Mohon tunggu...
Reinaldi Dzakwanatha
Reinaldi Dzakwanatha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Administrasi Publik Universitas Airlangga

Mahasiswa Administrasi Publik Universitas Airlangga yang mengikuti isu isu terkini tentang tata kota, politik, dan isu sosial

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Smart City di Kota-Kota Besar Indonesia: Munginkah Terwujud?

17 Januari 2025   19:54 Diperbarui: 17 Januari 2025   19:54 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam era digitalisasi yang berkembang pesat, konsep smart city semakin menjadi perbincangan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Dilansir dari Wikipedia smart city atau kota cerdas adalah konsep pembangunan kota yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi layanan publik, meningkatkan kualitas hidup warga, dan menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan. Tujuan kota cerdas adalah untuk menciptakan perencanaan dan pengembangan pada suatu kota yang layak huni, maju dan modern sehingga berdampak pada pembangunan negara. Aspek smart city meliputi Tatakelola pemerintahan, Tatakelola energi, Manajemen pembangunan, dan menciptakan kehidupan yang cerdas. Smart city sudah diterapkan di berbagai negara seperti Singapura, Korea Selatan dan Jepang. Kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Semarang sudah mulai menerapkan konsep ini, tetapi masih belum sempurna, apakah smart city di Indonesia benar-benar bisa terwujud sepenuhnya?

Meskipun konsep smart city terdengar menarik, penerapannya di Indonesia menghadapi sejumlah tantangan. Pertama, infrastruktur teknologi yang belum merata menjadi kendala utama. Meskipun kota-kota besar telah memiliki jaringan internet yang cukup baik, masih terdapat keterbatasan dalam hal integrasi data dan penggunaan teknologi canggih untuk mendukung layanan publik karena di Indonesia hanya berfokus di kota pusat yang selalu ramai dengan pengunjung dan menjadi pusat perkantoran. Kita melihat contoh di Singapura, disana internet dibekali dengan kecepatan yang tinggi serta persebaran yang merata sehingga dapat meningkatkan integrasi dan mendukung layanan yang bersifat publik. Kedua, masalah tata kelola pemerintahan dan koordinasi antarinstansi masih menjadi hambatan. Smart city memerlukan sinergi antara berbagai sektor, termasuk pemerintah, swasta, dan masyarakat. Tanpa koordinasi yang baik, implementasi kebijakan berbasis teknologi akan sulit terlaksana secara efektif. Contoh nyatanya adalah pelayanan rujukan dokter berbasis teknologi kita melakukan konsultasi tidak langsung tetapi secara dalam jaringan. Ketiga, aspek keamanan siber juga menjadi perhatian penting. Dengan semakin banyaknya data yang tersimpan secara digital, risiko peretasan dan kebocoran informasi pribadi juga meningkat. Oleh karena itu, sistem keamanan yang kuat harus menjadi prioritas dalam pengembangan smart city untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari kota tersebut. Selain itu, tantangan lain adalah kesiapan sumber daya manusia. Penerapan teknologi canggih memerlukan tenaga kerja yang terampil dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi. Sayangnya, tidak semua kota memiliki sumber daya manusia yang cukup untuk mengelola sistem ini secara optimal dikarenakan kurangnya wawasan tentang digitalisasi di sudut kota, seringkali di sudut kota mengalami ketertinggalan wawasan terkait teknologi daripada di pusat kota. Dari sisi regulasi, seringkali kebijakan yang ada belum sejalan dengan kebutuhan teknologi yang berkembang pesat. Misalnya, perizinan dan aturan yang kaku dapat menghambat inovasi di berbagai sektor, terutama dalam penerapan teknologi baru yang membutuhkan regulasi yang lebih fleksibel. Perizinan dan aturan yang kaku dapat menimbulkan adanya praktik korupsi dari para pejabat, seperti yang kita tahu bahwasannya pembangunan atau projek tidak berjalan dengan efektif dikarenakan pejabat yang melakukan praktik korupsi, praktik korupsi tidak menutup kemungkinan pembangunan smart city menjadi terhambat.

Meskipun terdapat berbagai tantangan, peluang penerapan smart city di kota-kota besar Indonesia tetap terbuka lebar. Dengan populasi yang terus bertambah, kebutuhan akan sistem transportasi yang lebih efisien dan layanan publik yang lebih responsif semakin mendesak. Teknologi seperti Internet of Things (IoT), big data, dan kecerdasan buatan (AI) dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi berbagai sektor, mulai dari transportasi, energi, hingga manajemen limbah. Selain itu, pengembangan smart city dapat mendorong pertumbuhan ekonomi digital. Dengan adanya layanan berbasis teknologi, pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) dapat lebih mudah mengakses pasar, sementara investasi di sektor teknologi juga semakin meningkat. Contohnya adalah seluruh toko dianjurkan memiliki sistem pembayaran elektronik berstandar nasional karena pada saat ini banyak orang yang menggunakan pembayaran melalui pembayaran elektronik. Manfaat lainnya adalah peningkatan kualitas hidup warga. Dengan adanya sistem pengelolaan kota yang lebih baik, masyarakat dapat menikmati layanan kesehatan yang lebih terintegrasi, sistem transportasi yang lebih lancar, dan lingkungan yang lebih bersih serta nyaman. Teknologi juga memungkinkan pemerintah untuk memberikan layanan yang lebih transparan dan responsif. Dengan aplikasi dan platform digital, masyarakat dapat dengan mudah melaporkan masalah, mengakses informasi, dan mendapatkan solusi yang lebih cepat serta efisien.

Agar konsep smart city dapat terwujud dengan baik, pemerintah perlu mengambil langkah strategis, antara lain:

Peningkatan Infrastruktur Teknologi: Memastikan jaringan internet yang stabil dan terjangkau bagi semua warga. Dengan cara memasang pemancar sinyal di sudut kota jangan berfokus hanya di pusat kota

Kolaborasi Multi-Sektor: Membangun kerja sama yang erat antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat untuk menciptakan solusi yang tepat. Contoh: kementerian komunikasi digital dengan dinas perhubungan melakukan kerjasama untuk membuat aplikasi pelacak rute bis agar pengguna transportasi umum tidak kebingungan.

Pendidikan dan Literasi Digital: Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang manfaat teknologi dalam kehidupan sehari-hari dengan cara penyuluhan ke sudut kota, menambahkan mata pelajaran informatika di bangku sekolah, melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang kurang paham dengan teknologi.

Regulasi dan Keamanan Siber: Menetapkan regulasi yang mendukung inovasi tanpa mengabaikan aspek keamanan data. Sehingga privasi dari masyarakat terjaga dan tidak dipersalahgunakan

Peningkatan Partisipasi Masyarakat: Masyarakat harus didorong untuk aktif berkontribusi dalam pengelolaan kota dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Contohnya menggunakan layanan publik bersifat IoT, menerima kemajuan teknologi, serta menggunakan aplikasi layanan public dari pemerintah

Pemanfaatan Data Secara Optimal: Data yang dikumpulkan dari berbagai sistem harus dianalisis dan dimanfaatkan secara maksimal untuk menciptakan kebijakan yang lebih efektif dan efisien.

Selain langkah-langkah di atas, penting juga untuk melakukan benchmarking dengan negara lain yang telah sukses menerapkan konsep smart city. Negara seperti Singapura, Korea Selatan, dan Jepang telah berhasil mengimplementasikan smart city dengan baik, dan Indonesia bisa belajar dari mereka untuk mengadaptasi solusi yang sesuai dengan kondisi lokal. Seperti membangun kota berbasis teknologi tanpa mengurangi ruang terbuka hijau, karena kota berbasis teknologi identik dengan mengurangi ruang terbuka hijau sehingga membuat teknologi semakin maju tetapi tidak ada ruang terbuka untuk publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun