Mohon tunggu...
Christopher Reinhart
Christopher Reinhart Mohon Tunggu... Sejarawan - Sejarawan

Christopher Reinhart adalah peneliti sejarah kolonial Asia Tenggara. Sejak 2022, ia merupakan konsultan riset di Nanyang Techological University (NTU), Singapura. Sebelumnya, ia pernah menjadi peneliti tamu di Koninklijke Bibliotheek, Belanda (2021); asisten peneliti di Universitas Cardiff, Inggris (2019-20); dan asisten peneliti Prof. Peter Carey dari Universitas Oxford (2020-22).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berita Terkini PT GNI dan Sejarah Eksplorasi Nikel di Indonesia

11 November 2023   03:03 Diperbarui: 11 November 2023   03:25 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fritz dan Paul Sarasin dalam Eksplorasi Sulawesi (Koleksi ETH-Bibliothek Zrich)

Berdasarkan berita terkini PT GNI, pada 12 Agustus 2023 yang merupakan rangkaian hari terakhir Simposium Internasional ke-15 Perhimpunan Pelajar Indonesia Sedunia (PPI Dunia), PT Gunbuster Nickel Industry (PT GNI) memberikan paparan tentang kiprahnya, dukungannya pada pendidikan di Indonesia, dan upayanya untuk menjaga keselamatan kerja di lingkungan perusahaan. PT GNI merupakan salah satu perusahaan smelter atau fasilitas pengolahan hasil pertambangan yang mengkhususkan diri pada pengolahan bijih nikel.

Perusahaan ini hadir di Indonesia, tepatnya di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah, pada tahun 2019 dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2021. Perusahaan-perusahaan terkait nikel, terutama pada lini smelter, hadir di Indonesia bersamaan dengan seruan presiden untuk mempercepat proses hilirisasi komoditas-komoditas, termasuk hasil tambang, di Indonesia.

Menariknya, PT GNI menggunakan teknologi canggih yang disebut dengan Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF), dengan mengembangkan 25 lini jalur produksi, yang diperkirakan mampu menghasilkan hampir 2 juta NPI pertahunnya. Proses RKEF ini menghasilkan bahan baku setengah jadi yang disebut NPI (nickel pig iron), inilah yang nantinya dapat berguna sebagai bahan baku baja nirkarat (stainless steel), bahan baku badan pesawat, peralatan makan, dan lainnya.

Sejarah Eksplorasi Nikel di Kepulauan Indonesia

Eksplorasi nikel secara ilmiah memang baru dimulai dalam asuhan negara kolonial, Hindia Belanda, tetapi penggunaan nikel sebagai campuran logam telah dikenal sebelumnya. Isac Groneman, seorang ilmuwan Belanda yang punya perhatian pada dunia budaya material Jawa, banyak menulis tentang keris.

Melalui observasinya dalam pembuatan keris akhir abad ke-19 dan penelusurannya pada sumber-sumber sejarah, ia menemukan penggunaan nikel hampir pada mayoritas keris Jawa. Nikel yang digunakan sebenarnya merupakan campuran nikel dengan logam lain yang bersumber dari meteorit yang ditemukan di Jawa.

Ketika sumber utama keris yang berasal dari meteorit sudah tidak banyak tersedia, sumber bahan baku lain bagi elemen nikel pada keris berasal dari Sulawesi---tempat di mana smelter nikel sekarang banyak beroperasi. Nikel Sulawesi sendiri tampaknya juga sudah menjadi elemen yang digunakan oleh masyarakat sekitar sebelum eksplorasi ilmiah Eropa.

Namun, seperti disebutkan sebelumnya, eksplorasi ilmiah dimulai pada dekade 1820-an. Pada periode tersebut eksplorasi geologi mulai dilakukan oleh naturalis Eropa di Kepulauan Indonesia.

Sulawesi yang kaya akan nikel pertama kali diteliti---sejauh sumber sejarah dapat ditemukan---oleh ahli botani Jerman, Casper G.C. Reinwardt yang pergi ke Sulawesi Utara pada Oktober 1821. Saat itu, ia memperhatikan areal gunung berapi dan melaporkan penemuan tambang emas yang dikerjakan oleh masyarakat lokal.

Setelah Reinwardt, datang naturalis dan peneliti lain yang berkontribusi pada eksplorasi Sulawesi. Dalam jajaran ini kita dapat menyebut nama E.A Forsten (dari Komisi Sejarah Alam Belanda) pada 1838, Hermann von Rosenberg pada 1863, Heinrich Zollinger pada 1847, Alfred Russel Wallace pada 1857, Arthur Wichmann pada 1888, Albert C. Kruijt pada 1891, Paul Sarasin dan Fritz Sarasin pada 1893, dan E.C. Abendanon pada 1909.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun