Mohon tunggu...
Reika Monela
Reika Monela Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Psychology Student

Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengenal Gangguan Makan Bulimia Nervosa

31 Desember 2021   19:00 Diperbarui: 31 Desember 2021   21:29 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Makan merupakan salah satu keperluan bagi setiap individu guna menjalankan aktivitasnya setiap hari serta proses metabolisme pada tubuh. Kebiasaan dan perilaku makan dapat mempengaruhi status gizi pada diri seseorang. Tak sedikit juga individu yang mengidap gangguan makan mengarah pada perilaku makan yang menyimpang, hal ini lebih sering terjadi di kalangan perempuan dibanding laki-laki. Kebiasaan dan perilaku makan secara langsung memengaruhi status gizi seseorang.

Gangguan makan sendiri dapat diartikan dengan gangguan pada perilaku makan, pikiran, sikap, emosi terkait, dan juga dampaknya terhadap gangguan psikologis seseorang. Gangguan ini adalah salah satu gangguan kejiwaan dengan tingkat kematian tertinggi. Menurut American Psychiatric Association dalam Diagnostic and Statistical Manual 5 (DSM-5) gangguan makan dikelompokkan menjadi enam kelompok utama, hal ini sama dengan International Classification of Diseases (ICD-11) yang dikeluarkan oleh WHO. Terdapat tiga kategori yang umumnya dikenal oleh masyarakat diantaranya anoreksia nervosa (AN), bulimia nervosa (BN), dan binge eating disorders (BED).

Ungkapan “Slim Is Beauty” pada masyarakat seringkali dipersepsikan sebagai suatu standar kecatikan, bahwa perempuan dianggap cantik jika memiliki tubuh yang langsing. Hal tersebut dapat menyebabkan timbulnya banyak kasus mengenai gangguan makan pada perempuan terutama remaja dan dewasa yakni anorexia nervosa dan bulimia nervosa. Bulimia nervosa merupakan salah satu dari gangguan makan yang ditandai dengan karakteristik makan secara berlebihan dan berulang, lalu diikuti dengan keinginan untuk memuntahkan makanan, serta perhatian yang berlebihan mengenai berat badan dan bentuk tubuh. .

Ada lima kriteria diagnostik menurut APA (1994) untuk bulimia nervosa. Kriteria pertama yakni terdapat episode binge eating, hal ini dapat ditandai dengan hadirnya dua hal. Pertama yaitu makan dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan orang lain yang berada pada periode waktu dan situasi yang sama. Periode makan tersebut berlangsung kurang lebih 2 jam. Kemudian yang kedua yaitu hilangnya kontrol selama episode makan. Penderita bulimia nervosa akan merasa tidak dapat berhenti untuk makan atau mengontrol jenis serta jumlah makanannya. Kriteria kedua yakni terulangnya perilaku kompensasi yang tidak tepat untuk mencegah kenaikan berat badan. Perilaku kompensasi yang utama dilakukan dengan self-induced vomiting (memasukkan jari tangan ke dalam kerongkongan agar muntah), menyalahgunakan obat pencahar, diuretics (obat yang dapat meningkatkan pengeluaran air seni), emetic (zat kimia yang bisa mengakibatkan muntah) serta penggunaan obat-obatan lainnya. Cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan puasa atau olahraga yang ekstra keras. Kriteria ketiga yakni binge eating dan perilaku kompensasi yang muncul minimal dua kali seminggu dalam kurun waktu tiga bulan. Kriteria keempat yakni penilaian terhadap diri sendiri sangat didasarkan pada berat dan bentuk badan. Kriteria kelima yakni gangguan yang telah disebutkan tidak secara ekslusif selama episode anorexia nervosa.

Makanan yang dipilih oleh penderita bulimia nervosa biasanya adalah kue atau es krim, karena memiliki tekstur serta ukuran yang memungkinkan untuk dimakan dalam jumlah yang banyak dalam waktu singkat. Berbeda dengan penderita anorexia nervosa, penderita bulimia nervosa menyadari bahwa pola makan tidak terkontrol yang dilakukannya adalah abnormal. Penderita bulimia nervosa seringkali merasa jijik, tidak berdaya serta panik selama binge eating. mereka menggunakan self-induced vomiting untuk memuntahkan makanan yang telah dimakannya atau dengan menggunakan obat-obatan untuk meredakan kecemasan akibat binge eating.

Bulimia nervosa dapat mengakibatkan berbagai macam masalah psikologi dan fisik yang serius pada penderita. Seseorang yang rentan terkena bulimia nervosa biasanya akan merasa tidak menarik, mempunyai ketakutan yang berlebihan mengenai kegemukan dan kenaikan berat badan, serta selalu merasa bahwa mereka lebih gemuk dibandingkan dengan beray badan yang sebenarnya. Pada kasus penderita bulimia nervosa, mereka gagal untuk melakukan diet ketat. Dampaknya sebagai bentuk kompensasi dari kegagalan tersebut, penderita melakukan segala upaya agar bisa mengeluarkan makanan yang sudah dimakan dengan pemikiran bahwa diet ketat tetap dilakukan.

Sampai saat ini, di Indonesia masih sedikit penelitian mengenai gangguan makan akibat perilaku menyimpang dikarenakan hal tersebut masih dianggap hal yang sepele dan juga belum banyak terungkapnya kasus tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Tantiani pada tahun 2007 menghasilkan bahwa 34,8% remaja di Jakarta mengalami perilaku makan menyimpang dengan spesifikasi 11,6% remaja menderita anorexia nervosa dan 27% menderita bulimia nervosa. Tak hanya itu, penelitan yang dilakukan oleh Merita, Hamzah dan Djayusmantoko pada tahun 2020 menghasilkan bahwa sebanyak 77,9% remaja perempuan berisiko terkena gangguan makan bulimia and food preoccupation dengan klaim bahwa makanan membuat mereka bahagia dan mereka makan banyak disaat mendapatkan makanan favorit mereka serta saat mereka stress.

Penilaian yang berlebihan terhadap bentuk tubuh juga akan menghasilkan pemikiran-pemikiran yang ekstrim pada penderita bulimia nervosa, misalnya pemikiran “Jika aku tidak langsing, maka aku akan gagal dan tidak bisa Bahagia”. Pemikiran yang ekstrim tersebut biasa dinamakan dengan distorsi kognitif. Distorsi kognitif yakni pemikiran yang tidak tepat atau disfungsi kognitif terhadap suatu masalah. Ancaman untuk menjadi lebih kurus yang ada dalam pikiran nantinya dapat menyebabkan adanya rasa ketidakpuasan terhadap tubuh (body dissatisfaction), sehingga hal ini akan memengaruhi tingkat kepercayaan diri yang dimiliki oleh seseorang. Adapun dampak buruk yang akan dialami oleh penderita bulimia nervosa diantaranya dapat mengakibatkan gangguan pada percernaan, tubuh akan kekurangan nutrisi, depresi, muntah dan pengeluaran asam lambung juga memiliki dampak email gigi mejadi terkikis , rendahnya kadar kalium darah, terdapat jaringan paringan parut dibuku jari yang digunakan untuk menrangsang muntah serta ketidakseimbangan cairan tubuh akibat stimulus zat diuretik secara berlebih.

Sifat pribadi yang menjadi salah satu faktor psikologis juga dapat memengaruhi terjadinya gangguan makan. Sifat personal seperti kecenderungan borderline, depresi, obsesi, disregulasi emosi, ketidakpercayaan interpersonal, sifat introvert, perasaan rendah diri, sifat impulsive serta perfeksionis juga bisa memberi pengaruh yang signifikan terhadap gangguan makan. Selain itu, faktor psikis seperti trauma pada masa kecil berupa trauma seksual dan politrauma (lebih dari satu jenis trauma) juga menunjukkan adanya peningkatan terhadap kejadian borderline personality disorder pada penderita bulimia nervosa. Pengaruh lingkungan juga seringkali memberikan stereotip terkait berat badan dan bentuk tubuh yang ideal juga mempunyai peran yang tinggi dalam peningkatan prevalensi gangguan makan. Tak hanya itu, rasa cemas dan beberapa ciri kepribadian yang menjadi faktor dari gangguan makan juga bisa disebabkan karena terdapat stresor dari lingkungan rumah.

Ada intervensi yang sesuai apabila digunakan untuk penderita bulimia nervosa yaitu Cognitive Behavior Theraphy (CBT).  CBT adalah salah satu jenis intervenssi yang sesuai untuk penderita bulimia nervosa dikarenakan psikopatologi utama dari bulimia nervosa yaitu penilaian yang berlebihan terhadap bentuk tubuh yang merupakan distorsi kognitif. Sejalan dengan hal tersebut, permaslahan psikologis yang disebabakan oleh kognitif juga berdampak pada perilaku dapat diselesaikan dengan intervensi berbasis CBT. CBT merupakan terapi yang sesuai untuk penderita bulimia nervosa karena melibatkan pikiran sadar penderita mengenai distorsinya terhadap bentuk tubuh disertai tugas rumah sebagai modifikasi perilaku maladaptif pada penderita bulimia yakni makan berlebihan dan memeuntahkan makanannya melalui restrukturisasi distorsi kognitif pada penderita. Ada tiga hal utama dalam CBT untuk menangani penderita bulimia nervosa, diantaraya dengan memberikan edukasi mengenai bulimia nervosa serta penyebabnya, yakni proses berpkir yang terdistorsi, memodifikasi perilaku pada penderita mengenai diet yang terlalu ketat, serta mempertahankan perubahan positif yang terjadi setelah intervensi terakhir.

Sumber:

  1. Goi, M., Anasiru, M. A., & Tumenggung, I. (2013). Faktor Individu dan Faktor Lingkungan yang Berhubungan dengan Perilaku Makan Menyimpang pada MAhasiswa Kesehatan di Gorontalo. Jurnal Health and Sport, 6(1).
  2. Hasna, A. (2021). Diagnosis Dan Tatalaksana Bulimia Nervosa. Jurnal Medika Hutama, 02(04), 402–406.
  3. Maria, H., Prihanto, F. X. S., & Sukamto, M. E. (2001). Hubungan Antara Ketidakpuasan Terhadap Sosok TUbuh (Body Dissatisfaction) dan Kepribadian NArsistik Dengan Gangguan Makan (Kecenderungan Anorexia Nervosa dan Bulimia Nervosa). Anima: Indonesian Psychological Journal, 16(3), 272–289.
  4. Melani, S. A., Hasanuddin, H., & Siregar, N. S. S. (2021). Hubungan kepercayaan diri dengan gangguan makan anorexia nervosa pada remaja di SMAN 4 Kota Langsa. Jurnal SAGO Gizi Dan Kesehatan, 2(2), 170–177. https://doi.org/10.30867/gikes.v2i2.665
  5. Merita, M., Hamzah, N., & Djayusmantoko, D. (2020). Persepsi Citra Tubuh, Kecenderungan Gangguan Makan Dan Status Gizi Pada Remaja Putri Di Kota Jambi. Journal of Nutrition College, 9(2), 81–86. https://doi.org/10.14710/jnc.v9i2.24603
  6. Putrikita, K. A. (2021). Cognitive Behavioral Therapy (CBT) untuk Mengatasi Bulimia Nervosa. Insight: Jurnal Ilmiah Psikologi, 23(1), 1–18.
  7. Sempaga, C. A. P. M. (2021). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Makan Pada Remaja. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 3(4), 661–668. Retrieved from http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP/article/download/83/65
  8. Shabah, Z. M., & Dhanny, D. R. (2020). Persepsi Tubuh dan Bulimia Nervosa pada Remaja Putri. Muhammadiyah Journal of Nutrition and Food Science (MJNF), 1(2). https://doi.org/10.24853/mjnf.1.2.60-69

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun