Semenjak saya bertugas di interpol pada bagian yang membidangi Cybercrime, barulah saya tahu bahwa banyak juga para pelaku penipuan internet yang diduga berasal dari indonesia, di meja saya setiap hari ada saja laporan Interpol negara lain yang melaporkan ada warganegaranya menjadi korban penipuan melalui internet, semua ceritanya hampir sama: "warga negara mereka membeli barang dari suatu website, berkomunikasi dengan pemilik website tersebut dan mereka mentransfer sejumlah uang dengan dijanjikan barang akan dikirim segera, pada kenyataan barang tidak pernah sampai ke alamat mereka". Namun disisi lain ada banyak pula warganegara Indonesia yang menjadi Korban penipuan dengan pelaku di luar negeri dan melaporkan perkaranya interpol , berikut ini beberapa ceritanya: Berikut ini sedikit profile dari pelaku Indonesia, dengan Korban Orang diluar Indonesia: [caption id="attachment_1584" align="alignleft" width="150" caption="alibaba.com"]
[/caption] Sarana penipuan yang lazim para pelaku ini lakukan adalah melalui situs jual beli alibaba.com dan yahoo auction. Modus nya mereka menawarkan sejumlah barang yang memang laku di pasaran seperti sepeda, alat - alat komputer, kacamata dan lain - lain melalui perusahaan fiktif, dan perusahaan fiktif ini menawarkan barangnya dengan harga yang miring, seharga ratusan dolar, namun ada juga korban dari luar negeri yang membeli sepeda motor seharga 4000 dolar bahkan tertipu membeli mobil seharga 8000 dolar. Mereka selalu menggunakan Costumer Service yang bersedia berkomunikasi lewat email, messenger dan telepon, dan meminta down paymen dahulu, kemudian akan mengirimkan barang melalui jasa pengiriman tertentu, tetap tidak terkirim... alasan mereka tertahan bea cukai dan minta biaya tambahan, sampai akhirnya korban sadar telah tertipu. Alamat paling banyak dari kelompok ini adalah alamat Jakarta, Medan, Jogja, batam dan Surabaya. Mereka menggunakan akun bank lokal tentunya dengan menggunakan identitas palsu. Korbannya banyak dari negara maju, mayoritas berasal dari Amerika Serikat, Jerman, Belanda, Australia sedangkan sisanya dari banyak negara eropa. Ada banyak kesulitan dari para korban ini mereka menganggap Indonesia sudah memakai single identity padahal begitu mudahnya kita membuat KTP Palsu (ketika meminta kita untuk mengecek pemilik akun yang dikirimnya) Profile Penipu dari Luar negeri dengan korban warganegara Indonesia: Untuk korban yang berasal dari indonesia berbeda dengan diatas, pada umumnya korban WNI lebih banyak ditipu karena mereka dijanjikan sesuatu uang atau barang sehingga mereka mempunyai harapan besar, disaat itulah mereka tertipu, pelakunya diduga keras adalah jaringan penipu dari Afrika, Modusnya adalah seseorang diantara mereka menghubungi email pribadi kita (yang jelas mereka banyak stock email pribadi) mengaku akan mengirimkan uang dengan jumlah yang sangat besar yang berasal dari warisan, hasil pampasan perang dan lain - lain, dan uang itu akan ditaruh dalam sebuah peti, dan sebelum mereka mendapat uang itu mereka harus mengirimkan uang terlebih dahulu. Banyak sekali sih varian penipuannya, termasuk dari sebuah perusahaan yang menawarkan bisa bekerja, kemudian mereka minta sejumlah uang, karena harapan yang besar orang itu mengirimkan uang dan sampai sadar mereka tertipu, korbannya banyak justru orang yang berpendidikan. Kalau melihat 2 hal tersebut diatas terlihat jelas perbedaannya kan ? Untuk korban WNA dengan pelaku WNI mereka lebih rasional dan menginginkan sesuatu barang dengan harga yang miring, sedangkan korban WNI dengan pelaku WNA lebih banyak kepada hal yang irasional dan memberi harapan akan mendapat rejeki nomplok. Nasihat saya pasti ini : When it is too good to be true, then it is not true ....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Inovasi Selengkapnya