ya...

biasakan menulis kawan. apapun. mau bagus atau jelek itu mah urusan belakang. yang penting nulis aja dulu. hitung-hitung latihan. Kalau masalah media sih silakan sok atuh diatur saja. yang capek nulis pakai tangan silakan pakai netbook atau komputernya atau tabletnya atau hapenya. yang suka nulis pakai tangan... yaudah tinggal siapin pulpen dan media untuk nulisnya bisa kertas daun apapun deh. habis itu disimpen. yang rapi. kalau sudah dibiasakan lama-lama pasti ketagihan

oh iya cerita hari ini dari saya tentang masuk gratis ke Ragunan bagi pemilik KTP DKI kali ya. hari ini saya dan sepupu serta om pergi ke ragunan. Bukan untuk menyamakan rupa ya... hanya untuk menyamakan hati dan perasaan. kan mereka senang tuh kalau dikunjungi manusia. kamipun demikian. lho?

oh iya tadi ragunan penuh banget. banyak warga DKI yang bener-bener memanfaatkan bebas harga masuk alias gratis ini dengan mengangkut keluarga mereka ke Ragunan. Sementara saya .. om ... dan sepupu niat ke sana karena ingin menyenangkan hati saja. liburan sebelum puasa. wesss nggak nyangka sebentar lagi puasa. pada deg-degan gak tuh? selama ini kebanyakan melakukan dosa. padahal tahun kemarin sudah dimaafin. ahahah

ini kenapa jadi panjang kali lebar dan tinggi ya? udah kaya ngitung volume balok. tapi bedanya yang diukur adalah balok hati. wew istilah gue ada-ada aja. intinya gini deh... hari ini ruang publik dibebaskan dari biaya apapun bahkan kayanya trans jkt juga tuh. entahlah. Soalnya tadi antreannya benar-benar mengular. mentang-mentang gratiss. asssseeeekkk

cerita hari ini pokoknya ragunan penuh. Penuh bapak-bapak membawa ransel dan ibu-ibu yang sibuk menelepon ke sana ke mari. ya sudah...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun