Baru seumur jagung menjadi Presiden, Jokowi sudah mendapat banyak tantangan dan cobaan. Dari serangkaian ujian tersebut yang paling hangat saat ini adalah upaya delegitimasi KPK (baca hukum) oleh para partai pengusungnya sendiri. Alih-alih meringankan beban Jokowi dengan berbagai program yang pro rakyat, para pengusung yang pada masa kampanye "tidak berkeringat" tersebut justru saling bernafsu untuk mendapatkan kekuasaan termasuk kekuasaan untuk mengatur hukum yang ada.
Kembali sesaat, Jokowi memang sedikit anomali, sebagian besar pendukung sebenarnya justru di luar partai-nya. Dari berbagai perbincangan, mayoritas relawan Jokowi tidak memilih PDI, PKB, Hanura,PKPI maupun Nasdem  pada pemilu legislatif. Namun fakta menunjukkan capres dengan dukungan para partai yang tidak lebih dari 37 persen bisa mengalahkan dukungan masif dari capres yang mewah akan dukungan politik. Hal itu tidak lain karena dorongan sekumpulan nurani dan akal sehat para relawan yang terlibat langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan sosok yang bisa dijadikan harapan menuju perbaikan di masa depan.
Kembali lagi pada kondisi saat ini, tekanan masif dari para pendukung dengan pamrih membuat oknum-oknum partai mengkondisikan Jokowi untuk melakukan balas budi. Rasa "lega" Jokowi terhadap kemenangan yang "dramatis" pada pilpres membuatnya sedikit kurang waspada. Jokowi menjadi reluktan terhadap banyak hal yang bertentangan dengan segala ucapannya di masa kampanye bahkan segala prinsip yang sudah dipegangnya sehingga menjadi tokoh berintegritas yang mengantarkannya mendapat banyak simpati.
Puncaknya, kawan-kawan partai pengusungnya bekerja sama dengan partai oposisi dengan kepentingan yang SAMA mendorong Jokowi ke titik nadir penegakkan hukum pasca reformasi karena diyakini arah penegakan hukum jikalau BENAR akan membawa mereka ke arah yang mengancam kenyamanan kedua pihak berkepentingan. Mereka berpikir mumpung Jokowi masih dalam euforia rasa berterima kasih yang berlebihan sehingga  benar-benar dieksploitasi karena mereka sangat khawatir jika Jokowi sudah kembali ke trek yang tepat tidak ada lagi harapan bagi mereka untuk bertahan dari serangan balik penegakan hukum yang sesungguhnya.
Senyatanya upaya-upaya itu membuat para relawan merasa jauh dari Jokowi karena dikelilingi oleh para "brutus" atau Kebo Gupak  dalam istilah Jawa.Sebagai orang yang mengamalkan falsafah budaya Jawa, Jokowi tentu paham istilah Ojo Cedhak Kebo Gupak. Kalau tidak, bukan tidak mungkin secara tidak sadar Jokowi ikut-ikutan "Gupak" karena sudah terlalu jauh tenggelam dalam lumpur yang sedemikian jauh menyeretnya sampai menutup mata dan telinganya sehingga menjadi abai terhadap nasehat-nasehat jernih para tokoh bangsa yang hendak menolongnya. Pilihan terserah Panjenengan Pak Jokowi, mau menorehkan tonggak sejarah atau terkena imbas dari Kebo Gupak?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H