Mohon tunggu...
Reidnash Heesa
Reidnash Heesa Mohon Tunggu... Insinyur - Mohon Tunggu....

Penjelajah | Penikmat Sajak | Pecinta Rembulan | Pejalan Kaki

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Artikel Utama

World Pneumonia Day: Selamatkan Balita dari Ancaman Kematian Nomor Satu Akibat Pneumonia

5 November 2014   22:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:32 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1415186140735729285

[caption id="attachment_372274" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi (Kompas Health)"][/caption]

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memilih bulan November dan menetapkan Hari Pneumonia Se-dunia diperingati pada tanggal dua belas setiap tahunnya. Tahun 2014 adalah peringatan tahunan yang ke-enam, sebagai sebuah misi untuk terus menyadarkan para pemimpin dunia, bergandengan tangan bersama-sama berjuang melawan penyakit mematikan ini.

Pneumonia adalah penyakit radang paru-paru. Penyakit ini biasanya masuk melalui bakteri, sedangkan di negara dengan tingkat perekonomian yang sudah maju penyebabnya adalah virus. Akibat penyakit ini penderita/pasien dapat mengalami kerusakan pada paru-paru. Jika organ pernafasan ini tidak dapat berfungsi lagi maka ancaman kematian dapat terjadi akibat kekurangan oksigen dalam tubuh.

Pada acara seminar yang bertema ‘Pneumonia Pembunuh Utama Pada Balita’ di kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa, 4 November 2014, Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung (PPML), Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI, dr Sigit Priohutomo, MPH menjelaskan bayi dan anak-anak rentan dengan penyakit ini. Berdasarkan data yang dihimpun ada sekitar 309 ribu anak terserang pneumonia di Indonesia setiap tahunnya, yang meninggal ada 197 ribu anak sehingga rasio-nya setiap 1,7 menit ada satu anak yang terserang dan setiap 2,6 menit ada yang meninggal.

Pada kesempatan yang sama, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga memberikan gambaran statistik mengenai hal ini. Ketua Unit Kelompok Kerja (UKK) Koordinasi Respiratory IDI, dr Nastiti Kaswandani, SpA(K) menyebutkan pada tahun 2012 berdasarkan data WHO ada 1,1 juta balita meninggal karena pneumonia dan 99% kematian balita terjadi pada negara berkembang yang memiliki akses dan fasilitas minim untuk kesehatan anak.

“Gejala pertama adalah anak gelisah” kata dr. Nastiti pada saat jumpa pers kemarin. Gejala selanjutnya, bayi dan balita yang terkena pneumonia biasanya bernafas lebih cepat. Menurutnya, untuk melakukan deteksi dini, para orang tua bisa menghitung jumlah nafas sang bayi. Untuk bayi yang berusia 0-2 bulan, gejala ‘nafas cepat’ terjadi apabila bayi bernafas sebanyak 60 kali atau lebih selama satu menit. Untuk bayi berusia 2-12 bulan sebanyak 50 kali atau lebih dalam satu menit, sedangkan untuk balita berusia 1 sd 5 tahun sebanyak 40 kali atau lebih dalam satu menit. Gejala yang lain apabila bayi terserang pneumonia adalah tampaknya tarikan dinding dada bagian bawah dan bibir bayi tampak kebiruan. Untuk penanganan yang efektif, sang bayi harus segera dibawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat karena mereka memerlukan bantuan pernafasan dari tabung oksigen dan obat antibiotik.

Lebih baik mencegah daripada mengobati. Berdasarkan penjelasan dr. Nastiti, upaya pencegahan pneumonia adalah dengan menghilangkan faktor resiko penyebab penyakit ini, di antaranya adalah :

1. Malnutrisi
Infeksi bakteri atau virus dapat terjadi karena kurangnya kekebalan tubuh sang bayi. Penyebab utamanya karena sang bayi tidak memperoleh nutrisi yang cukup, dalam hal ini mungkin saja bayi kurang mendapat ASI. Ibu yang memberikan ASI cukup bisa menurunkan jumlah bayi dan balita terkena pneumonia sekitar 15 sd 20 persen.

2. Imunisasi tidak lengkap
Pemberian imunisasi bisa mengurangi resiko bayi terkena berbagai virus dan bakteri termasuk bakteri penyakit pneumonia. Tantangan yang dihadapi oleh petugas kesehatan di lapangan, sering ditemukan beberapa kelompok masyarakat yang masih menganggap imunisasi melanggar kaidah ajaran budaya/agama di lingkungan mereka.

3. Kurangnya vitamin A
Ibu hamil yang kekurangan vitamin A dapat melahirkan bayi tidak sesuai dengan waktu normal (bayi prematur) dan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. Kedua kelompok bayi ini beresiko pneumonia.

4. Cuaca dingin
Faktor lingkungan juga berpengaruh. Diantaranya, daerah tempat tinggal si bayi adalah daerah di dataran tinggi yang terkena penyebaran bakteri pembawa penyakit pneumonia. Menjaga lingkungan senantiasa bersih juga wajib dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun