Mohon tunggu...
Reinhard S
Reinhard S Mohon Tunggu... wiraswasta -

Positive thinker. Social Economy of Agriculture student in Padjadjaran University.. Banyak yang harus kita pelajari, dengarkan dan renungkan. Long life education..

Selanjutnya

Tutup

Money

Permasalahan Mendasar (Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim Global)

5 Juni 2011   02:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:51 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Lingkungan merupakan suatu yang sangat esensial sebagai penopang hidup mahluk hidup. Keberlangsungan mahluk hidup sangat bergantung terhadap seberapa baik pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan yang dilakukan. Tidak asing lagi kalau kita mendengar semakin tahun keadaan lingkungan Indonesia semakin memprihatinkan.

Lahan hutan tiap hari menjadi santapan hangat para pembalak liar. Tidak bisa dipungkiri, luas lahan kita sangat banyak. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki luas hutan terbesar di dunia. Ironisnya, banyaknya pembalakan liar seakan beriringan dengan banyaknya jumlah luas hutan di Indonesia.

Banjir dan longsor jadi tugas tahunan yang harus disambut ‘dingin’ oleh rakyat Indonesia. Kerusakan hutan jadi salah satu pemicu awal terjadinya banjir longsor. Ekosistem hutan yang semakin rusak, memberikan efek domino yang sangat menggurita. Efek domino ini mencakup masalah sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di Indonesia. Tidak sedikit juga dari bencana kerusakan lingkungan ini merengut korban jiwa.

Beberapa tahun terakhir ini Indonesia disibukkan dengan berbagai konferensi perubahan iklim. Perubahan iklim menjadi perhatian yang benar-benar serius oleh negara diseluruh dunia. Peran Indonesia sebagai salah satu negara yang sering disebut-sebut paru-paru dunia menjadi sangat penting tatkala kepentingan menjaga Iklim dunia menjadi perhatian serius.

Berubahnya iklim menjadi pemicu banyak perubahan musim tanam dan hasil produksi pertanian. Dewasa ini semakin sulit memprediksi musim tanam yang paling tepat oleh petani. Sejak tahun 1998 telah terjadi kenaikan suhu sebesar 10C sehingga diprediksi akan terjadi lebih banyak curah hujan 2-3 persen per tahun. Dalam 5 tahun terakhir rata-rata luas lahan sawah yang terkena banjir dan kekeringan masing-masing sebesar 29.743 Ha terkena banjir (11.043 Ha diantaranya puso karena banjir) dan 82.472 Ha terkena kekeringan (8.497 Ha diantaranya puso karena kekeringan). Kondisi ini kecenderungannya akan terus meningkat pada tahun-tahun ke depan.

Berubahnya pola dan kalender tanam sebagai akibat dari ekstrim nya perubahan iklim dalam beberapa tahun terakhir ini. Tidak hanya hal itu, perubahan iklim juga akan sangat mempengaruhi berbagai faktor produksi dari pertanian seperti pupuk, benih, lahan, pestisida dan yang lainnya. Tantangan kedepan adalah melatih petani untuk siap menghadapi perubahan iklim yang terjadi. Harapannya adalah apa yang akan ditanam petani tidak gagal atau pun terbuang sia-sia karena salah memprediksi iklim.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun