Mohon tunggu...
Reinhard S
Reinhard S Mohon Tunggu... wiraswasta -

Positive thinker. Social Economy of Agriculture student in Padjadjaran University.. Banyak yang harus kita pelajari, dengarkan dan renungkan. Long life education..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Generasi Pembohong Usia Dini

14 Juni 2011   12:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:31 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Masih adakah yang layak untuk kita mimpikan untuk perbaikan kualitas pendidikan kita ? Bila melihat berbagai kondisi akhir-akhir ini, secara gamblang kita harus akui ini semua adalah akumulatif menuju masa-masa suram sebuah bangsa bernama Indonesia. Sekolah sebagai sebuah institusi yang harusnya mendidik, beralih profesi jadi mesin penumbuh kebohongan.

Seketika memori kita diingatkan kembali bagaimana Komunitas Air Mata Guru (KAMG) di Medan mengungkapkan berbagai bentuk kecurangan Ujian Akhir Nasional (UAN) dalam kurun waktu tahun 2007-2010. Komunitas ini terdiri dari guru-guru yang berdedikasi tinggi dan bermimpi untuk melihat anak bangsa dididik diatas kebenaran. Kecurangan UAN yang diangkat oleh KAMG menjadi sumber pemberitaan nasional. Tidak hanya di institusi pendidikan tingkat SMA tapi juga di tingkat SMP. Berbagai motif dihalalkan demi memberikan jawaban yang benar, ada yang berupa pesan singkat di telepon genggam, lembar kunci jawaban, soal dikerjakan oleh oranglain, dll. Penyelenggara pendidikan sekelas Kepala Sekolah dan Guru beramai-ramai memberikan kunci jawaban kepada siswa SMA maupun SMP di Kota Medan dan sekitarnya. Yang menyedihkannya lagi beberapa guru dari KAMG yang berlaku jujur tersebut malah dibebas tugaskan oleh elit penyelenggara pendidikan.

Yang paling baru, kita terhenyak dengan kasus SDN Gadel 2 di kota Surabaya. Salah seorang oknum guru memperdaya AL anak didiknya untuk memberikan kunci jawaban kepada teman-teman sekelasnya pada saat Ujian Nasional (Unas) tingkat SD. Berdasarkan pengakuan AL kepada ibunya, sejak 3 bulan sebelum Unas gurunya sudah memaksa ALuntuk memberikan contekan kepada teman-teman sekelasnya. Oknum guru tersebut menggelar simulasi cara memberikan contekan terbaik. AL diajarkan aneka ragam trik kotor sebagai strategi jitu untuk membantu teman-temannya ketika ujian nasional berlangsung.

Memilukan sekali rasanya ketika kejujuran menjadi suatu yang langka akhir-akhir ini di Indonesia. Anak bangsa sejak SD dididik untuk menjadi pembohong oleh pendidik. Kekeliruan yang mendalam menjadi garam ditengah-tengah luka yang mendalam dengan kualitas pendidikan Indonesia. Tak seharusnya pendidik mendidik anak didik menjadi pembohong usia dini.

Yang paling menyedihkan orangtua dari AL yang memberikan pembelajaran kejujuran kepada anaknya malah diusir oleh warga kampung Gadel. Orangtua siswa lain beserta teman2 sekelas AL beramai-ramai ‘menolak praktek kejujuran’ yang diajarkan oleh AL. Hal ini menggambarkan kondisi sosial masyarakat Indonesia yang kronis. Orangtua yang seyogyanya adalah pendidik pertama bagi anak tak lagi mampu mendidik anak untuk berlaku jujur. Pendidikan keluarga yang menjadi ujungtombak pertumbuhan anak untuk terus berkembang dalam menemukan jati dirinya berada dalam ambang bahaya.

Ibunda AL, Siami, yang mengungkapkan kejujuran menjadi pukulan telak bagi penyelenggara negara. Ini seakan menjadi bom waktu dari sekian lama praktek kebohongan yang dipertontonkan oleh elite negri ini. Pengelolaan yang abai pada faktor sikap dan mental anak didik membuat anak bangsa dibesarkan menjadi orang yang tidak mau bekerja keras untuk belajar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun