Terkadang travelling menjadi hal yang sangat disukai bahkan digilai seseorang di lain pihak menjadi hal yang sangat tidak dimegerti orang lain. Kenapa harus mengorbankan hidup yang sedang dijalani sekarang untuk dapat melalui suatu perjalanan yang sepertinya tidak berujung. Â Di lain sisi si pejalan bertanya mengapa tidak meninggalkan hidup yang sekarang dijalani untuk mendapatkan sesuatu yang baru. Â Bukankan kita seharusnya memilih hidup kita bukan hanya menjalaninya begitu saja?
ThomaS Avery, seorang Dokter mata di California menerima berita yang sangat mengejutkan tentang putranya, Daniel Avery. Daniel ditemukan meninggal pada saat akan memulai suatu perjalanan khusus. Â Perjalanan itu adalah Perjalanan klasik, perjalanan ziarah, merupakan perjalanan menuju makam St. James di Santiago de Compostela.
Perjalanan menuju Santiago de Compostela serinh di sebut dengan El Camino de Santiago (Spanyol) atau Le Chemin de Saint Jacques (Prancis).  Perjalanan ini bisa dimulai dari beberapa tempat pemberangkatan seperti  Paris, Vzelay, Arles dan Le Puy (di Prancis) dikenal dengan The French Way (Camino Francs) atau dari  Porto di Utara Portugal dikenal dengan Portuguese Way, atau dari Valena, Spanyol.  Perjalanan akan memakan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.  Di sepanjang jalan akan menginap di pernginapan sejenis asrama (dorm) atau di gereja yang biasanya disebut refugio atau albergue.
Para peziarah bisanya menandai diri mereka dengan kerang.  Adapun pengenaan tanda kerang ini juga memiliki cerita tersendiri.  Para pejiarah juga akan membawa credencial atau dikenal dengan  "pilgrim's passport".  Paspor ini akan distempel dengan  stempel resmi St.James di setiap kota atau refugio dimana para peziarah menginap.
Pada akhir perjalanan setiap peziarah akan mendapatkan, Â The compostela, yaitu sejenis sertifikat yang menyatakan bahwa peziarah telah menyelesaikan perjalanan ziarah tersebut. Â Untuk mendapatkan The Compostela seorang peziarah harus berjalan minimum 100 km atau bersepeda sejauh 200 km.
Sesampai di Gereja, Cathedral of Santiago, yang juga dipercaya sebagai lokasi makam St. James, banyak pejiarah yang menempelkan tangannya ke pilar yang ada di pintu masuk gereja dan memasuki gereja. Â Di gereja sendiri akan diadakan upacara khusus dimana nama-nama peziarah akan diumumkan dan sebuah pedupaan yang sangat besar akan diayunkan di dalam gereja, setelahnya pejiarah dapat mengikuti komuni.
Kembali ke film.  Thomas bermaksud melakukan perjalanan ini untuk putranya.  Dia memutuskan untuk mengremasi jasad putranya dan akan menaburkan abunya di tempat-tempat khusus di sepanjang perjalanan Camino de Santiago.  Thomas memulai perjalanan tersebut seorang diri.  Dia memulainya dari Prancis.  Dalam  perjalanannya dia bertemu banyak orang dengan berbagai kepribadian yang unik dan menarik, kadang membuat dia tersenyum kadang membuat dia tidak habis pikir.
Tapi pada akhirnya dia berteman akrab dengan tiga peziarah lainnya. Â Pertama dengan Joost dari Amsterdam. Â Seorang pengisap ganja yang banyak bicara. Â Dia mendedikasikan perjalanan ini untuk bisa kurus kembali. Â Tetapi dia seorang yang baik hati dan peduli. Â Kemudian mereka juga bertemu Sarah dari Canada, korban kekerasan dalam rumah tangga, yang berkaul akan berhenti merokok setelah menyelesaikan perjalanannya. Â Mereka juga bertemu dengan Jack dari Irlandia. Â Seorang penulis yang kehabisan ide, sehingga tidak dapat menulis lagi. Â Dia melakukan perjalanan ini supaya dia bisa menulis lagi.
Pada awalnya mereka tidaklah saling cocok. Â Terutama Thomas. Dia mereasa terganggu dengan kehadiran orang-orang itu disekitarnya. Apalagi pada saat itu dia masih berduka. Â Tetapi di sepanjang perjalanan mereka mencoba saling menyesuaikan diri, saling menolong dan bersimpati. Â Pada akhirnya membuat mereka menjadi sangat dekat dan ingin selalu bersama.
Dan pengalaman berjalan bersama itu memberi banyak kenangan dan kehangatan, bahkan teman-temanseperjalanannya menemani Thomas menyelesaikan misiya menaburkan abu putranya sampai ke pantai di Muxia, mengikuti saran seorang gypsi yang ditemuinya dalam perjalanannya.
Sepanjang film penonton akan dapat merasakan betapa dalam kesedihan Thomas atas kepergian putranya dan betapa dia sangat tersentuh atas perhatian orang-orang seperjalanannya. Â Demikian juga betapa tulus persahabatan yang bisa ditawarkan kepada orang lain, kepada orang yang baru dikenal sekalipun